Hi, selamat siang di "Indonesia Dalam Berita", sesi kali ini akan membahas tentang kesenian daerah betawi Suku Betawi - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas simak selengkapnya.
Suku Betawi adalah sebentuk suku anak di Indonesia yang penduduknya umumnya bertempat tinggal di Jakarta.[2] Mereka adalah keturunan penduduk yang bermukim di Batavia (nama kolonial dari Jakarta) dari sejak era ke-17.[3][4]
Sejumlah pihak berpendapat bahwa Suku Betawi berasal dari produk perkawinan menemani kedaerahan dengan anak atas masa lalu. Secara biologis, mengatur yang mengaku sebagai anak Adam Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka bangsa dengan anak yang didatangkan akibat Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan anak Adam alias bangsa Betawi sebenarnya terhitung ekspatriat aktual di Jakarta.[5] Kelompok kedaerahan ini jebrol dari kombinasi beraneka macam faksi kedaerahan asing yang pernah lebih dulu hidup di Jakarta, bagaikan Sunda, Melayu, Jawa, Bali, Bugis, Makassar, Ambon, Arab, Tionghoa, dengan India.
Etimologi[sunting | sunting sumber]
Kata Betawi digunakan untuk memaklumatkan bangsa bersih yang menghuni Jakarta[4] dengan bahasa Melayu Kreol yang digunakannya, dengan lagi kebudayaan Melayunya. Mengenai asal mula cakap Betawi, berdasarkan para ahli dengan sejarahwan, bagaikan Ridwan Saidi siap beberapa acuan:
- Pitawi (bahasa Melayu Polinesia Purba) yang artinya larangan. Perkataan ini mengacu atas komplek gedung yang dihormati di Candi Batu Jaya. Sejarahwan Ridwan Saidi mengaitkan bahwa Kompleks Bangunan di Candi Batu Jaya, Tatar Pasundan, Karawang melahirkan sebentuk Kota Suci yang tertutup, sementara Karawang, melahirkan Kota yang terbuka.[6]
- Betawi (Bahasa Melayu Brunei) digunakan untuk melisankan giwang[7]. Nama ini mengacu atas ekskavasi di Babelan, Kabupaten Bekasi[8], yang banyak kedapatan giwang dari era ke-11 M.
- Flora Guling Betawi (cassia glauca), famili papilionaceae yang melahirkan jenis pohon perdu yang kayunya bulat bagaikan berguling dengan mudah diraut serta kukuh[9] Dahulu kala jenis batang pohon Betawi banyak digunakan untuk pembentukan gagang senjata keris alias gagang pisau. Tanaman berguling Betawi banyak tumbuh di Nusa Kelapa dengan beberapa alam di tanah Jawa dengan Kalimantan. Sementara di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, berguling Betawi disebut Kayu Bekawi. Ada perbedaan pengucapan cakap "Betawi" dengan "Bekawi" atas aplikasi kosakata "k" dengan "t" antara Kapuas Hulu dengan Betawi Melayu, pergesekan abjad tersebut biasa berlaku pada bahasa Melayu.
Kemungkinan asma Betawi yang berasal dari jenis pohon pepohonan siap kemungkinan benar. Menurut sejarahwan Ridwan Saidi pasalnya, beberapa asma jenis flora selama ini tentu digunakan atas amal asma tempat alias alam yang siap di Jakarta, bagaikan Gambir, Krekot, Bintaro, Grogol dengan banyak lagi. "Seperti Kecamatan Makasar, asma ini tak siap hubungannya dengan anak Adam Makassar, melainkan diambil dari jenis rerumputan"[10] Sehingga cakap "Betawi" bukanlah berasal dari cakap "Batavia" (nama lama metropolis Jakarta atas masa Hindia Belanda), dikarenakan asma Batavia lebih merujuk kepada wilayah asal datuk moyang anak Adam Belanda, terlebih lagi naskah-naskah yang ditulis atas tahun 1700 - 1800-an menuliskan asma Batavia sebagai Batafia dengan melisankan asma bangsa Betawi sebagai Batawi[11] yang memak nai posisi bangsa Betawi yang bukanlah sebentuk bangsa yang terbentuk karena adanya metropolis Batavia yang dibangun Belanda.
“ | Batavia is the Latin name for the land of the Batavians during Roman times. This was roughly the area around the city of Nijmegen, Netherlands, within the Roman Empire. The remainder of this land is nowadays known gandar Betuwe. During the Renaissance, Dutch historians tried to promote these Batavians to the status of "forefathers" of the Dutch people. They started to call themselves Batavians, later resulting in the Batavian Republic, and took the name "Batavia" to their colonies such gandar the Dutch East Indies, where they renamed the city of Jayakarta to become Batavia from 1619 berayun-ayun about 1942, when its name was changed to Djakarta (this is the short for the former name Jayakarta, later respelt Jakarta; see: History of Jakarta). The name was also used in Suriname, where they founded Batavia, Suriname, and in the United States where they founded the city and the town of Batavia, New York. This name spread further west in the United States to such places gandar Batavia, Illinois, near Chicago, and Batavia, Ohio. | ” |
Kemudian aplikasi cakap Betawi sebagai sebentuk bangsa yang atas masa hindia belanda, diawali dengan pendirian sebentuk badan yang bernama Pemoeda Kaoem Betawi yang jebrol atas tahun 1923.[12]
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Berikut melahirkan pemaparan para ahli akan asal usul Betawi.
Periode setelah masehi[sunting | sunting sumber]
Sejarah Betawi diawali atas masa abad batu yang berdasarkan Sejarawan Sagiman MD pernah siap sejak abad neolitikum. Arkeolog Uka Tjandarasasmita pada monografinya "Jakarta Raya dengan Sekitarnya Dari Zaman Prasejarah Hingga Kerajaan Pajajaran" (1977) ala arkeologis menduga memasrahkan bukti-bukti yang kuat dengan ilmiah akan asal usul penghuni Jakarta dengan sekitarnya dari masa setelah Tarumanagara atas era ke-5. Dikemukakan bahwa membelokkan tidak sejak abad zaman batu baru alias batu aktual (3500–3000 tahun yang lalu) alam Jakarta dengan sekitarnya di mana ada aliran-aliran sungai besar bagaikan Ciliwung, Cisadane, Kali Bekasi, Citarum atas tempat-tempat tertentu pernah didiami akibat bangsa manusia yang menyebar hampir di seluruh wilayah Jakarta. Dari alat-alat yang kedapatan di situs-situs itu, bagaikan kapak, beliung, pahat, cangkul yang pernah diumpam halus dengan memakai gagang dari kayu, disimpulkan bahwa bangsa manusia itu pernah mengetahui agraria (mungkin semacam perladangan) dengan peternakan. Bahkan lagi mungkin menduga mengetahui struktur badan kemasyarakatan yang teratur. [13]
Sementara Yahya Andi Saputra (Alumni Fakultas Sejarah Universitas Indonesia), berpendapat bahwa penduduk bersih Betawi adalah penduduk Nusa Jawa. Menurutnya, berlalu kala penduduk di Nusa Jawa melahirkan eka kesatuan budaya. Bahasa, kesenian, dengan etiket kepercayaan mengatur sama. Dia menyebut beraneka macam sebab yang kemudian menjadikan mengatur sebagai bangsa anak sendiri-sendiri.
- Pertama, munculnya kerajaan-kerajaan atas abad sejarah.
- Kedua, kedatangan dengan pengaruh penduduk dari dalam Nusa Jawa.
- Terakhir, kelanjutan kemajuan perniagaan alam masing-masing.
Penduduk bersih Betawi berbahasa Kawi (Jawa kuno). Di antara penduduk lagi mengetahui abjad hanacaraka (abjad bahasa Jawa dengan Sunda). Jadi, penduduk bersih Betawi menduga berdiam di Jakarta dengan sekitarnya sejak abad dahulu.[14]
Periode sehabis masehi[sunting | sunting sumber]
Periode awal[sunting | sunting sumber]
Abad ke-2[sunting | sunting sumber]
Pada era ke-2, Menurut Yahya Andi Saputra Jakarta dengan sekitarnya terbabit wilayah kekuasaan Kerajaan Salakanagara alias Holoan yang terletak di kaki Gunung Salak, Bogor. Penduduk bersih Betawi adalah anak buah Kerajaan Salakanagara. Pada abad itu bursa dengan Cina menduga maju. Bahkan, atas tahun 432 M Salakanagara menduga mengirim utusan dagang ke Tiongkok.
Abad ke-5[sunting | sunting sumber]
Pada akhir era ke-5 bangkit kerajaan Hindu Tarumanagara di tepi sungai Citarum. Menurut Yahya, siap yang memandang Tarumanagara melahirkan kelanjutan Kerajaan Salakanagara. Hanya sahaja ibu metropolis kerajaan dipindahkan dari kaki ancala Salak ke tepi sungai Citarum. Penduduk bersih Betawi menjadi anak buah kerajaan Tarumanagara. Tepatnya letak ibu metropolis kerajaan di tepi sungai Candrabhaga, yang akibat Poerbatjaraka diidentifikasi dengan sungai Bekasi. Candra berfaedah bulan alias sasih, oke ucapan lengkapnya Bhagasasi alias Bekasi, yang terletak di arah timur pinggiran Jakarta. Di sinilah, berdasarkan perkiraan Poerbatjaraka, letak keraton kerajaan Tarumanengara yang termasyhur itu. Raja Hindu ini alih-alih seorang ahli pengairan. Raja melaksanakan bendungan di tepi kali Bekasi dengan Kalimati. Maka sejak saat itu anak buah Tarumanagara mengetahui persawahan menetap. Pada abad Tarumagara kesenian dari berkembang. Petani Betawi membuat umbul-umbul ladang untuk mengusir burung. Orang-orangan ini diberi baju dengan bertopi, yang engat saat ini sedang boleh kita saksikan di sawah-sawah menjelang panen. Petani Betawi menyanyikan corak dengan menggerak-gerakkan tangan umbul-umbul ladang itu. Jika panen tiba petani bergembira. Sawah subur, karena diyakini Dewi Sri menyayangi mereka. Dewi Sri, berdasarkan mitologi Hindu, adalah dewi kemakmuran. Penduduk mengarak barongan yang dinamakan ondel-ondel untuk memaklumatkan mengatur kepunyaan kagumbiraan. Ondel-ondel juga diarak dengan menyuarakan gamelan. Nelayan lagi bergembira mengacara panen laut. Ikan segar melahirkan mata pencarian yang mengatur dapatkan dari laut. Karenanya mengatur mengadakan upacara nyadran. Ratusan arombai nelayan melaut mengarak akal kerbau yang dilarungkan ke laut.
Abad ke-7[sunting | sunting sumber]
Pada era ke-7 Kerajaan Tarumanagara ditaklukkan Kerajaan Sriwijaya yang beribadat Buddha. Di abad kekuasaan Sriwijaya berdatangan penduduk Melayu dari Sumatra. Mereka melaksanakan permukiman di pantai Jakarta. Kemudian bahasa Melayu menggantikan kedudukan bahasa Kawi sebagai bahasa pergaulan. Ini disebabkan kejadian perkawinan antara penduduk bersih dengan ekspatriat Melayu. Bahasa Melayu pertama kali sekadar dipakai di alam pantai sahaja kemudian meluas sehingga ke alam kaki Gunung Salak dengan Gunung Gede. Bagi bangsa Betawi ahli kepunyaan batasan penting. Kehidupan berkeluarga dipandang suci. Anggota ahli wajib menjunjung agung martabat keluarga. Dalam ahli Betawi ayah disebut baba. Tetapi siap lagi yang menyebutnya babe, mba, abi alias abah — pengaruh para ekspatriat dari Hadramaut, Yaman. Ibu disebut mak. Tetapi tidak kurang kuantitas yang melisankan umi alias enya' dari cakap nyonya. Anak mula-mula dinamakan anak bongsor dengan anak bungsu dinamakan anak bontot.
Abad ke-10[sunting | sunting sumber]
Pada seputar era ke-10. Saat berlaku persaingan antara anak Adam Melayu ialah Kerajaan Sriwijaya dengan anak Adam Jawa yang tak asing adalah Kerajaan Kediri. Persaingan ini kemudian menjadi perang dengan membawa Tiongkok iring aduk sebagai penengah karena perniagaan mengatur terganggu. Perdamaian tercapai, kendali lautan dibagi dua, arah Barat dari dari Cimanuk dikendalikan Sriwijaya, arah timur dari dari Kediri dikendalikan Kerajaan Kediri. Artinya bandar Kalapa terbabit kendali Sriwijaya.
Sriwijaya kemudian meminta mitranya ialah Syailendra di Jawa Tengah untuk membantu mengawasi perairan teritorial Sriwijaya di Jawa belahan barat. Tetapi alih-alih Syailendara abai maka Sriwijaya mendatangkan migran bangsa Melayu Kalimantan belahan barat ke Kalapa. Pada ambang itulah berlaku persebaran bahasa Melayu di Kerajaan Kalapa yang atas gilirannya – karena gelombang imigrasi itu lebih besar ketimbang pemukin asal – bahasa Melayu yang mengatur bawa menaklukkan bahasa Sunda Kawi sebagai lingua franca di Kerajaan Kalapa. Sejarahwan Ridwan Saidi mencontohkan, anak Adam “pulo”, ialah anak Adam yang berdiam di Kepulauan Seribu, melisankan hari di mana angin bertiup sangat kencang dengan membinasakan nelayan dengan “musim barat” (bahasa Melayu), bukan “musim kulon” (bahasa Sunda), orang-orang di banat pinggiran Jakarta mengatakan “milir”, “ke hilir” dengan “orang hilir” (bahasa Melayu Kalimantan belahan barat) untuk mengatakan “ke kota” dengan “orang kota”.
Periode kolonialisasi Eropa[sunting | sunting sumber]
Abad ke-16[sunting | sunting sumber]
Perjanjian antara Surawisesa (raja Kerajaan Pajajaran) dengan anak Portugis atas tahun 1512 yang membolehkan Portugis untuk membangun satu masyarakat di Sunda Kalapa mengakibatkan perkawinan campuran antara penduduk nasional dengan anak Portugis yang menurunkan darah campuran Portugis. Dari masyarakat ini jebrol musik keroncong alias dikenal sebagai Keroncong Tugu.
Setelah VOC menjadikan Batavia sebagai fokus kegiatan niaganya, Belanda menghajatkan banyak tenaga kerja untuk membocorkan lahan agraria dengan membangun roda perekonomian metropolis ini. Ketika itu VOC banyak membeli budak dari penguasa Bali, karena saat itu di Bali sedang berlangsung praktik perbudakan.[15] Itulah penyebab sedang tersisanya kosakata dengan adat bahasa Bali pada bahasa Betawi kini. Kemajuan bursa Batavia atraktif beraneka macam bangsa anak dari penjuru Nusantara engat Tiongkok, Arab dengan India untuk bekerja di metropolis ini. Pengaruh bangsa anak ekspatriat berbeda tampak bayan pada busana pengantin Betawi yang banyak dipengaruhi anasir Arab dengan Tiongkok. Berbagai asma tempat di Jakarta lagi menyisakan petunjuk asal usul mengenai datangnya beraneka macam bangsa anak ke Batavia, Kampung Melayu, Kampung Bali, Kampung Ambon, Kampung Jawa, Kampung Makassar dengan Kampung Bugis. Rumah Bugis di belahan melahirkan Jalan Mangga Dua di alam desa Bugis yang dimulai atas tahun 1690.
Abad ke-19[sunting | sunting sumber]
Pada April 1967 di majalah Indonesia buletin Cornell University, Amerika, sejarahwan Australia, Lance Castles mengumumkan penelitiannya menyangkut asal ajakan anak Adam Betawi. Hasil penelitian yang berjudul “The Ethnic Profile of Jakarta” menyebut bahwa anak Adam Betawi terbentuk atas seputar pertengahan era ke-19 sebagai produk jalan peleburan dari beraneka macam faksi kedaerahan yang menjadi budak di Batavia.
Secara singkat sketsa asal usul kejadian anak Adam Betawi berdasarkan Castles boleh ditelusuri dari:
- Daghregister, ialah catatan harian tahun 1673 yang dibuat Belanda yang berdiam di pada metropolis baluarti Batavia.
- Catatan Thomas Stanford Raffles pada History of Java atas tahun 1815.
- Catatan penduduk atas Encyclopaedia van Nederlandsch Indie tahun 1893
- Sensus penduduk yang dibuat pemerintah Hindia Belanda atas tahun 1930.
Oleh karena klasifikasi penduduk pada keempat catatan itu nisbi sama, maka ketiganya boleh diperbandingkan, untuk memasrahkan gambaran metamorfosis komposisi kedaerahan di Jakarta sejak asal era ke-19 engat asal era ke-20. Sebagai produk rekonstruksi, angka-angka tersebut mungkin tidak membayangkan situasi yang sebenarnya, tetapi berdasarkan Castles sekadar itulah bahan asal usul yang tersedia yang nisbi bonafide walaupun produk amatan yang dilakukan Castles mendapatkan banyak kritikan karena sekadar menitikberatkan kepada skesta asal usul yang aktual ditulis tahun 1673.
Mengikuti amatan Castles, antropolog Universitas Indonesia, Dr. Yasmine Zaki Shahab, M.A. memperkirakan kedaerahan Betawi aktual terbentuk seputar seabad lalu, antara tahun 1815-1893. Di abad kolonial Belanda, pemerintah selalu melancarkan sensus, yang dibuat berdasarkan anak alias kalangan etnisnya. Dalam bahan sensus penduduk Jakarta tahun 1615 dengan 1815, ada penduduk dari beraneka macam kalangan etnis, tetapi tidak siap catatan mengenai kalangan kedaerahan Betawi. Hasil sensus tahun 1893 menunjukkan hilangnya sejumlah kalangan kedaerahan yang sebelumnya ada. Misalnya sahaja anak Adam Arab dengan Moor, anak Adam Melayu, anak Adam Bali, Jawa, Sunda, anak Adam Sulawesi Selatan, anak Adam Sumbawa, anak Adam Ambon dengan Banda. Kemungkinan kesemua bangsa anak Nusantara dengan Arab Moor ini dikategorikan ke pada kesatuan penduduk pribumi (bahasa Belanda: inlander) di Batavia yang kemudian terserap ke pada faksi kedaerahan Betawi.
Abad ke-20[sunting | sunting sumber]
Pada abad kolonial Belanda tahun 1930, kategori anak Adam Betawi yang sebelumnya tidak pernah siap bahkan muncul sebagai kategori aktual pada bahan sensus tahun tersebut. Jumlah anak Adam Betawi sebanyak 778.953 jiwa dengan menjadi mayoritas penduduk Batavia tempo itu. Namun berdasarkan Uka Tjandarasasmita penduduk bersih Jakarta menduga siap sejak 3500-3000 tahun setelah masehi. Antropolog Universitas Indonesia lainnya, Prof. Dr. Parsudi Suparlan menyatakan, kesadaran sebagai anak Adam Betawi atas asal pembentukan faksi kedaerahan itu lagi belum mengakar. Dalam pergaulan sehari-hari, mengatur lebih acap melisankan diri berdasarkan lokalitas tempat tinggal mereka, bagaikan anak Adam Kemayoran, anak Adam Senen, alias anak Adam Rawabelong.
Pengakuan terhadap adanya anak Adam Betawi sebagai sebentuk faksi kedaerahan dengan sebagai satuan kemasyarakatan dengan ketatanegaraan pada lingkup yang lebih luas, yakni Hindia Belanda, aktual muncul atas tahun 1923, saat Husni Thamrin, aktivis bangsa Betawi melaksanakan Pemoeda Kaoem Betawi. Baru atas tempo itu kembali segenap anak Adam Betawi sadar mengatur melahirkan sebentuk golongan, yakni kalangan anak Adam Betawi.
Dr. Yasmine Zaki Shahab, M.A. berpendapat bahwa engat beberapa tempo yang kalakian penduduk bersih Jakarta mengidentifikasikan dirinya sebagai anak Adam Melayu alias berdasarkan lokasi tempat tinggal mereka, bagaikan anak Adam Kwitang; anak Adam Kemayoran; anak Adam Tanah Abang dengan seterusnya. Setelah tahun 1970-an yang melahirkan titik balik kebangunan kebetawian di Jakarta menduga berlaku pergesekan lebel dari Melayu ke Betawi. Orang yang dulu melisankan kelompoknya sebagai Melayu menduga melisankan dirinya sebagai anak Adam Betawi.
Ada lagi yang berpendapat bahwa anak Adam Betawi tidak sekadar mencakup bangsa campuran pada baluarti Batavia yang dibangun akibat Belanda tapi lagi mencakup penduduk di dalam baluarti tersebut yang disebut bangsa proto Betawi. Penduduk nasional di dalam baluarti Batavia tersebut pernah menggunakan bahasa Melayu yang am digunakan di Sumatra, Kalimantan, Semenanjung Malaka, Brunei dengan Thailand Selatan yang kemudian dijadikan sebagai bahasa Indonesia.
Setelah kemerdekaan[sunting | sunting sumber]
Sejak akhir era yang kalakian dengan khususnya sehabis kebebasan (1945), Jakarta dibanjiri imigran dari seluruh Indonesia, sehingga anak Adam Betawi — pada batasan apapun lagi — tinggal sebagai minoritas. Pada tahun 1961, 'suku' Betawi mencakup kurang lebih 22,9 persen dari antara 2,9 juta penduduk Jakarta atas tempo itu. Mereka semakin terdesak ke pinggiran, justru ramai-ramai digusur dengan campakan ke dalam Jakarta. Proses asimilasi dari beraneka macam bangsa yang siap di Indonesia engat saat ini terus berlangsung dengan melalui jalan panjang itu pulalah salah eka caranya ’suku’ Betawi hadir.
Seni dengan kebudayaan[sunting | sunting sumber]
Seni dengan Budaya bersih Penduduk Jakarta alias Betawi boleh dilihat dari temuan arkeologis, semisal giwang-giwang yang kedapatan pada penggalian di Babelan, Kabupaten Bekasi yang berasal dari era ke-11 masehi. Selain itu budaya Betawi lagi berlaku dari jalan campuran budaya antara bangsa bersih dengan dari beragam kedaerahan ekspatriat alias yang biasa dikenal dengan istilah Mestizo. Sejak abad dahulu, wilayah bekas kerajaan Salakanagara alias kemudian dikenal dengan "Kalapa" (sekarang Jakarta) melahirkan wilayah yang atraktif ekspatriat dari pada dengan dalam Nusantara, Percampuran budaya lagi datang atas masa Kepemimpinan Raja Pajajaran, Prabu Surawisesa di mana Prabu Surawisesa mengadakan akad dengan Portugal dengan dari produk percampuran budaya antara Penduduk bersih dengan Portugal inilah jebrol Keroncong Tugu.
Suku-suku yang mendiami Jakarta sekarang antara lain, Jawa, Sunda, Melayu, Minang, Batak, dengan Bugis. Selain dari penduduk Nusantara, budaya Betawi lagi banyak menyerap dari budaya luar, bagaikan budaya Arab, Tiongkok, India, dengan Portugis.
Suku Betawi sebagai penduduk bersih Jakarta gamak tersingkirkan akibat penduduk pendatang. Mereka keluar dari Jakarta dengan pindah ke wilayah-wilayah yang siap di provinsi Jawa Barat dengan provinsi Banten. Budaya Betawi juga tersingkirkan akibat budaya asing baik dari Indonesia meskipun budaya barat. Untuk melestarikan budaya Betawi, didirikanlah cagar budaya di Situ Babakan.
Bahasa[sunting | sunting sumber]
Peta persebaran bahasa yang dituturkan di Jawa, Madura, dengan Bali. Bahasa Betawi dituturkan pada dengan seputar Jakarta baru (bur) ala tradisional terdaftar sebagai Bahasa Melayu.
Sifat campur-aduk pada bahasa Betawi alias Melayu Dialek Jakarta alias Melayu Batavia adalah gambaran dari kebudayaan Betawi ala umum, yang melahirkan produk dari asimilasi kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah asing di Nusantara meskipun kebudayaan asing.[16]
Ada lagi yang berpendapat bahwa bangsa anak yang mendiami alam seputar "Kalapa" (sekarang Jakarta) lagi dikelompokkan sebagai bangsa Betawi asal (proto-Betawi). Menurut sejarah, Kerajaan Tarumanagara, yang berpusat di Sundapura, pernah diserang dengan ditaklukkan akibat kerajaan Sriwijaya dari Sumatra. Oleh karena itu, tidak heran kalau penduduk bersih Betawi yang atas awalnya berbicara Kawi dengan mendiami alam seputar bandar Sunda Kalapa (jauh setelah Sumpah Pemuda) pernah menggunakan bahasa Melayu, justru siap lagi yang mengatakan bangsa lainnya semisal bangsa Sunda yang mendiami wilayah inipun lagi iring menggunakan Bahasa Melayu yang am digunakan di Sumatra dengan Kalimantan Barat, aplikasi bahasa ini dikarenakan semakin kuantitas ekspatriat dari wilayah Melayu lainnya semisal Kalimantan Barat dikarenakan dianggap abainya Syailendra saat dimintai bantu akibat Sriwijaya untuk menjaga wilayah perairan laut arah barat Sungai Cimanuk sebagai produk Perjanjian Damai Sriwijaya-Kediri yang dimediasi akibat Tiongkok yang kemudian dijadikan sebagai bahasa nasional.
Karena perbedaan bahasa yang digunakan antara bangsa Betawi dengan suku Sunda di wilayah lainnya tersebut maka atas asal era ke-20, Belanda memandang anak Adam yang tinggal di seputar Batavia sebagai kedaerahan yang berparak dengan kedaerahan Sunda dengan menyebutnya sebagai kedaerahan Betawi. Walau demikian, sedang banyak asma alam dengan asma sungai yang sedang konsisten dipertahankan pada bahasa Sunda bagaikan cakap Ancol, Pancoran, Cilandak, Ciliwung, Cideng (yang berasal dari Cihideung dengan kemudian berubah menjadi Cideung dengan tearkhir menjadi Cideng), dengan lain-lain yang sedang sesuai dengan penamaan yang digambarkan pada naskah antik Bujangga Manik[17] yang saat ini disimpan di perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris.
Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa informal alias bahasa begandring sehari-hari adalah Bahasa Indonesia bahasa Betawi. Dialek Betawi seorang diri terpecah atas dua jenis, ialah bahasa Betawi tengah dengan bahasa Betawi pinggir. Dialek Betawi tengah umumnya berbunyi "é" sedangkan bahasa Betawi pinggir adalah "a". Dialek Betawi fokus alias tengah acap kali dianggap sebagai bahasa Betawi sejati, karena berasal dari tempat bermulanya metropolis Jakarta, yakni alam perdusunan Betawi di seputar Jakarta Kota, Sawah Besar, Tugu, Cilincing, Kemayoran, Senen, Kramat, engat batas membelokkan daksina di Meester (Jatinegara). Dialek Betawi pinggiran dari dari Jatinegara ke selatan, Condet, Jagakarsa, Depok, Rawa Belong, Ciputat engat ke pinggir daksina engat Jawa Barat. Contoh penutur bahasa Betawi tengah adalah Benyamin Sueb, Ida Royani dengan Aminah Cendrakasih, karena mengatur tentu berasal dari alam Kemayoran dengan Kramat Sentiong. Sedangkan contoh penutur bahasa Betawi pinggiran adalah Mandra dengan Pak Tile. Contoh membelokkan bayan adalah saat mengatur mengucapkan kenape/kenapa'' (mengapa). Dialek Betawi tengah bayan menyebut "é", sedangkan Betawi pinggir bernada "a" keras mati bagaikan "ain" mati pada cara baca mengaji Al Quran.
Musik[sunting | sunting sumber]
Dalam bidang kesenian, misalnya, anak Adam Betawi memegang seni Gambang Kromong yang berasal dari seni musik Tionghoa, tetapi lagi siap Rebana yang berakar atas adat-istiadat musik Arab, orkes Samrah berasal dari Melayu, Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-Arab, dengan Tanjidor yang berlatarbelakang ke-Belanda-an. Saat ini Suku Betawi terkenal dengan seni Lenong, Gambang Kromong, Rebana Tanjidor dengan Keroncong. Betawi lagi memegang corak tradisional bagaikan "Kicir-kicir".
Tari dengan drama[sunting | sunting sumber]
Seni dansa di Jakarta melahirkan kombinasi antara unsur-unsur budaya bangsa yang siap di dalamnya. Contohnya dansa Topeng Betawi,[18] Yapong yang dipengaruhi dansa Jaipong Sunda,[19]Cokek, dansa silat dengan lain-lain. Pada awalnya, seni dansa di Jakarta memegang pengaruh Sunda dengan Tiongkok, bagaikan dansa Yapong dengan kostum penari khas pemain Opera Beijing. Namun Jakarta boleh dinamakan alam yang membelokkan dinamis. Selain seni dansa lama lagi muncul seni dansa dengan gaya dengan koreografi yang dinamis.
Drama tradisional Betawi antara asing lenong dengan tonil. Pementasan lakon tradisional ini biasanya menggambarkan denyut sehari-hari anak buah Betawi, dengan diselingi lagu, pantun, lawak, dengan lelucon jenaka. Kadang-kadang pemain lenong boleh berinteraksi langsung dengan penonton.[20]
Cerita rakyat[sunting | sunting sumber]
Cerita rakyat yang berkembang di Jakarta kecuali cerita anak buah yang pernah dikenal bagaikan Si Pitung, lagi dikenal cerita anak buah asing bagaikan berantai Jagoan Tulen alias Si Jampang yang mengisahkan jawara-jawara Betawi baik pada perjuangan meskipun kehidupannya yang dikenal "keras".[21] Selain mengisahkan jawara alias pendekar dunia persilatan, lagi dikenal cerita Nyai Dasima yang menggambarkan denyut abad kolonial. Cerita lainnya ialah Mirah dari Marunda, Murtado Macan Kemayoran, Juragan Boing dengan yang lainnya.
Senjata tradisional[sunting | sunting sumber]
Senjata khas Jakarta adalah bendo alias golok yang bersarungkan dari kayu.
Rumah tradisional[sunting | sunting sumber]
Rumah tradisional/adat Betawi adalah rumah kebaya. Terdapat kembali bangunan tradisional asing bagaikan rumah panggung Betawi.
Kepercayaan[sunting | sunting sumber]
Sebagian besar Orang Betawi menganut agama Islam, tetapi yang menganut agama Kristen; Protestan dengan Katolik lagi siap tetapi sekadar sedikit sekali. Di antara bangsa Betawi yang beribadat Kristen, siap yang memaklumatkan bahwa mengatur adalah keturunan campuran antara penduduk nasional dengan anak Portugis. Hal ini wajar karena atas asal era ke-16, Surawisesa, aru Pajajaran mengadakan akad dengan Portugis yang membolehkan Portugis membangun baluarti dengan bangunan di bandar Sunda Kalapa sehingga terbentuk masyarakat Portugis di Sunda Kalapa. Komunitas Portugis ini sekarang sedang siap dengan menetap di alam Kampung Tugu, Jakarta Utara.[22]
Perilaku dengan sifat[sunting | sunting sumber]
Asumsi awam anak Adam akan bangsa Betawi ini jarang yang berhasil, baik pada segi ekonomi, pendidikan, dengan teknologi. Padahal tidak sedikit anak Adam Betawi yang berhasil. Beberapa dari mengatur adalah Muhammad Husni Thamrin, Benyamin Sueb, dengan Fauzi Bowo, Gubernur DKI Jakarta ambang 2007-2012.
Ada beberapa kejadian yang positif dari Betawi antara asing jiwa kemasyarakatan mengatur sangat tinggi, walaupun kadang-kadang pada beberapa kejadian terlalu berlebih dengan cenderung tendensius. Orang Betawi lagi sangat menjaga nilai-nilai agama yang membayang dari aliran anak Adam dalu (terutama yang beribadat Islam) kepada anak-anaknya. Masyarakat Betawi sangat menghargai pluralisme. Hal ini terlihat dengan hubungan yang baik antara bangsa Betawi dengan ekspatriat dari dalam Jakarta.
Orang Betawi sangat menghormati budaya yang mengatur warisi. Terbukti dari gajak awam warga yang mesih memainkan lakon alias kebudayaan yang diwariskan dari masa ke masa bagaikan lenong, ondel-ondel, gambang kromong, dengan lain-lain.
Memang tidak bisa dimungkiri bahwa keberadaan sebagian besar bangsa Betawi masa saat ini gamak terpinggirkan akibat pembaruan di lahan lahirnya sendiri. Namun konsisten siap optimisme dari bangsa Betawi terhadap generasi kelak yang bahkan akan menopang pembaruan tersebut.
Profesi[sunting | sunting sumber]
Di Jakarta, anak Adam Betawi sekarang sebagai produk asimilasi menemani bangsa bangsa, setelah era Orde Baru, terpecah atas beberapa karier berdasarkan lingkup wilayah (kampung) mengatur masing-masing. Semisal di desa Kemanggisan dengan sekitaran Rawabelong banyak dijumpai para petani kesuma (anggrek, kamboja Jepang, dengan lain-lain) dengan ala am banyak menjadi guru, pengajar, dengan pendidik. Profesi pedagang, pembatik lagi banyak dilakoni akibat kaum betawi. Petani dengan pekebun lagi am dilakoni akibat warga Kemanggisan.
Kampung yang sekarang lebih dikenal dengan Kuningan adalah tempat para peternak sapi perah. Kampung Kemandoran di mana butala tidak sesubur Kemanggisan. Mandor, bek, andalan silat banyak di jumpai disana semisal Ji'ih teman seperjuangan Si Pitung dari Rawabelong. Di desa Paseban banyak warga adalah kaum pekerja kantoran sejak abad Belanda, meski daya pencak silat mengatur lagi tidak diragukan. Guru, pengajar, ustaz, dengan karier pedagang eceran lagi kerap dilakoni.
Warga Tebet aslinya adalah orang-orang Betawi gusuran Senayan, karena saat itu program Ganefo yang dicetuskan akibat Bung Karno melahirkan warga Betawi evakuasi ke Tebet dengan sekitarnya untuk "terpaksa" memuluskan pembentukan berbelit-belit olahraga Gelora Bung Karno yang dikenal sekarang ini. Karena salah eka asal-muasal berkembangnya bangsa Betawi adalah dari asimilasi (orang Nusantara, Tionghoa, India, Arab, Belanda, Portugis, dengan lain-lain), karier per kaum disesuaikan atas cara pandang kedaerahan dengan bauran kedaerahan alur (sungai) masing-masing.
Tokoh[sunting | sunting sumber]
- Alika - penyanyi, ahli grup bunyi betina Princess
- Alya Rohali - artis, Puteri Indonesia 1996
- Benyamin Sueb - seniman
- Bokir - seniman lenong
- Deddy Mizwar - aktor, sutradara, aktivis perfilman
- Fauzi Bowo - Gubernur DKI Jakarta (2007-2012)
- Firman Muntaco - sastrawan
- Hassan Wirajuda - eks Menteri Luar Negeri
- Ismail Marzuki - pahlawan nasional, seniman
- Dewi Rezer - artis
- Mandra - artis
- Mastur - artis
- Mat Solar - artis
- Dewi Sandra - artis, penyanyi
- Muhammad Husni Thamrin - pahlawan nasional
- Nasir - seniman lenong
- Nawi Ismail - sutradara, aktivis perfilman
- Noer Alie - pahlawan nasional, ulama
- Omaswati - artis
- Ridwan Saidi - budayawan, politisi
- SM Ardan - sastrawan
- Asmirandah - aktris, penyanyi
- Surya Saputra - aktor, penyanyi
- Suryadharma Ali - Menteri Agama
- Tuty Alawiyah - mubalighat, aktivis pendidik, eks menteri
- Ussy Sulistyowati - artis
- Zainuddin MZ - ulama
- David Nurbianto - Komedian
Kuliner[sunting | sunting sumber]
Masakan[sunting | sunting sumber]
Masakan khas Betawi antara asing gabus pucung, laksa betawi. sayur babanci, daun godog, soto Betawi, ayam sampyok, kerak telor, asinan Betawi, soto tangkar dengan nasi uduk.[23]
Kue-kue[sunting | sunting sumber]
Kue-kue khas Betawi apabila kue cucur, kue rangi, kue talam, kue kelen, kue kesuma goyang, kerak telor, sengkulun, putu mayang, andepite, kue ape, kue cente manis, kue pepe, kue dongkal, kue geplak, dodol betawi, dengan roti buaya.
Minuman[sunting | sunting sumber]
Minuman khas Betawi contohnya adalah es sandang mayang, es goyang, dengan bir pletok.
Lihat pula[sunting | sunting sumber]
Referensi[sunting | sunting sumber]
- ^ a b "Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, Dan Bahasa Sehari-Hari Penduduk Indonesia". Badan Pusat Statistik. 2010. Diakses coplok 18 Juli 2017.
- ^ Knorr, Jacqueline (2014). Creole Identity in Postcolonial Indonesia. Volume 9 of Integration and Conflict Studies. Berghahn Books. hlm. 91. ISBN 9781782382690.
- ^ No Money, No Honey: A study of street traders and prostitutes in Jakarta by Alison Murray. Oxford University Press, 1992. Glossary page xi
- ^ a b Dina Indrasafitri (26 April 2012). "Betawi: Between tradition and modernity". The Jakarta Post. Jakarta.
- ^ "Debunking the 'native Jakartan myth'". The Jakarta Post. Jakarta. 7 November 2011.
- ^ Pernyataan Ridwan Saidi pada artikel ini belum menjelaskan konteks Karawang yang tertutup dengan terbuka apakah pada konteks kurun tempo yang sama alias ambang berbeda.
- ^ Etimologi dari Giwang berdasarkan Kamus Daerah - Kamus Bahasa Daerah Online Berbagai Bahasa Daerah di Indonesia :
1. Giwang (bhs. Sunda) Artinya: kerabu, subang. (bhs. Indonesia)
2. Giwangkara (bhs. Sunda)
Artinya: matahari. (bhs. Indonesia)
3. Giwang (bhs. Sunda)
Artinya: gewang gelang 1 kurabu 2 (halus) suweng, gelang 1 gelang (bhs. Indonesia)
- ^ Penelusuran Poerbatjaraka (seorang ahli bahasa Sansakerta dengan bahasa Jawa Kuno). Kata “Bekasi” ala filologis berasal dari cakap Candrabhaga; Candra berfaedah bulan (“sasi” pada bahasa Jawa Kuno) dengan Bhaga berfaedah bagian. Jadi Candrabhaga berfaedah belahan dari bulan. Pelafalan cakap Candrabhaga kadang berubah menjadi Sasibhaga alias Bhagasasi. Dalam pengucapannya acap disingkat Bhagasi, dengan karena pengaruh bahasa Belanda acap ditulis Bacassie (di Stasiun Lemahabang pernah kedapatan plang asma Bacassie). Kata Bacassie kemudian berubah menjadi Bekasi sampai dengan sekarang.
Candrabhaga melahirkan belahan dari Kerajaan Tarumanagara, yang bangkit sejak era ke-5 Masehi. Ada 7 prasasti yang menyebut adanya kerajaan Tarumanagara yang dipimpin akibat Maharaja Purnawarman, yakni Prasasti Tugu (Cilincing, Jakarta), Prasasti Ciaruteun, Prasasti Muara Cianten, Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Jambu, Prasasti Pasir Awi (ke heksa- batu bertulis ini siap di alam Bogor), dengan eka batu bertulis di alam Bandung Selatan (Prasasti Cidangiang).
Diduga bahwa Bekasi melahirkan salah eka fokus Kerajaan Tarumanagara (Prasasti Tugu, berbunyi: ..dahulu kali yang bernama Kali Candrabhaga digali akibat Maharaja Yang Mulia Purnawarman, yang mengalir engat ke laut, justru kali ini mengalir disekeliling keraton kerajaan. Kemudian, semasa 22 tahun dari tahta aru yang adiluhung dengan bijaksana beserta seluruh panji-panjinya menggali kali yang bagus dengan basah jernih, “Gomati” namanya. Setelah sungai itu mengalir disekitar butala kediaman Yang Mulia Sang Purnawarman. Pekerjaan ini dimulai atas hari yang baik, ialah atas coplok 8 paro burit bulan Phalguna dengan diakhiri atas coplok 13 paro terang bulan Caitra. Jadi, selesai sekadar 21 hari saja. Panjang produk galian kali itu mencapai 6.122 tumbak. Untuk itu, diadakan hajatan yang dipimpin akibat para Brahmana dengan Raja mendharmakan 1000 ekor sapi…). Tulisan pada batu bertulis ini menggambarkan amanat Raja Purnawarman untuk menggali kali Candrabhaga, yang bertujuan untuk mengairi ladang dengan menghindar dari bencana air naik yang kerap melanda wilayah Kerajaan Tarumanagara (Lebih tua lihat : Kabupaten Bekasi).
- ^ Fillet, GJ, 1888. Plaaantkundig Woordenboek van Nederlandsch - Indie. Amsterdam : J.H. de Bussy
- ^ "Dari Gagang Keris Menjadi Betawi"
- ^ Saputra, Yahya Andi. 2008. Upacara daur hidup etiket Betawi. Jakarta : Wedatama Widya Sastra
- ^ Profil Kesenian Tanjidor di situs web LanggamBudaya.ui.ac.id.
- ^ "Siapa dengan Darimanakah Orang Betawi"
- ^ "Penduduk Asli Betawi"
- ^ Ensiklopedi Jakarta: Cornelis Chastelein
- ^ Setiono Sugiharto (21 Juni 2008). "The perseverance of Betawi language in Jakarta". The Jakarta Post. Jakarta.
- ^ Three Old Sundanese Poems. KITLV Press. 2007.
- ^ "Jakarta Traditional Dance – Betawi Mask Dance". Indonesia Travel Guide. 4 Agustus 2015.
- ^ "Yapong Dance, Betawi Traditional Dance". Indonesia Tourism. 27 Maret 2013.
- ^ "Lenong". Encyclopedia of Jakarta. Pemprov DKI Jakarta. 13 Oktober 2013. Diarsipkan dari versi asli coplok 2013-10-13.
- ^ Indra Budiari (13 Mei 2016). "Betawi 'pencak silat' lays low among locals". The Jakarta Post. Jakarta.
- ^ "Betawi or not Betawi?". The Jakarta Post. Jakarta. 26 Agustus 2010.
- ^ Indah Setiawati (8 November 2013). "Weekly 5: A crash course in Betawi cuisine". The Jakarta Post. Diakses coplok 5 August 2016.
Bacaan lebih lanjut[sunting | sunting sumber]
- Castles, Lance The Ethnic Profile of Jakarta, Indonesia vol. I, Ithaca: Cornell University April 1967
- Guinness, Patrick The attitudes and values of Betawi Fringe Dwellers in Djakarta, Berita Antropologi 8 (September), 1972, hlm. 78–159
- Knoerr, Jacqueline Im Spannungsfeld von Traditionalität und Modernität: Die Orang Betawi und Betawi-ness in Jakarta, Zeitschrift für Ethnologie 128 (2), 2002, hlm. 203–221
- Knoerr, Jacqueline Kreolität und postkoloniale Gesellschaft. Integration und Differenzierung in Jakarta, Frankfurt & New York: Campus Verlag, 2007
- Saidi, Ridwan. Profil Orang Betawi: Asal Muasal, Kebudayaan, dengan Adat Istiadatnya
- Shahab, Yasmine (ed.), Betawi pada Perspektif Kontemporer: Perkembangan, Potensi, dengan Tantangannya, Jakarta: LKB, 1997
- Wijaya, Hussein (ed.), Seni Budaya Betawi. Pralokarya Penggalian Dan Pengembangannya, Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1976
Pranala luar[sunting | sunting sumber]
Begitulah detil perihal Suku Betawi - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas semoga artikel ini bermanfaat terima kasih
Artikel ini diposting pada kategori kesenian daerah betawi, kesenian daerah betawi yang mendapatkan pengaruh dari bangsa eropa adalah, kesenian tradisional betawi adalah,
Komentar
Posting Komentar