Allow, selamat siang di "Indonesia Dalam Berita", pada kali ini akan membawa pembahasan tentang mengetahui pengertian perubahan sosial budaya Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas simak selengkapnya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta ialah buddhayah, yang merupakan aliran jamak dari buddhi (budia atau akal); diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Bentuk lain dari cakap budaya ialah kultur yang berasal dari bahasa Inggris ialah culture dan bahasa Latin cultura.
Pengertian Budaya[sunting | sunting sumber]
Budaya ialah suatu aturan bernapas yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari angkatan ke generasi.[1] Budaya terbentuk dari banyak anggota yang rumit, teperlus sistem agama dan politik, etiket istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.[1]Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan cuilan tidak terpisahkan dari diri anak Adam sehingga banyak anak Adam condong menganggapnya diwariskan menurut genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berparak budaya, dan menepatkan perbedaan-perbedaannya, peristiwa itu membuktikan bahwa budaya dipelajari.[1]
Budaya ialah suatu pola bernapas menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak arah budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosial-budaya ini tersebar, dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.[2]
Beberapa argumen mengapa anak Adam mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan anak Adam dari budaya lain terlihat di arti budaya: Budaya ialah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu angan-angan yang mengandung pandangan arah keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berparak di beragam budaya bagai "individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan pribadi dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Tiongkok.
Citra budaya yang bersifat mendorong tersebut memperlengkapi anggota-anggotanya dengan arahan mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang membelokkan bersahaja buat mendapat melalui bermartabat dan pertalian dengan bernapas mereka.
Dengan demikian, budayalah yang mempersiapkan suatu kerangka yang koheren buat mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku anak Adam lain.
Pengertian Kebudayaan[sunting | sunting sumber]
Kebudayaan amat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mempresentasikan bahwa segala benda yang terdapat di bangsa ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri. Istilah buat aksioma itu ialah Cultural-Determinism.
Herskovits memedulikan kebudayaan sebagai benda yang turun temurun dari ahad angkatan ke angkatan yang lain, yang akan datang disebut sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, adat sosial, disiplin pengetahuan beserta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala deklarasi intelektual, dan artistik yang menjadi ciri antik suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, etiket istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anak buah masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan, dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan ialah alat buatan karya, rasa, dan menemukan masyarakat.
Menurut M.Selamet Riyadi, Budaya ialah suatu aliran melalui cinta dari datuk moyang kita yang diwariskan kepada sarwa keturunannya
Menurut Koentjaraningrat kebudayaan ialah keseluruhan bentuk gagasan, dan tindakan buatan karya anak Adam di rangka denyut bangsa yang dimiliki anak Adam dengan belajar
Dari beragam arti tersebut, dapat diperoleh pengertian bahwa kebudayaan ialah benda yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi bentuk ide atau ide yang terdapat di pikiran manusia, sehingga di denyut sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan konkretisasi kebudayaan ialah ramu yang diciptakan oleh anak Adam sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan ramu yang bersifat nyata, apabila pola-pola perilaku, bahasa, bahan hidup, badan sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang semuanya ditujukan buat membantu anak Adam di melangsungkan denyut bermasyarakat.
Unsur-Unsur[sunting | sunting sumber]
Ada beberapa aksioma ahli yang mempresentasikan mengenai komponen atau anggota kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
- Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan ada 4 anggota pokok, yaitu:
- alat-alat teknologi
- sistem ekonomi
- keluarga
- kekuasaan politik
- Bronislaw Malinowski mengatakan 4 anggota pokok kebudayaan meliputi:
- sistem adat sosial yang memungkinkan kerja sama antara karet anak buah bangsa buat menepatkan diri dengan bidang sekelilingnya
- organisasi ekonomi
- alat-alat, dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas buat pendidikan (keluarga ialah dewan pendidikan utama)
- organisasi kekuatan (politik)
- C. Kluckhohn mempresentasikan siap 7 anggota kebudayaan menurut universal (universal categories of culture) yaitu:
- bahasa
- sistem pengetahuan
- sistem teknologi, dan peralatan
- sistem kesenian
- sistem mata investigasi hidup
- sistem religi
- sistem kekerabatan, dan badan kemasyarakatan
Wujud dan komponen[sunting | sunting sumber]
Wujud[sunting | sunting sumber]
Menurut J.J. Hoenigman, bangun kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
- Gagasan (Wujud ideal)
Wujud acuan kebudayaan ialah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak ialah tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terwalak di pemikiran warga masyarakat. Jika bangsa tersebut menyatakan ide mengatur itu di aliran tulisan, maka tempat dari kebudayaan acuan itu berada di karangan, dan buku-buku buatan karya karet penulis warga bangsa tersebut. - Aktivitas (tindakan)
Aktivitas ialah bangun kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari anak Adam di bangsa itu. Wujud ini sering kembali disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terjadi dari aktivitas-aktivitas anak Adam yang saling berinteraksi, melaksanakan kontak, beserta bergaul dengan manusia lainnya bagi pola-pola tertentu yang berasas etiket adat kelakuan. Sifatnya konkret, berjalan di denyut sehari-hari, dan dapat diamati, dan didokumentasikan. - Artefak (karya)
Artefak ialah bangun kebudayaan fisik yang berupa buatan dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua anak Adam di bangsa berupa ramu atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya membelokkan konkret di antara ketiga bangun kebudayaan. Dalam fakta denyut bermasyarakat, antara bangun kebudayaan yang ahad tidak bisa dipisahkan dari bangun kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: bangun kebudayaan acuan mengatur, dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Sedangkan bagi Koentjaraningrat, bangun kebudayaan dibagi menjadi nilai budaya, bentuk budaya, bentuk sosial, dan kebudayaan fisik.
- Nilai-nilai Budaya
Istilah ini, menunjuk kepada penyebutan unsur-unsur kebudayaan yang merupakan induk dari semua anggota yang lain. Nilai-nilai kebudayaan ialah gagasan-gagasan yang menebak dipelajari oleh warga mulai usia dini, sehingga berat diubah. Gagasan inilah yang akan datang memanifestasikan beragam benda yang diciptakan oleh anak Adam berasas nilai-nilai, pikiran, dan tingkah lakunya. - Sistem Budaya
Dalam bangun ini, kebudayaan bersifat absurd sehingga hanya dapat terbongkar dan dipahami. Kebudayaan di bangun ini juga berpola dan berasas sistem-sistem tertentu. - Sistem Sosial
Sistem sosial merupakan pola-pola tingkah laku anak Adam yang melukiskan bangun tingkah laku anak Adam yang dilakukan berasas sistem. Kebudayaan di bangun ini bersifat konkret sehingga dapat diabadikan. - Kebudayaan Fisik
Kebudayaan fisik ini merupakan bangun terbesar dan juga bersifat konkret. Misalnya bangunan megah bagai candi Borobudur, ramu bergerak bagai kapal tangki, komputer, piring, gelas, butang baju, dan lain-lain
Komponen[sunting | sunting sumber]
Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan ada beberapa anasir atau komponen, bagi ahli antropologi Cateora, yaitu:
- Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan bangsa yang nyata, konkret. Termasuk di kebudayaan material ini ialah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk butala liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, bagai televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, kantor pencakar langit, dan mesin cuci. - Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial ialah ciptaan-ciptaan absurd yang diwariskan dari angkatan ke generasi, apabila berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional. - Lembaga sosial
Lembaga sosial dan pendidikan memberikan peran banyak di konteks berangkaian dan berkomunikasi di bidang masyarakat. Sistem sosial yang terbentuk di suatu negara akan menjadi alas dan konsep yang berlaku pada tatanan sosial masyarakat. Contoh di Indonesia pada kota, dan babakan di beberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang agung apalagi beraksi pada suatu instansi atau perusahaan. Tetapi di metropolitan – metropolitan besar hal tersebut terbalik, wajar andaikan seorang wanita ada karier. - Sistem kepercayaan
Bagaimana bangsa mengembangkan, dan membangun bentuk agama atau keyakinan akan benda akan memengaruhi bentuk penilaian yang siap di masyarakat. Sistem agama ini akan memengaruhi kebiasaan, pandangan hidup, aturan makan, berbatas dengan aturan berkomunikasi. - Estetika
Berhubungan dengan kecakapan dan kesenian, musik, cerita, dongeng, hikayat, drama, dan tari–tarian, yang berlaku, dan berbunga di masyarakat. Seperti di Indonesia saban masyarakatnya ada nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami di segala peran biar amanat yang akan disampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah, dan bersifat kedaerahan, saban akan membangun bangunan model segala apa saja harus meletakkan busung kuning, dan buah-buahan sebagai simbol, di mana simbol tersebut ada arti berparak di saban daerah. Tetapi di metropolitan besar bagai Jakarta jarang, mungkin, terlihat masyarakatnya memakai aturan tersebut. - Bahasa
Bahasa merupakan alat pengantar di berkomunikasi, budi buat saban wilayah, bagian, dan negara ada antagonisme yang amat kompleks. Dalam disiplin koneksi budi merupakan komponen koneksi yang alot dipahami. Bahasa ada fiil unik dan berjalinan yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna budi tersebut. Jadi keunikan, dan kekompleksan budi ini harus dipelajari, dan dipahami biar koneksi kian baik beserta efektif dengan mendapat nilai empati dan afinitas dari anak Adam lain.
Hubungan Antara Unsur-Unsur Kebudayaan[sunting | sunting sumber]
Komponen-komponen atau unsur-unsur utama dari kebudayaan antara lain:
Peralatan dan aksesori bernapas (teknologi)[sunting | sunting sumber]
Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, beserta memelihara segala peralatan, dan perlengkapan. Teknologi muncul di cara-cara anak Adam mengorganisasikan masyarakat, di cara-cara mengekspresikan melalui keindahan, atau di melahirkan hasil-hasil kesenian.
Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau bangsa pedesaan yang bernapas dari pertanian membelokkan sedikit mengenal delapan bagai teknologi tradisional (disebut juga bentuk bahan dan anggota kebudayaan fisik), yaitu:
- alat-alat produksi
- senjata
- wadah
- alat-alat menyalakan api
- makanan
- pakaian
- tempat berlindung dan perumahan
- alat-alat transportasi
Sistem mata pencaharian[sunting | sunting sumber]
Perhatian karet ilmuwan pada bentuk mata penghidupan ini terfokus pada masalah-masalah mata penghidupan tradisional saja, di antaranya:
Sistem kekerabatan dan badan sosial[sunting | sunting sumber]
Sistem kekerabatan merupakan cuilan yang amat penting di bentuk sosial. Meyer Fortes mempresentasikan bahwa bentuk kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan buat melukiskan bentuk sosial dari bangsa yang bersangkutan.
Kekerabatan ialah unit-unit sosial yang terjadi dari beberapa anak bini yang ada jalinan darah atau jalinan perkawinan. Anggota kekerabatan terjadi arah ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek, dan seterusnya.
Dalam kajian sosiologi-antropologi, siap beberapa bagai kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar bagai keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di bangsa am kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain bagai keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga unilateral.
Sementara itu, badan sosial ialah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai alat partisipasi bangsa di pembangunan bangsa, dan negara. Sebagai makhluk yang selalu bernapas bersama-sama, anak Adam berkreasi organisasi sosial buat mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mengatur capai sendiri.
Bahasa[sunting | sunting sumber]
Bahasa ialah alat atau konkretisasi budaya yang digunakan anak Adam buat saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau dorongan hati kepada lawan bicaranya atau anak Adam lain. Melalui bahasa, anak Adam dapat menepatkan diri dengan etiket istiadat, tingkah laku, adat krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala aliran masyarakat.
Bahasa ada beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum, dan fungsi khusus. Fungsi budi menurut am ialah sebagai alat buat berekspresi, berkomunikasi, dan alat buat melaksanakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi budi menurut khusus ialah buat melaksanakan jalinan di pergaulan sehari-hari, melaksanakan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan buat mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kesenian[sunting | sunting sumber]
Kesenian mengacu pada nilai jamal (estetika) yang berasal dari mimik hasrat manusia akan jamal yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita melalui tinggi, anak Adam memanifestasikan beragam corak keindahan berangkat dari yang sederhana hingga konkretisasi keindahan yang kompleks.
Sistem Kepercayaan[sunting | sunting sumber]
Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia di menguasai, dan mengungkap rahasia-rahasia bidang amat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari bentuk jagat raya ini, yang juga mengendalikan anak Adam sebagai cacat ahad cuilan jagat raya. Sehubungan dengan itu, baik menurut individual maupun bernapas bermasyarakat, anak Adam tidak dapat dilepaskan dari religi atau bentuk agama kepada penguasa bidang semesta.
Agama, dan bentuk agama lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan. Agama (bahasa Inggris: Religion, yang berasar dari bahasa Latin religare, yang berfaedah "menambatkan"), ialah sebuah anggota kebudayaan yang penting di sejarah umat manusia. Dictionary of Philosophy and Religion (Kamus Filosofi, dan Agama) mendefinisikan Agama sebagai berikut:
... sebuah adat dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama buat beribadah, dan menerima sebuah paket ajaran yang menawarkan hal yang terkait dengan gajak yang harus diambil oleh pribadi buat mendapatkan kebahagiaan sejati.[3]
Agama biasanya ada suatu prinsip, bagai "10 Firman" di ajaran Kristen atau "5 rukun Islam" di ajaran Islam. Kadang-kadang ajaran dilibatkan di bentuk pemerintahan, bagai apabila di bentuk teokrasi. Agama juga memengaruhi kesenian.
Agama Samawi[sunting | sunting sumber]
Tiga ajaran besar, Yahudi, Kristen, dan Islam, sering dikelompokkan sebagai agama Samawi[4] atau ajaran Abrahamik.[5] Ketiga ajaran tersebut ada sejumlah tradisi yang sama namun juga perbedaan-perbedaan yang mendasar di sari ajarannya. Ketiganya menebak memberikan pengaruh yang besar di kebudayaan anak Adam di beragam bagian dunia.
Yahudi ialah cacat ahad agama, yang andaikan tidak disebut sebagai yang pertama, ialah ajaran monotheistik dan cacat ahad ajaran tertua yang masih siap berbatas sekarang. Terdapat nilai-nilai, dan sejarah umat Yahudi yang juga direferensikan di ajaran Abrahamik lainnya, bagai Kristen dan Islam. Saat ini umat Yahudi berjumlah kian dari 13 miliun jiwa.[6]
Kristen (Protestan dan Katolik) ialah ajaran yang banyak mengubah wajah kebudayaan Eropa di 1.700 tahun terakhir. Pemikiran karet filsuf futuristik pun banyak goyah oleh karet filsuf Kristen semacam St. Thomas Aquinas dan Erasmus. Saat ini diperkirakan terdapat antara 1,5 s.d. 2,1 miliar pemeluk ajaran Kristen di sarwa dunia.[7]
Islam ada nilai-nilai, dan adat ajaran yang banyak memengaruhi kebudayaan Timur Tengah, Afrika Utara dan sebagian wilayah Asia Tenggara. Saat ini terdapat kian dari 1,6 miliar pemeluk ajaran Islam di dunia.[8]
Agama dan makulat dari Timur[sunting | sunting sumber]
Agama dan filosofi seringkali saling terkait ahad sama lain pada kebudayaan Asia. Agama dan filosofi di Asia kebanyakan berasal dari India, China, dan menyebar di kekal benua Asia dengan pelarutan kebudayaan dan migrasi.
Hinduisme ialah sumber dari Buddhisme, cabang Mahāyāna yang menyebar di kekal lor dan timur India hingga berbatas Tibet, China, Mongolia, Jepang, Korea dan China daksina berbatas Vietnam. Theravāda Buddhisme menyebar di sekitar Asia Tenggara, teperlus Sri Lanka, cuilan barat laut China, Kamboja, Laos, Myanmar dan Thailand.
Agama Hindu dari India, mengarahkan pentingnya anasir nonmateri selagi sebuah pemikiran India lainnya, Carvaka, menekankan buat mencari kenikmatan di dunia.
Konghucu dan Taoisme, merupakan dua filosofi yang berasal dari Tiongkok dengan memengaruhi beragam aspek. Baik dari religi, seni, politik, maupun tradisi filosofi di sarwa Asia.
Pada abad ke-20, di kedua negara berpenduduk membelokkan padat se-Asia, dua aliran filosofi garis haluan tercipta. Mahatma Gandhi memberikan pengertian aktual tentang Ahimsa, sari dari agama Hindu maupun Jaina, dan memberikan arti aktual tentang konsep antikekerasan, dan antiperang. Pada periode yang sama, filosofi komunisme Mao Zedong menjadi bentuk agama sekuler yang amat kuat di China.
Agama tradisional[sunting | sunting sumber]
Agama tradisional, atau sekali-kali disebut sebagai "agama datuk moyang", dianut oleh sebagian suku pedalaman di Asia, Afrika, dan Amerika. Pengaruh bereka cukup besar; mungkin bisa dianggap menebak berakar kedalam kebudayaan atau bahkan menjadi ajaran negara, bagai apabila ajaran Shinto.
Seperti kebanyakan ajaran lainnya, ajaran tradisional menjawab kebutuhan rohani anak Adam akan ketentraman hati di era bermasalah, tertimpa musibah, tertimpa musibah, dan mempersiapkan ritus yang ditujukan buat kebahagiaan anak Adam itu sendiri.
"American Dream"[sunting | sunting sumber]
American Dream, atau "mimpi anak Adam Amerika" di budi Indonesia, ialah sebuah kepercayaan, yang dipercayai oleh banyak anak Adam di Amerika Serikat. Mereka percaya, dengan kerja keras, pengorbanan, dan kelengkapan tekad, minus memedulikan status sosial, seseorang dapat mendapatkan kehidupan yang kian baik.[9]
Gagasan ini berasal dari sebuah keyakinan bahwa Amerika Serikat ialah sebuah "kota di arah bukit" (atau city upon a hill"), "cahaya buat negara-negara" ("a light unto the nations"),[10] yang ada nilai, dan aset yang menebak siap mulai kedatangan karet pengeliling Eropa berbatas angkatan berikutnya.
Pernikahan[sunting | sunting sumber]
Agama sering kali memengaruhi pernikahan, dan perilaku seksual. Kebanyakan dom Kristen memberikan penyucian kepada sandingan yang menikah; dom biasanya memasukkan agenda pengucapan janji ijab kabul di hadapan tamu, sebagai bukti bahwa masyarakat tersebut menerima ijab kabul mereka. Umat Kristen juga memandang jalinan antara Yesus Kristus dengan gerejanya.
Gereja Katolik Roma mempercayai bahwa sebuah perpecahan ialah perbuatan tercela yang disebabkan oleh gajak egoistis dari pribadi masing-masing. Alasan perpecahan biasanya beragam berangkat dari perselingkuhan, ketidak sesuian sifat, perlakukan kasar pasangan, fundamental paham yang sudah tidak sejalan yang di pandangan Gereja Katolik Roma sebuah argumen yang mengada-ada. Gereja Katolik Roma berasas aliran Yesus Kristus berpandangan bahwa seseorang yang terikat di intitusi ijab kabul melakukan perpecahan ialah cuilan dari aliran dari perjinahan kepada Tuhan, dan umat. Berdasarkan pemikiran ini, maka seseorang yang menebak bercerai tidak dapat dinikahkan lagi di dom terkecuali bercerai karena cacat ahad pasangannya menebak dipanggil ke hadapan Tuhan. Sementara Agama Islam memedulikan ijab kabul sebagai suatu kewajiban. Islam mencadangkan buat tidak melakukan perceraian, namun memperbolehkannya.
Sistem disiplin dan pengetahuan[sunting | sunting sumber]
Secara sederhana, pengetahuan ialah segala benda yang terbongkar anak Adam tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka mendapat pengetahuan dengan pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir bagi logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and error).
Sistem pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi:
- pengetahuan tentang alam
- pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan di sekitarnya
- pengetahuan tentang tubuh manusia, pengetahuan tentang sifat, dan tingkah laku sesama manusia
- pengetahuan tentang ruang dan waktu
Perubahan sosial budaya[sunting | sunting sumber]
Perubahan sosial budaya ialah sebuah gejala berubahnya bentuk sosial, dan pola budaya di suatu masyarakat.
Perubahan sosial budaya merupakan gejala am yang berjalan kekal era di saban masyarakat. Perubahan itu berjalan sesuai dengan hakikat, dan fiil alas anak Adam yang selalu ingin melaksanakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan anak Adam sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
Ada tiga faktor yang dapat memengaruhi perubahan sosial:
- tekanan kerja di masyarakat
- keefektifan komunikasi
- perubahan area alam.[11]
Perubahan budaya juga dapat timbul akhir timbulnya perubahan area masyarakat, kreasi baru, dan komunikasi dengan kebudayaan lain. Sebagai contoh, berakhirnya zaman es berujung pada ditemukannya bentuk pertanian, dan akan datang memanas-manasi inovasi-inovasi aktual lainnya di kebudayaan.
Penetrasi kebudayaan[sunting | sunting sumber]
Yang dimaksud dengan intrusi kebudayaan ialah masuknya pengaruh suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat berjalan dengan dua cara:
- Penetrasi akur (penetration pasifique)
- Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh kebudayaan Kpop, Hollywood Movies, Bollywood Movies, dan lain-lain sebagainya ke Indonesia[butuh rujukan]. Penerimaan kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik, lamun memperkaya khasanah budaya bangsa setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur bersih budaya masyarakat.
Penyebaran kebudayaan menurut akur akan memanifestasikan Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis.
Akulturasi ialah bersatunya dua kebudayaan sehingga berkreasi kebudayaan aktual minus membebaskan anggota kebudayaan asli. Contohnya, aliran bangunan Candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara kebudayaan bersih Indonesia, dan kebudayaan India. Asimilasi ialah bercampurnya dua kebudayaan sehingga berkreasi kebudayaan baru. Sedangkan Sintesis ialah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan aktual yang amat berparak dengan kebudayaan asli.
- Penetrasi kebengisan (penetration violante)
- Masuknya sebuah kebudayaan dengan aturan memaksa, dan merusak. Contohnya, masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan kebengisan sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang membobol keseimbangan di masyarakat[butuh rujukan].
Wujud budaya dunia barat antara lain ialah budaya dari Belanda yang menginjak-injak semasa 350 tahun lamanya. Budaya warisan Belanda masih melekat di Indonesia antara lain pada bentuk tadbir Indonesia.
Cara pandang akan kebudayaan[sunting | sunting sumber]
Kebudayaan sebagai peradaban[sunting | sunting sumber]
Saat ini, kebanyakan anak Adam memahami ide "budaya" yang dikembangkan di Eropa pada abad ke-18, dan awal abad ke-19. Gagasan tentang "budaya" ini merefleksikan adanya senjang antara kekuatan Eropa, dan kekuatan daerah-daerah yang dijajahnya.
Mereka memandang 'kebudayaan' sebagai "peradaban" sebagai lawan cakap dari "alam". Menurut aturan agak ini, kebudayaan ahad dengan kebudayaan lain dapat diperbandingkan; cacat ahad kebudayaan pasti kian agung dari kebudayaan lainnya.
Artefak tentang "kebudayaan tingkat tinggi" (High Culture) oleh Edgar Degas.
Pada praktiknya, cakap kebudayaan menunjuk pada benda-benda, dan aktivitas yang "elit" bagai apabila memakai baju yang berkelas, fine art, atau mendengarkan musik klasik, selagi cakap berkebudayaan digunakan buat melukiskan anak Adam yang mengetahui, dan mengambil bagian, dari aktivitas-aktivitas di atas.
Sebagai contoh, andaikan seseorang berpendendapat bahwa nada klasik ialah nada yang "berkelas", elit, dan bercita melalui seni, selagi nada tradisional dianggap sebagai nada yang kampungan, dan kelebihan zaman, maka timbul anggapan bahwa ia ialah anak Adam yang sudah "berkebudayaan".
Orang yang memakai cakap "kebudayaan" dengan aturan ini tidak percaya siap kebudayaan lain yang eksis; mengatur percaya bahwa kebudayaan hanya siap satu, dan menjadi sorong ukur norma, dan nilai di sarwa dunia. Menurut aturan pandang ini, seseorang yang ada kebiasaan yang berparak dengan mengatur yang "berkebudayaan" disebut sebagai anak Adam yang "tidak berkebudayaan"; bukan sebagai anak Adam "dari kebudayaan yang lain." Orang yang "tidak berkebudayaan" dikatakan kian "alam," dan karet pengamat seringkali mempertahankan anasir dari kebudayaan tingkat tinggi (high culture) buat menganiaya pemikiran "manusia alami" (human nature)
Sejak abad ke-18, beberapa kritik sosial menebak menerima adanya antagonisme antara berkebudayaan, dan tidak berkebudayaan, lamun ibarat itu -berkebudayaan, dan tidak berkebudayaan- dapat menganiaya interpretasi perbaikan, dan interpretasi keahlian sebagai perkembangan yang merusak, dan "tidak alami" yang mengaburkan, dan membelokkan fiil alas manusia.
Dalam hal ini, musik tradisional (yang diciptakan oleh bangsa bagian pekerja) dianggap mengekspresikan "jalan bernapas yang alami" (natural way of life), dan nada klasik sebagai suatu kemunduran, dan kemerosotan.
Saat ini kebanyak ilmuwan sosial menolak buat memperbandingkan antara kebudayaan dengan alam, dan konsep monadik yang suah berlaku. Mereka memandang bahwa kebudayaan yang sebelumnya dianggap "tidak elit" dan "kebudayaan elit" ialah sama - masing-masing bangsa ada kebudayaan yang tidak dapat diperbandingkan.
Pengamat sosial membedakan beberapa kebudayaan sebagai kultur populer (popular culture) atau pop kultur, yang berfaedah barang atau aktivitas yang diproduksi, dan dikonsumsi oleh banyak orang.
Kebudayaan sebagai "sudut pandang umum"[sunting | sunting sumber]
Selama Era Romantis, karet cendekiawan di Jerman, khususnya mengatur yang peduli akan gerakan nasionalisme - bagai apabila kerja keras nasionalis buat menyatukan Jerman, dan kerja keras nasionalis dari etnis minoritas anti Kekaisaran Austria-Hongaria - membeberkan sebuah ide kebudayaan di "sudut pandang umum".
Pemikiran ini memandang suatu budaya dengan budaya lainnya ada perbedaan, dan idiosinkrasi masing-masing. Karenanya, budaya tidak dapat diperbandingkan. Meskipun begitu, ide ini masih mengakui adanya pemisahan antara "berkebudayaan" dengan "tidak berkebudayaan" atau kebudayaan "primitif."
Pada akhir abad ke-19, para ahli antropologi menebak memakai cakap kebudayaan dengan arti yang kian luas. Bertolak dari teori evolusi, mengatur mengasumsikan bahwa saban anak Adam tumbuh, dan berevolusi bersama, dan dari evolusi itulah tercipta kebudayaan.
Pada tahun 50-an, subkebudayaan - kelompok dengan perilaku yang sedikit berparak dari kebudayaan induknya - berangkat dijadikan subjek penelitian oleh karet ahli sosiologi. Pada abad ini pula, berjalan popularisasi ide kebudayaan perusahaan - perbedaan, dan fitrah di konteks pekerja organisasi atau tempat bekerja.
Kebudayaan sebagai mekanisme stabilisasi[sunting | sunting sumber]
Teori-teori yang siap era ini memandang bahwa (suatu) kebudayaan ialah sebuah produk dari pemantapan yang melekat di tekanan evolusi menuju kebersamaan, dan ingatan bersama di suatu masyarakat, atau biasa disebut dengan tribalisme.
Kebudayaan di antara masyarakat[sunting | sunting sumber]
Sebuah kebudayaan besar biasanya ada sub-kebudayaan (atau biasa disebut sub-kultur), ialah sebuah kebudayaan yang ada sedikit antagonisme di hal perilaku, dan agama dari kebudayaan induknya. Munculnya sub-kultur disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya karena antagonisme umur, ras, etnisitas, kelas, aesthetik, agama, pekerjaan, pandangan politik dan gender,
Ada beberapa aturan yang dilakukan bangsa ketika berhadapan dengan imigran, dan kebudayaan yang berparak dengan kebudayaan asli. Cara yang dipilih bangsa tergantung pada seberapa besar antagonisme kebudayaan induk dengan kebudayaan minoritas, seberapa banyak pendatang yang datang, budi pekerti dari penduduk asli, keefektifan, dan keintensifan koneksi mendampingi budaya, dan tipe tadbir yang berkuasa.
- Monokulturalisme: Pemerintah mengusahakan terjadinya asimilasi kebudayaan sehingga bangsa yang berparak kebudayaan menjadi satu, dan saling beraksi sama.
- Leitkultur (kebudayaan inti): Sebuah model yang dikembangkan oleh Bassam Tibi di Jerman. Dalam Leitkultur, kelompok minoritas dapat menjaga, dan membeberkan kebudayaannya sendiri, minus bertentangan dengan kebudayaan induk yang siap di bangsa asli.
- Melting Pot: Kebudayaan imigran/asing berbaur, dan berbaur dengan kebudayaan bersih minus campur tangan pemerintah.
- Multikulturalisme: Sebuah kebijakan yang meminta imigran, dan kelompok minoritas buat menjaga kebudayaan mengatur masing-masing, dan berinteraksi menurut akur dengan kebudayaan induk.
[sunting | sunting sumber]
Seiring dengan kemajuan teknologi, dan informasi, hubungan, dan saling keterkaitan kebudayaan-kebudayaan di dunia era ini amat tinggi. Selain kemajuan teknologi, dan informasi, hal tersebut juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, migrasi, dan agama.
- Afrika
Beberapa kebudayaan di benua Afrika terbentuk dengan penjajahan Eropa, bagai kebudayaan Sub-Sahara. Sementara itu, wilayah Afrika Utara kian banyak goyah oleh kebudayaan Arab, dan Islam.
- Amerika
Kebudayaan di benua Amerika dipengaruhi oleh suku-suku Asli benua Amerika; orang-orang dari Afrika (terutama di Amerika Serikat), dan karet pendatang Eropa terutama Spanyol, Inggris, Prancis, Portugis, Jerman, dan Belanda.
- Asia
Asia ada beragam kebudayaan yang berparak ahad sama lain, meskipun begitu, beberapa dari kebudayaan tersebut ada pengaruh yang menonjol akan kebudayaan lain, bagai apabila pengaruh kebudayaan Tiongkok kepada kebudayaan Jepang, Korea, dan Vietnam.
Dalam bidang agama, ajaran Budha dan Taoisme banyak memengaruhi kebudayaan di Asia Timur. Selain kedua Agama tersebut, norma dan nilai Agama Islam juga turut memengaruhi kebudayaan terutama di wilayah Asia Selatan dan Tenggara.
- Australia
Kebanyakan budaya di Australia era saat ini berasal dari kebudayaan Eropa dan Amerika. Kebudayaan Eropa, dan Amerika tersebut akan datang dikembangkan, dan disesuaikan dengan area benua Australia, beserta diintegrasikan dengan kebudayaan penduduk bersih benua Australia, Aborigin.
- Eropa
Kebudayaan Eropa banyak goyah oleh kebudayaan negara-negara yang suah dijajahnya. Kebudayaan ini dikenal juga dengan sebutan "kebudayaan barat". Kebudayaan ini menebak diserap oleh banyak kebudayaan, hal ini terbukti dengan banyaknya pengguna budi Inggris, dan budi Eropa lainnya di sarwa dunia. Selain dipengaruhi oleh kebudayaan negara yang suah dijajah, kebudayaan ini juga dipengaruhi oleh kebudayaan Yunani kuno, Romawi kuno, dan ajaran Kristen, meskipun agama akan ajaran banyak mengalami kemunduran beberapa tahun ini.
- Timur Tengah dan Afrika Utara
Kebudayaan didaerah Timur Tengah dan Afrika Utara era ini kebanyakan amat dipengaruhi oleh nilai, dan adat ajaran Islam, meskipun tidak hanya ajaran Islam yang berbunga di alun-alun ini.
Referensi[sunting | sunting sumber]
- ^ a b c Human Communication: Konteks-konteks Komunikasi
- ^ Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya:Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. 2006. Bandung:Remaja Rosdakarya.hal.25
- ^ Reese, W.L. 1980. Dictionary of Philosophy and Religion: Eastern and Western Thought, p. 488.
- ^ Dari bahasa Arab, artinya: "agama langit"; karena dianggap diturunkan dari angkasa berupa wahyu.
- ^ Karena dianggap muncul dari suatu tradisi bersama Semit kuno dan ditelusuri oleh karet pemeluknya kepada tokoh Abraham/Ibrahim, yang juga disebutkan di kitab-kitab suci ketiga ajaran tersebut.
- ^ Annual Assessment (PDF), Jewish People Policy Planning Institute (Jewish Agency for Israel), 2007, hlm. 15, based on American Jewish Year Book. 106. American Jewish Committee. 2006.
- ^ Adherents.com – Number of Christians in the world
- ^ Miller, Tracy, ed. (2009), Mapping the Global Muslim Population: A Report on the Size and Distribution of the World’s Muslim Population (PDF), Pew Research Center, hlm.4"
- ^ Boritt, Gabor S. Lincoln and the Economics of the American Dream, p. 1.
- ^ Ronald Reagan. "Final Radio Address to the Nation".
- ^ O'Neil, D. 2006. "Processes of Change".
Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]
- Arnold, Matthew. 1869. Culture and Anarchy. New York: Macmillan. Third edition, 1882, available online. Retrieved: 2006-06-28.
- Barzilai, Gad. 2003. Communities and Law: Politics and Cultures of Legal Identities. University of Michigan Press.
- Boritt, Gabor S. 1994. Lincoln and the Economics of the American Dream. University of Illinois Press. ISBN 978-0-252-06445-6.
- Bourdieu, Pierre. 1977. Outline of a Theory of Practice. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-29164-4
- Cohen, Anthony P. 1985. The Symbolic Construction of Community. Routledge: New York,
- Dawkins, R. 1982. The Extended Phenotype: The Long Reach of the Gene. Paperback ed., 1999. Oxford Paperbacks. ISBN 978-0-19-288051-2
- Forsberg, A. Definitions of culture CCSF Cultural Geography course notes. Retrieved: 2006-06-29.
- Geertz, Clifford. 1973. The Interpretation of Cultures: Selected Essays. New York. ISBN 978-0-465-09719-7.
- "Ritual and Social Change: A Javanese Example", American Anthropologist, Vol. 59, No. 1. — 1957.
- Goodall, J. 1986. The Chimpanzees of Gombe: Patterns of Behavior. Cambridge, MA: Belknap Press of Harvard University Press. ISBN 978-0-674-11649-8
- Hoult, T. F., ed. 1969. Dictionary of Modern Sociology. Totowa, New Jersey, United States: Littlefield, Adams & Co.
- Jary, D. and J. Jary. 1991. The HarperCollins Dictionary of Sociology. New York: HarperCollins. ISBN 0-06-271543-7
- Keiser, R. Lincoln 1969. The Vice Lords: Warriors of the Streets. Holt, Rinehart, and Winston. ISBN 978-0-03-080361-1.
- Kroeber, A. L. and C. Kluckhohn, 1952. Culture: A Critical Review of Concepts and Definitions. Cambridge, MA: Peabody Museum
- Kim, Uichol (2001). "Culture, science and indigenous psychologies: An integrated analysis." In D. Matsumoto (Ed.), Handbook of culture and psychology. Oxford: Oxford University Press
- Middleton, R. 1990. Studying Popular Music. Philadelphia: Open University Press. ISBN 978-0-335-15275-9.
- Rhoads, Kelton. 2006. The Culture Variable in the Influence Equation.
- Tylor, E.B. 1974. Primitive culture: researches into the development of mythology, philosophy, religion, art, and custom. New York: Gordon Press. First published in 1871. ISBN 978-0-87968-091-6
- O'Neil, D. 2006. Cultural Anthropology Tutorials, Behavioral Sciences Department, Palomar College, San Marco, California. Retrieved: 2006-07-10.
- Reagan, Ronald. "Final Radio Address to the Nation", January 14, 1989. Retrieved June 3, 2006.
- Reese, W.L. 1980. Dictionary of Philosophy and Religion: Eastern and Western Thought. New Jersey U.S., Sussex, U.K: Humanities Press.
- UNESCO. 2002. Universal Declaration on Cultural Diversity, issued on International Mother Language Day, February 21, 2002. Retrieved: 2006-06-23.
- White, L. 1949. The Science of Culture: A study of man and civilization. New York: Farrar, Straus and Giroux.
- Wilson, Edward O. (1998). Consilience: The Unity of Knowledge. Vintage: New York. ISBN 978-0-679-76867-8.
- Wolfram, Stephen. 2002 A New Kind of Science. Wolfram Media, Inc. ISBN 978-1-57955-008-0
Lihat pula[sunting | sunting sumber]
Pranala luar[sunting | sunting sumber]
- (Indonesia) Situs Resmi Budaya dan Pariwisata (Budpar) Indonesia
- (Indonesia) Tradisi Khas Budaya Anak Indonesia - Ada banyak tradisi antik anak cucu Indonesia yang hingga saat ini masih dilakukan sebagai warisan budaya datuk moyang sekaligus sebagai budaya anak cucu Indonesia
- (Inggris) Artikel tentang arti budaya
- (Inggris) Dictionary of the History of Ideas: "kultur" dan "peradaban" pada zaman modern.
- (Inggris) Negara dan kebudayaannya.
- (Inggris) Global Culture Essay tentang globalisasi, migrasi, dan pengaruhnya akan kebudayaan dunia
- (Inggris) Pusat pembelajaran interkultural
- (Inggris) What is Culture? - Washington State University
- (Inggris) Define Culture - Definisi kultur.
- (Inggris) Reflections on the Politics of Culture oleh Michael Parenti
Begitulah penjelasan tentang Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas semoga artikel ini menambah wawasan salam
Artikel ini diposting pada tag
Komentar
Posting Komentar