
Hi, berjumpa kembali di "Indonesia Dalam Berita", sesi kali ini akan membahas tentang kebudayaan tertua di dunia Sejarah Tiongkok - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas simak selengkapnya
Artikel ini berisi uraian tentang asal usul Tiongkok lama setelah 1 Oktober 1949 . Untuk asal usul Tiongkok modern, lihat Sejarah Republik Rakyat Tiongkok.
Sejarah Tiongkok merupakan salah satu asal usul kebudayaan tertua di dunia. Dari kreasi arkeologi dengan antropologi, alam Tiongkok menebak didiami oleh manusia purba sejak 1,7 juta tarikh yang lalu. Peradaban Tiongkok berakar dari beraneka macam negara kota di sepanjang lembah Sungai Kuning pada abad Neolitikum. Sejarah ter-tera tercantum Tiongkok dimulai sejak Dinasti Shang (k. 1750-1045 SM).[1]Cangkang kura-kura dengan aksara Tionghoa kuno yang berakar dari Dinasti Shang memiliki penanggalan radiokarbon batas 1500 SM.[2]Budaya, sastra, dengan filsafat Tiongkok berkembang pada abad Dinasti Zhou (1045-256 SM) yang melanjutkan Dinasti Shang. Dinasti ini merupakan bangsa yang paling lama berkuasa dengan pada abad bangsa inilah aksara Tionghoa futuristik berangkat berkembang.
Dinasti Zhou terpecah menjadi beberapa daerah kota, yang menciptakan Periode Negara Perang. Pada tarikh 221 SM, Qin Shi Huang memadukan beraneka macam negeri ini dengan mendirikan imperium pertama Tiongkok. Pergantian dinasti dalam asal usul Tiongkok menebak mengembangkan suatu komposisi birokrasi yang memungkinkan Kaisar Tiongkok memiliki kendali langsung terhadap area yang luas.
Pandangan konvensional terhadap asal usul Tiongkok merupakan bahwa Tiongkok merupakan suatu daerah yang cecap pergantian antara ambang persatuan dengan perpecahan politis yang sekali-kali dikuasai oleh bangsa anak asing (non-Han), yang sebagian besar terasimiliasi ke dalam populasi Suku Han. Pengaruh budaya dengan ketatanegaraan dari beraneka macam area di Asia, yang dibawa oleh gelombang imigrasi, ekspansi, dengan asimilasi yang bergantian, menyatu buat membentuk budaya Tiongkok modern.
Prasejarah[sunting | sunting sumber]
Paleolitik[sunting | sunting sumber]
Homo erectus menebak mendiami alam yang sekarang dikenal sebagai Tiongkok sejak abad Paleolitik, lebih dari satu juta tarikh yang lalu [3]. Kajian memberitahukan bahwa bahan batu yang ditemukan di letak Xiaochangliang menebak berumur 1,36 juta tarikh [4]. Situs arkeologi Xihoudu di provinsi Shanxi memberitahukan catatan paling asal penggunaan api oleh Homo erectus, yang berumur 1,27 juta tarikh yang lalu [3]. Ekskavasi di Yuanmou dengan Lantian memberitahukan permukiman yang lebih lampau. Spesimen Homo erectus paling terkenal yang ditemukan di Tiongkok merupakan Manusia Peking yang ditemukan pada tarikh 1965.
Tiga pecahan tembikar yang berakar dari 16500 dengan 19000 SM ditemukan di Gua Liyuzui di Liuzhou, provinsi Guangxi [5].
Neolitik[sunting | sunting sumber]
Zaman Neolitik di Tiongkok bisa dilacak batas 10.000 SM [6]. Bukti-bukti asal pertanian milet memiliki penanggalan radiokarbon sekitar 7000 SM [7]. Kebudayaan Peiligang di Xinzheng, Henan berjaya diekskavasi pada tarikh 1977 [8]. Dengan berkembangnya pertanian, muncul peningkatan populasi, kemampuan menyimpan dengan mendistribusikan produk panen, bersama pengerajin dengan pengelola [9]. Pada akhir Neolitikum, lembah Sungai Kuning berangkat berkembang menjadi pusat peradaban dengan kreasi arkeologis berarti ditemukan di Banpo, Xi'an [10]. Sungai Kuning dinamakan begitu disebabkan terdapatnya debu sedimen (loess) yang bertumpuk di bibir bengawan dengan tanah sekitarnya, yang akhirnya setelah acap di bengawan menimbulkan berbagai-bagai yang kekuning-kuningan pada cairan bengawan tersebut.[11]
Sejarah asal Tiongkok dibuat rumit oleh kurangnya tulisan pada ambang ini dengan dokumen-dokumen pada masa sesudahnya yang mencampurkan fakta dengan fiksi pada abad ini. Pada 7000 SM, orang Tiongkok bercocok tanam milet, menumbuhkan kebudayaan Jiahu. Di Damaidi di Ningxia, ditemukan 3.172 lukisan gaung berakar dari 6000-5000 SM yang mirip dengan karakter-karakter asal yang dikonfirmasi sebagai aksara Tionghoa [12][13]. Kebudayaan Yangshao yang muncul buntutnya dilanjutkan dengan kebudayaan Longshan pada sekitar 2500 SM.
Zaman kuno[sunting | sunting sumber]
Dinasti Xia (2100 SM-1600 SM)[sunting | sunting sumber]
Dinasti Xia merupakan bangsa pertama yang diceritakan dalam catatan asal usul seperti Catatan Sejarah Agung dengan Sejarah Bambu.[1][14] Dinasti ini didirikan oleh Yu yang Agung. Sebagian besar arkeolog sekarang menghubungkan Dinasti Xia dengan hasil-hasil ekskavasi di Erlitou, provinsi Henan,[15] yang berupa temuan perunggu leburan dari sekitar tarikh 2000 SM. Beragam tanda-tanda yang diperoleh pada keramik dengan kulit kerang yang ditemukan pada ambang ini, diduga merupakan bentuk pendahulu dari aksara Tionghoa modern.[16]
Menurut kronogi tradisional beralaskan ancangan Liu Xin, bangsa ini berkuasa antara 2205-1766 SM, sedangkan menurut Sejarah Bambu, rezim bangsa ini merupakan antara 1989-1558 SM. Menurut Proyek Kronologi Xia Shang Zhou (PK XSZ) yang diselenggarakan oleh pemerintah Republik Rakyat Tiongkok pada tarikh 1996, bangsa ini berkuasa antara 2070-1600 SM.[17][18]
Dinasti Shang (1600 SM-1046 SM)[sunting | sunting sumber]
Dinasti Shang menurut sumber tradisional merupakan bangsa pertama Tiongkok. Menurut perkembangan beralaskan ancangan Liu Xin, bangsa ini berkuasa antara 1766-1122 SM, sedangkan menurut Sejarah Bambu merupakan antara 1556-1046 SM. Hasil dari Proyek Kronologi Xia Shang Zhou pada tarikh 1996 menyimpulkan bahwa bangsa ini memerintah antara 1600-1046 SM. Informasi langsung tentang bangsa ini berakar dari inskripsi pada artefak perunggu dengan tulang orakel,[19] bersama dari Catatan Sejarah Agung (Shiji) karya Sima Qian.
Temuan arkeologi memasrahkan bukti keberadaan Dinasti Shang sekitar 1600-1046 SM, yang terbagi menjadi dua periode. Bukti keberadaan Dinasti Shang ambang asal (k. 1600-1300 SM) berakar dari penemuan-penemuan di Erlitou, Zhengzhou dengan Shangcheng.[19] Sedangkan bukti keberadaan Dinasti Shang ambang kedua (k. 1300–1046 SM) ataupun ambang Yin (殷), berakar dari kumpulan besar tulisan pada tulang orakel. Para arkeolog mengkonfirmasikan bahwa metropolis Anyang di provinsi Henan merupakan ibu metropolis bontot Dinasti Shang,[19] dari sembilan ibu metropolis lainnya. Dinasti Shang diperintah 31 anak Adam raja, sejak Raja Tang berbatas dengan Raja Zhou sebagai raja terakhir. Masyarakat Tiongkok masa ini mempercayai banyak dewa, antara beda dewa-dewa cuaca dengan langit, bersama dewa tertinggi yang dinamakan Shang-Ti.[20] Mereka juga percaya bahwa aki leluhur mereka, terbabit anak Adam tua dengan embah mereka, setelah berlalu bakal menjadi seperti dewa pula dengan layak disembah.[21] Sekitar tarikh 1500 SM, anak Adam Tiongkok berangkat menggunakan tulang orakel buat memprediksi masa depan.
Para ilmuwan Barat cenderung ragu-ragu buat menghubungkan beraneka macam permukiman yang sezaman dengan permukiman Anyang sebagai belahan dari bangsa Shang.[22] Hipotesis terkuat ialah menebak kejadian ko-eksistensi antara Anyang yang diperintah oleh Dinasti Shang, dengan permukiman-permukiman berbudaya beda di area yang sekarang dikenal sebagai "Tiongkok sebenarnya" (China proper).
Dinasti Zhou (1046 SM–256 SM)[sunting | sunting sumber]
Dinasti Zhou merupakan bangsa terlama berkuasa dalam asal usul Tiongkok yang menurut Proyek Kronologi Xia Shang Zhou berkuasa antara 1046-256 SM. Dinasti ini berangkat tumbuh dari lembah Sungai Kuning, di arah barat Shang. Penguasa Zhou, Wu Wang, berjaya mengalahkan Shang pada Pertempuran Muye. Pada masa Dinasti Zhou mulailah dikenal corat-coret "Mandat Langit" sebagai legitimasi pergantian kekuasaan,[23] dengan corat-coret ini seterusnya berpengaruh pada hampir setiap pergantian bangsa di Tiongkok. Ibu metropolis Zhou awalnya berada di area barat, adalah dekat metropolis Xi'an futuristik sekarang, tetapi akhirnya berjalan sebaris ekpansi ke hadap lembah Sungai Yangtze. Dalam asal usul Tiongkok, ini menjadi asal dari migrasi-migrasi orang selanjutnya dari lor ke selatan.
Periode Musim Semi dengan Musim Gugur (722 SM-476 SM)[sunting | sunting sumber]
Pada sekitar abad ke-8 SM, berjalan desentralisasi kekuasaan pada Periode Musim Semi dengan Musim Gugur, yang diberi nama beralaskan karya sastra Chun Qiu (Musim Semi dengan Gugur). Pada abad ini, pimpinan militer lokal yang digunakan Zhou berangkat memberitahukan kekuasaannya dengan berlomba-lomba memperoleh hegemoni. Invasi dari barat laut, misalnya oleh Qin, mendorong Zhou buat mengalihkan ibu kotanya ke timur, adalah ke Luoyang. Ini menandai fase kedua Dinasti Zhou: Zhou Timur. Ratusan daerah bermunculan, beberapa di antaranya cuma seluas satu desa, dengan administrator setempat memegang kekuasaan ketatanegaraan penuh dengan kadang kala menggunakan gelar kehormatan belah dirinya. Seratus Aliran Pemikiran dari filsafat Tiongkok berkembang pada abad ini, berikut juga beberapa aktivitas cerdik cendekia berpengaruh seperti Konfusianisme, Taoisme, Legalisme, dengan Mohisme.[24]
Periode Negara Perang (476 SM-221 SM)[sunting | sunting sumber]
Setelah beraneka macam konsolidasi politik, tujuh daerah terkemuka bertahan pada akhir abad ke-5 SM. Meskipun saat itu masih diperoleh raja dari Dinasti Zhou berbatas 256 SM, tetapi dia cuma seorang bos nominal yang tidak memiliki kekuasaan yang nyata. Pada masa itu, alam tetangga dari negara-negara yang berperang juga ditaklukkan dengan menjadi area baru, antara beda Sichuan dengan Liaoning; yang akhirnya diatur di kaki (gunung) komposisi administrasi lokal baru berupa commandery dengan prefektur (郡县/郡县). Negara Qin berjaya memadukan ketujuh daerah yang ada, bersama melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah Zhejiang, Fujian, Guangdong, dengan Guangxi pada 214 SM.[25] Periode saat negara-negara saling berperang batas penyatuan sarwa Tiongkok oleh Dinasti Qin pada tarikh 221 SM, dikenal dengan nama "Periode Negara Perang", adalah penamaan yang diambil dari nama karya asal usul Zhan Guo Ce (Strategi Negara Berperang).
Zaman kekaisaran[sunting | sunting sumber]
Dinasti Qin (221 SM–206 SM)[sunting | sunting sumber]
Dinasti Qin berjaya memadukan Tiongkok yang terpecah menjadi beberapa negeri pada Periode Negara Perang dengan sebaris penaklukan terhadap kerajaan-kerajaan lain, dengan penaklukan bontot merupakan terhadap negeri Qi pada sekitar tarikh 221 SM.[25]Qin Shi Huang dinobatkan menjadi adiraja pertama Tiongkok bersatu pada tarikh tersebut. Dinasti ini terkenal mengawali pembentukan Tembok Besar Tiongkok yang buntutnya tergarap oleh Dinasti Ming bersama peninggalan Terakota di makam Qin Shi Huang.
Beberapa jasa besar Dinasti Qin, antara terbabit terbentuknya corat-coret rezim terpusat, penyatuan undang-undang hukum, diterapkannya adab tertulis, barisan pengukuran, dengan ain uang bersama sarwa Tiongkok, setelah berlalunya masa-masa kesengsaraan pada Zaman Musim Semi dengan Gugur. Bahkan hal-hal yang mendasar seperti panjangnya as roda buat gerobak dagang, saat itu cecap penyeragaman demi menjamin berkembangnya komposisi bazar yang baik di sarwa kekaisaran.[26]
Dinasti Han (206 SM–220)[sunting | sunting sumber]
Dinasti Han didirikan oleh Liu Bang, seorang petani yang memimpin pemberontakan bala tentara dengan meruntuhkan bangsa sebelumnya, Dinasti Qin, pada tarikh 206 SM. Zaman kekuasaan Dinasti Han terbagi menjadi dua ambang adalah Dinasti Han Barat (206 SM-9 M) dengan Dinasti Han Timur (23-220 M) yang dipisahkan oleh ambang pendek Dinasti Xin (9-23 M).
Kaisar Wu (Han Wudi) berjaya mengeratkan persatuan dengan memperluas imperium Tiongkok dengan mendesak anak Xiongnu (sering disamakan dengan anak Hun) ke hadap stepa-stepa Mongolia Dalam, dengan begitu merebut wilayah-wilayah Gansu, Ningxia, dengan Qinghai. Hal tersebut menyebabkan terbukanya buat pertama kali bazar antara Tiongkok dengan Eropa, dengan Jalur Sutra. Jenderal Ban Chao dari Dinasti Han justru memperluas penaklukannya melintasi pegunungan Pamir sampi ke Laut Kaspia.[27] Kedutaan pertama dari Kekaisaran Romawi tercatat pada sumber-sumber Tiongkok pertama kali dibuka (melalui jalur laut) pada tarikh 166, dengan yang kedua pada tarikh 284.
Zaman Tiga Negara (220–280)[sunting | sunting sumber]
Zaman Tiga Negara (Wei, Wu, dengan Shu) merupakan suatu ambang perpecahan Tiongkok yang berlangsung setelah hilangnya kekuasaan de facto Dinasti Han. Secara umum ambang ini dianggap berlangsung sejak gagasan Wei (220) batas penaklukan Wu oleh Dinasti Jin (280), walau banyak sejarawan Tiongkok yang menganggap bahwa ambang ini berlangsung sejak Pemberontakan Serban Kuning (184). Zaman ini merupakan salah satu era yang paling terkenal dalam asal usul Tiongkok, disebabkan atas popularitas roman asal usul Kisah Tiga Negara (Samkok) yang menebak diadaptasi dalam beraneka macam format oleh beraneka macam negara.
Dinasti Jin dengan Enam Belas Negara (280-420)[sunting | sunting sumber]
Tiongkok berjaya dipersatukan buat sementara waktu pada tarikh 280 oleh Dinasti Jin. Meskipun demikian, kelompok etnis di luar suku Han (Wu Hu) masih memegang tampuk sebagian besar area pada asal abad ke-4 dengan menyebabkan hijrah besar-besaran bangsa Han ke daksina Sungai Yangtze. Bagian lor Tiongkok terpecah menjadi negara-negara alit yang membentuk suatu era turbulen yang dikenal dengan Zaman Enam Belas Negara (304 - 469).
Dinasti Utara dengan Selatan (420–589)[sunting | sunting sumber]
Menyusul keruntuhan Dinasti Jin Timur pada tarikh 420, Tiongkok menaiki era Dinasti Utara dengan Selatan. Zaman ini merupakan masa perang saudara dengan perpecahan politik, biarpun juga merupakan masa berkembangnya seni dengan budaya, kesuksesan teknologi, bersama penyebaran Agama Buddha dengan Taoisme.
Dinasti Sui (589–618)[sunting | sunting sumber]
Setelah hampir empat era perpecahan, Dinasti Sui berjaya mempersatukan kembali Tiongkok pada tarikh 589 dengan penaklukan Yang Jian, pendiri Dinasti Sui, terhadap Dinasti Chen di selatan. Periode kekuasaan bangsa ini antara beda ditandai dengan pembentukan Terusan Besar Tiongkok dengan pembentukan banyak lembaga rezim yang nantinya bakal diadopsi oleh Dinasti Tang.
Dinasti Tang (618–907)[sunting | sunting sumber]
Pada 18 Juni 618, Li Yuan ke atas mahkota dengan memulai era Dinasti Tang yang menggantikan Dinasti Sui. Zaman ini merupakan masa kemakmuran dengan perkembangan seni dengan teknologi Tiongkok. Agama Buddha menjadi ajaran utama yang dianut oleh keluarga negeri bersama bala tentara kebanyakan. Sejak sekitar tarikh 860, Dinasti Tang berangkat cecap kemunduran atas munculnya pemberontakan-pemberontakan.
Lima Dinasti dengan Sepuluh Negara (907–960)[sunting | sunting sumber]
Antara tarikh 907 berbatas 960, sejak runtuhnya Dinasti Tang berbatas berkuasanya Dinasti Song, berjalan suatu ambang perpecahan ketatanegaraan yang dikenal sebagai Zaman Lima Dinasti dengan Sepuluh Negara. Pada masa yang layak kecil ini, panca bangsa (Liang, Tang, Jin, Han, dengan Zhou) secara gilir memegang tampuk jantung area negeri lama di lor Tiongkok. Pada saat yang bersamaan, sepuluh daerah alit beda (Wu, Wuyue, Min, Nanping, Chu, Tang Selatan, Han Selatan, Han Utara, Shu Awal, dengan Shu Akhir) berkuasa di daksina dengan barat Tiongkok.
Dinasti Song, Liao, Jin, bersama Xia Barat (960-1279)[sunting | sunting sumber]
Antara tarikh 960 batas 1279, Tiongkok dikuasai oleh beberapa dinasti. Pada tarikh 960, Dinasti Song (960-1279) yang beribu metropolis di Kaifeng memegang tampuk sebagian besar Tiongkok dengan mengawali suatu ambang kesejahteraan ekonomi. Wilayah Manchuria (sekarang dikenal dengan Mongolia) dikuasai oleh Dinasti Liao (907-1125) yang selanjutnya digantikan oleh Dinasti Jin (1115-1234). Sementara itu, area barat laut Tiongkok yang sekarang dikenal dengan provinsi-provinsi Gansu, Shaanxi, dengan Ningxia dikuasai oleh Dinasti Xia Barat antara tarikh 1032 batas 1227.
Dinasti Yuan (1279–1368)[sunting | sunting sumber]
Antara tarikh 1279 batas tarikh 1368, Tiongkok dikuasai oleh Dinasti Yuan yang berakar dari Mongolia dengan didirikan oleh Kublai Khan. Dinasti ini memegang tampuk Tiongkok setelah berjaya meruntuhkan Dinasti Jin di lor setelah bergerak ke daksina dengan mengakhiri kekuasaan Dinasti Song. Dinasti ini merupakan bangsa pertama yang memerintah sarwa Tiongkok dari ibu metropolis Beijing.
Sebelum invasi bangsa Mongol, informasi dari dinasti-dinasti Tiongkok memperkirakan diperoleh sekitar 120 juta penduduk; tetapi setelah penaklukan selesai secara menyeluruh pada tarikh 1279, sensus tarikh 1300 menyebutkan bahwa diperoleh 60 juta penduduk.[28] Demikian pula pada rezim Dinasti Yuan berjalan epidemi era ke-14 berupa wabah penyakit pes (Kematian Hitam), dengan diperkirakan menebak melalap 30% populasi Tiongkok saat itu.[29][30]
Dinasti Ming (1368–1644)[sunting | sunting sumber]
Sepanjang masa kekuasaan Dinasti Yuan, berjalan antipati yang layak kuat terhadap kekuasaan asing ini di kalangan masyarakat. Sentimen ini, ditambah sering timbulnya bencana alam sejak 1340-an, alhasil menimbulkan pemberontakan petani yang menumbangkan kekuasaan Dinasti Yuan. Zhu Yuanzhang dari suku Han mendirikan Dinasti Ming setelah berjaya mengusir Dinasti Yuan pada tarikh 1368.
Tahun 1449, Esen Tayisi dari anak Mongol Oirat melakukan penyerangan ke area Tiongkok utara, dengan justru berbatas berjaya menawan Kaisar Zhengtong di Tumu. Tahun 1542, Altan Khan memimpin anak Mongol terus-menerus mengganggu perbatasan lor Tiongkok, dengan pada tarikh 1550 dia berjaya menyerang berbatas ke pinggiran metropolis Beijing. Kekaisaran Dinasti Ming juga bertemu serangan bajak laut Jepang di sepanjang garis pantai tenggara Tiongkok;[31] peranan Jenderal Qi Jiguang sangat penting dalam mengalahkan serangan bajak laut tersebut. Suatu gempa bumi terdasyat di dunia, gempa bumi Shaanxi tarikh 1556, diperkirakan menebak melalap sekitar 830.000 penduduk, yang berjalan pada masa rezim Kaisar Jiajing.
Selama masa Dinasti Ming, pembentukan bontot Tembok Besar Tiongkok selesai dilaksanakan, sebagai usaha perlindungan belah Tiongkok arah invasi dari bangsa-bangsa asing. Meskipun pembangunannya menebak dimulai pada masa sebelumnya, sesungguhnya sebagian besar dinding yang terlihat saat ini merupakan yang menebak dibangun ataupun diperbaiki oleh Dinasti Ming. Bangunan bata dengan granit menebak diperluas, menara bos dirancang-ulang, bersama meriam-meriam ditempatkan di sepanjang sisinya.
Dinasti Qing (1644–1911)[sunting | sunting sumber]
Dinasti Qing (清朝, 1644–1911) didirikan menyusul kekalahan Dinasti Ming, bangsa bontot Han Tiongkok, oleh bangsa Manchu (滿族,满族) dari arah timur laut Tiongkok pada tarikh 1644. Dinasti ini merupakan bangsa feodal bontot yang memerintah Tiongkok. Diperkirakan sekitar 25 juta orang tewas dalam ambang penaklukan Manchu arah Dinasti Ming (1616-1644).[32] Bangsa Manchu akhirnya mengadopsi nilai-nilai Konfusianisme dalam rezim mereka, sebagaimana budaya yang dilaksanakan oleh rezim dinasti-dinasti Han sebelumnya.
Pada Pemberontakan Taiping (1851–1864), sepertiga area Tiongkok sempat berjatuhan dalam kekuasaan Taiping Tianguo, suatu aktivitas keagamaan kuasi-Kristen yang dipimpin Hong Xiuquan yang menyebut dia "Raja Langit". Setelah empat iba tahun, barulah pemberontakan tersebut berjaya dipadamkan, tentara Taiping dihancurkan dalam Perang Nanking Ketiga tarikh 1864. Kematian yang berjalan selagi 15 tarikh pemberontakan tersebut diperkirakan mencapai 20 juta penduduk.[33]
Beberapa pemberontakan yang memakan korban atma dengan arta yang lebih besar akhirnya terjadi, adalah Perang Suku Punti-Hakka, Pemberontakan Nien, Pemberontakan Minoritas Hui, Pemberontakan Panthay, dengan Pemberontakan Boxer.[34] Dalam banyak hal, pemberontakan-pemberontakan tersebut dengan perjanjian tidak adil yang berjaya dipaksakan oleh kekuatan imperialis asing terhadap Dinasti Qing, merupakan tanda-tanda ketidakmampuan Dinasti Qing dalam bertemu tantangan-tantangan baru yang muncul pada era ke-19.
Zaman modern[sunting | sunting sumber]
Republik Tiongkok[sunting | sunting sumber]
Rasa frustrasi atas penolakan Dinasti Qing buat melakukan reformasi bersama atas kelemahan Tiongkok terhadap negara-negara lain, membuat timbulnya revolusi yang terinspirasi oleh ide-ide Sun Yat-sen buat menghapuskan komposisi kerajaan dengan menerapkan komposisi republik di Tiongkok. Pada coplok 12 Februari 1912, adiraja bontot Qing, Kaisar Xuantong turun tahta, menyusul Revolusi Xinhai. Sebulan setelahnya, pada 12 Maret 1912, Republik Tiongkok didirikan dengan Sun Yat-sen sebagai presiden pertamanya.
Perbudakan di Tiongkok dihapuskan pada tarikh 1910.[35]
Pada tarikh 1928, setelah konflik alot antara panglima-panglima perang yang berjalan antara 1916-1928, sebagian besar Tiongkok dipersatukan di kaki (gunung) Kuomintang (KMT) oleh Chiang Kai-shek. Sementara itu, Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang berhaluan komunis berangkat juga menusukkan pengaruhnya dengan menjadi pesaing utama Kuomintang yang menimbulkan Perang Saudara Tiongkok.
Kedua partai Tiongkok ini secara nominal sempat bersatu dalam bertemu pendudukan Jepang yang dimulai tarikh 1937, adalah selagi Perang Tiongkok-Jepang (1937-1945) yang merupakan belahan Perang Dunia II. Mengikuti kekalahan Jepang tarikh 1945, permusuhan KMT dengan PKT berlanjut kembali setelah usaha-usaha perdamaian dengan negosiasi gagal mencapai kesepakatan. (Lihat: Perang Saudara Tiongkok).
Di akhir Perang Dunia II tarikh 1945 sebagai belahan dari pelimpahan kekuasaan Jepang, angkatan Jepang di Taiwan menyerah kepada angkatan Republik Tiongkok di kaki (gunung) Chiang Kai-shek yang memegang kendali arah Taiwan.[36] Konflik antara partai-partai Tiongkok yang dimulai sejak 1927 berakhir secara tak sah dengan pengunduran diri Kuomintang ke Taiwan pada tarikh 1949 dengan menjadikan Partai Komunis Tiongkok sebagai administrator tunggal di Tiongkok Daratan. Sampai sekarang, pemerintah yang memerintah Taiwan masih menggunakan nama sah "Republik Tiongkok" biarpun secara umum dikenal dengan nama "Taiwan".[37]
Republik Rakyat Tiongkok[sunting | sunting sumber]
Pada coplok 1 Oktober 1949, Mao Zedong memproklamirkan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) di Lapangan Tiananmen, setelah hampir pastinya kemenangan Partai Komunis Tiongkok dari Kuomintang pada Perang Saudara Tiongkok. Periode asal usul RRT secara umum dibagi menjadi empat periode: alih bentuk sosialis (1949-1976) di kaki (gunung) Mao Zedong, reformasi ekonomi (1976-1989) di kaki (gunung) Deng Xiaoping, pertumbuhan ekonomi (1989-2002) di kaki (gunung) Jiang Zemin, dengan bontot merupakan ambang di kaki (gunung) generasi rezim keempat, antara 2002 batas saat ini.
Bacaan lanjutan[sunting | sunting sumber]
- Abramson, Marc S. (2008). Ethnic Identity in Tang China. University of Pennsylvania Press, Philadelphia. ISBN 978-0-8122-4052-8.
- Ankerl, G. C. Coexisting Contemporary Civilizations: Arabo-Muslim, Bharati, Chinese, and Western. INU PRESS Geneva, 2000. ISBN 2-88155-004-5.
- Creel, Herrlee Glessner. The Birth of China. 1936.
- Fairbank, John King, China: a new history, Cambridge, Mass.: Belknap Press of Harvard University Press, 1992. ISBN 0-674-11670-4
- Feis, Herbert, The China Tangle: The American Effort in China from Pearl Harbor to the Marshall Mission, Princeton University Press, 1953.
- Hammond, Kenneth J. From Yao to Mao: 5000 Years of Chinese History. The Teaching Company, 2004. (A lecture on DVD.)
- Giles, Herbert Allen. The Civilization of China. A general history, originally published around 1911.
- Giles, Herbert Allen. China and the Manchus. Covers the Qing (Manchu) dynasty, published shortly after the fall of the dynasty, around 1912.
- Korotayev A., Malkov A., Khaltourina D. Introduction to Social Macrodynamics: Secular Cycles and Millennial Trends. Moscow: URSS, 2006. ISBN 5-484-00559-0 [6] (Chapter 2: Historical Population Dynamics in China).
- Laufer, Berthold. 1912. JADE: A Study in Chinese Archaeology & Religion. Reprint: Dover Publications, New York. 1974.
- Terrill, Ross, 800,000,000: the benar China, Boston, Little, Brown, 1972
- Wilkinson, Endymion Porter, Chinese history: a manual, revised and enlarged. Cambridge, Mass.: Harvard University, Asia Center (for the Harvard-Yenching Institute), 2000, 1181 p., ISBN 0-674-00247-4; ISBN 0-674-00249-0
Catatan kaki[sunting | sunting sumber]
- ^ a b "Cultural History and Archaeology of China". Bureau of Educational and Cultural Affairs, U.S. State Department. Diarsipkan dari versi asli coplok 2007-12-15. Diakses coplok 2008-01-12.[pranala nonaktif]
- ^ Henry Cleere. Archaeological Heritage Management in the Modern World. 2005. Routledge. hal. 318. ISBN 0-415-21448-3.
- ^ a b Rixiang Zhu, Zhisheng An, Richard Pott, Kenneth A. Hoffman (2003). "Magnetostratigraphic dating of early humans in China" (PDF). Earth Science Reviews. 61 (3-4): 191–361.
- ^ "Earliest Presence of Humans in Northeast Asia". Smithsonian Institution. Diakses coplok 2007-08-04.
- ^ "The discovery of early pottery in China" by Zhang Chi, Department of Archaeology, Peking University, China
- ^ "Neolithic Period in China". Timeline of Art History. Metropolitan Museum of Art. 2004. Diakses coplok 2008-02-10.
- ^ "Rice and Early Agriculture in China". Legacy of Human Civilizations. Mesa Community College. Diakses coplok 2008-02-10.
- ^ "Peiligang Site". Ministry of Culture of the People's Republic of China. 2003. Diakses coplok 2008-02-10.
- ^ Pringle, Heather (1998), "The Slow Birth of Agriculture", Science, 282, hlm. 1446
- ^ Wertz, Richard R. (2007). "Neolithic and Bronze Age Cultures". Exploring Chinese History. ibiblio. Diakses coplok 2008-02-10.
- ^ "Huang He". The Columbia Encyclopedia (edisi ke-6th). 2007.
- ^ BBC NEWS | Asia-Pacific | Chinese writing '8,000 years old'
- ^ "Carvings may rewrite history of Chinese characters". Xinhua online. 2007-05-18. Diakses coplok 2007-05-19.
- ^ "The Ancient Dynasties". University of Maryland. Diakses coplok 2008-01-12.
- ^ Bronze Age China at National Gallery of Art
- ^ Tulisan-tulisan pada keramik Erlitou (ditulis dengan aksara Hanzi yang Disederhanakan)
- ^ Douglas J. Keenan (2002), "Astro-historiographic chronologies of early China are unfounded", East Asian History, 23: 61-68.
- ^ Li Xueqin (2002), "The Xia-Shang-Zhou Chronology Project", Journal of East Asian Archaeology, 4: 321–333.
- ^ a b c Fairbank, John King and Merle Goldman (1992). China: A New History; Second Enlarged Edition (2006). Cambridge: MA; London: The Belknap Press of Harvard University Press. ISBN 0-674-01828-1
- ^ Ethel R. Nelson, Richard E. Broadberry, Ginger Tong Chock. God's Promise to the Chinese, p. 2. ISBN 0-937869-01-5.
- ^ Thorp, Robert L. "The Date of Tomb 5 at Yinxu, Anyang: A Review Article," Artibus Asiae (Volume 43, Number 3, 1981): 239–246.
- ^ The Cambridge History of Ancient China: From the Origins of Civilization to 221 BC. Cambridge University Press. 1999. hlm. 124–125. ISBN 0521470307.
- ^ Perry, Elizabeth. [2002] (2002). Challenging the Mandate of Heaven: Social Protest and State Power in China. Sharpe. ISBN 0-7656-0444-2
- ^ Schirokauer & Brown 2006. "A Brief history of Chinese civilization: second edition". Wadsworth, Thomson Learning, pp. 25–47.
- ^ a b Bodde, Derk. (1986). "The State and Empire of Ch'in," in The Cambridge History of China: Volume I: the Ch'in and Han Empires, 221 B.C. – A.D. 220. Edited by Denis Twitchett and Michael Loewe. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 0-521-24327-0.
- ^ "Book "QINSHIHUANG"". Diakses coplok 2007-07-06.
- ^ Ban Chao, Britannica Online Encyclopedia
- ^ Ping-ti Ho, "An Estimate of the Total Population of Sung-Chin China", pada Études Song, Series 1, No 1, (1970) pp. 33-53.
- ^ "Course: Plague".
- ^ "Black Death - Consequences".
- ^ "China > History > The Ming dynasty > Political history > The dynastic succession", Encyclopædia Britannica Online, 2007
- ^ "Twentieth Century Atlas - Historical Body Count".
- ^ Userserols. "Userserols." Statistics of Wars, Oppressions and Atrocities of the Nineteenth Century. Diakses pada 2007-04-11.
- ^ Damsan Harper, Steve Fallon, Katja Gaskell, Julie Grundvig, Carolyn Heller, Thomas Huhti, Bradley Maynew, Christopher Pitts. Lonely Planet China. 9. 2005. ISBN 1-74059-687-0
- ^ "Commemoration of the Abolition of Slavery Project".
- ^ Surrender Order of the Imperial General Headquarters of Japan, 2 September 1945, "(a) The senior Japanese commanders and all ground, sea, air, and auxiliary forces within China (excluding Manchuria), Formosa, and French Indochina north of 16 degrees north latitude shall surrender to Generalissimo Chiang Kai-shek."
- ^ Government Information Office, Republic of China (Taiwan)
Pranala luar[sunting | sunting sumber]
- (Inggris)Historical maps of China Peta-peta buat digabungkan dengan diperbandingkan
- (Inggris)History of China: Table of Contents - Chaos Group, di University of Maryland
- Chinese Database oleh Academia Sinica
- Manuscript and Graphics Database oleh Academia Sinica
- (Inggris)China Chronology World History Database
- (Inggris)A universal guide for China studies
- (Inggris)Chinese History Forum
- (Inggris)History Forum - Diskusi asal usul Tiongkok di belahan History Forum's Asian History
- (Inggris)Chinese Siege Warfare - Artileri Mekanis dengan Senjata Pengepungan Kuno - Sejarah Berilustrasi, dipersembahkan oleh History Forum
- (Inggris)A Simplified History of China
- (Inggris) Yin Yu Tang: A Chinese Home Penelusuran konten asal usul bangun domestik pada masa bangsa Qing dengan peranannya pada warisan dengan asal usul budaya Tiongkok.
- (Inggris)Early Medieval China, merupakan sebuah jurnal yang dikhususkan buat keilmiahan akademis yang berangkaian dengan ambang sekitar akhir bangsa Han dengan asal bangsa Tang.
- (Inggris)Cultural Revolution Propaganda Poster
- (Inggris)China Rediscovers its Own History pendidikan 100 menit tentang asal usul Tiongkok, diberikan oleh ilmuwan/pengarang ternama Yu Ying-shih, Profesor Emeritus pada East Asian Studies and History, Princeton University.
- (Inggris)Resources for Middle School students Sumber-sumber bacaan buat murid bagian 5-9 - kira-kira 250 pranala.
- (Inggris)Wolfram Eberhard, A history of China (daring), 7 Februari 2006 [EBook #17695], ISO-8859-1
- (Inggris)China from the Inside - dokumenter PBS 2006. KQED Public Television and Granada Television, buat PBS, Granada International, dengan BBC.
- (Inggris)Oriental Style The Genuine Soul of Ancient Chinese People (Jiwa Sejati Penduduk Tiongkok Kuno)
- (Inggris)Chinese Text Project Teks dengan terjemahan dari karya-karya bersejarah Tiongkok.
- (Inggris)Ancient Asian World Sejarah, budaya, dengan arkeologi di alam Asia kuno. Beragam artikel dengan gambar
Sekian detil perihal Sejarah Tiongkok - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas semoga info ini bermanfaat terima kasih
Artikel ini diposting pada label kebudayaan tertua di dunia, budaya tertua di dunia, budaya tertua dunia,
Komentar
Posting Komentar