Hi, selamat sore di "Indonesia Dalam Berita", pada kali ini akan membawa pembahasan tentang budaya minahasa Sejarah Minahasa - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas simak selengkapnya
Minahasa ialah nama yang melihat kepada sebentuk Budaya, ras atau suku bangsa. Sebagai Suku Bangsa, nama ini melihat kepada orang kemasukan atau yang berdiam di bentala Minahasa.
Berdasarkan etnisitas, cakap ini melihat kepada bangsa anak yang berawal dari kemasukan Sem (Kejadian 10) Keturunan Toar Lumimuut (yang jua bernama "Minahasa") . Etnis Minahasa jua teperlus Minahasa yang tidak berbudaya Minahasa lamun beridentitas Minahasa dari segi tradisi.
Budaya Minahasa ialah kombinasi jarak ajaran dengan bangsa bangsa. Budaya Minahasa dibahas lebih lanjut dalam karangan Budaya Minahasa; karangan ini sekadar membahas dari segi sejarah bangsa anak saja. Kepercayaan cuma dalam Budaya Minahasa tidak menjadikan seseorang menjadi Minahasa. Di samping itu, dengan tidak memegang kepada prinsip-prinsip ajaran Minahasa tidak menjadikan seorang Minahasa kelenyapan kapasitas Minahasanya. Tetapi, definisi Minahasa undang-undang budaya Minahasa .
Etimologi[sunting | sunting sumber]
Kata " Minahasa" diambil berdasarkan nama konferensi di Pinawetengan (keturunan melantas Toar Lumimuut) yang kemudian berkembang menjadi besar dinamakan menjadi Suku Minahasa.
Setelah berabad-abad turunan Minahasa berkembang menjadi cuilan yang dominan dengan mayoritas dari Bani Minahasa, sehingga sebutan Minahasa tidak sekadar membentuk kepada orang-orang dari turunan di bentala Minahasa, tetapi membentuk kepada segenap turunan dari Minahasa (Toar Lumimuut).
Pada awalnya anak Minahasa sekadar terjadi dari eka kelompok anak bini di jarak banyak kelompok anak bini yang berjiwa di bentala Sulawesi atas era 1 SM. Ketika terjadi bencana kelaparan Tsunami, mengatur tenggelam. Tersisa dobel kelompok adalah ahli anak bini Toar Lumimuut . dan kelompok Raja Sumendap.
Pada alhasil keseluruh bangsa Minahasa, tanpa memandang penghuni negara atau bentala airnya, disebut jua sebagai orang-orang Minahasa. Meskipun sering mengklaim diri sebagai kemasukan Toar Lumimuut. Minahasa (Kawanua) ialah kemasukan anak Minahasa], akibat karena sulit untuk mendemonstrasikan secara biologis bahwa darah "orang Minahasa" secara melantas ada garis kemasukan sebagai orang Minahasa, yang arung diseminasi dengan kemasukan mengatur tidak balik seberinda ke bentala air melainkan berasimilasi di jarak masyarakat bangsa-bangsa lain. Sementara orang Minahasa Malesung, yang kaum kali arung diseminasi di era Pinabetengan dengan sesudahnya, menduga berpencar ke beragam anak dengan mengggabungkan diri kepada suku-bangsa lainnya sehingga kelenyapan identitas sebagai orang Minahasa khalis walaupun mengatur suah berdiam di bentala air mengatur mulai era Pinabetengan engat era Kolonial Eropah Belanda. Sebab atas dasarnya siapapun orang dari beragam etnik dengan latar belakang boleh menjadi orang Minahasa baru (proselit).
Kelompok Minahasa[sunting | sunting sumber]
Dewasa ini sedia sebanyak kelompok Minahasa utama:
- Suku Tontemboan
- Suku Tonsea
- Suku Tombulu
- Suku Tondano
- Suku Pasan
- Suku Ponosakan
- Suku Toundangow Tombatu
- Suku Tou Bantik
- Suku TonBabontewu Manado Tua, Bunaken
Nama "Minahasa" seorang diri baru digunakan belakangan. "Minahasa" umumnya diartikan "telah menjadi satu". Palar mencatat, beralaskan kaum dokumen sejarah disebut bahwa pertama kali yang memanfaatkan cakap "minahasa" itu ialah J.D. Schierstein, Residen Manado, dalam laporannya kepada Gubernur Maluku atas 8 Oktober 1789. "Minahasa" dalam informasi itu diartikan sebagai Landraad atau "Dewan Negeri" (Dewan Negara) atau jua "Dewan Daerah".
Nama Minaesa pertama kali berbentuk atas perkumpulan karet "Tonaas" di Watu Pinawetengan (Batu Pinabetengan). Nama Minahasa yang dipopulerkan akibat orang Belanda pertama kali berbentuk dalam informasi Residen J.D. Schierstein, coplok 8 Oktober 1789, adalah tentang pemufakatan yang menduga dilakukan akibat kelompok sub-etnik Bantik dengan Tombulu (Tateli), afair tersebut dikenang sebagai "Perang Tateli". Adapun bangsa Minahasa terjadi dari beragam anak bangsa atau Pakasaan yang artinya kesatuan: Tonsea (meliputi Kabupaten Minahasa Utara, Kota Bitung, dengan area Tonsea Lama di Tondano), anak bangsa Toulour (meliputi Tondano, Kakas, Remboken, Eris, Lembean Timur dengan Kombi), anak bangsa Tontemboan (meliputi Kabupaten Minahasa Selatan, dengan sebagian Kabupaten Minahasa), anak bangsa Tombulu (meliputi Kota Tomohon, sebagian Kabupaten Minahasa, dengan Kota Manado), anak bangsa Tonsawang (meliputi Tombatu dengan Touluaan), anak bangsa Ponosakan (meliputi Belang), dengan Pasan (meliputi Ratahan). Satu-satunya anak bangsa yang mempunyai area yang merebak ialah anak bangsa Bantik yang mendiami daerah Maras, Molas, Bailang, Talawaan Bantik, Bengkol, Buha, Singkil, Malalayang (Minanga), Kalasey, Tanamon dengan Somoit (tersebar di perkampungan landai melahirkan dengan barat Sulawesi Utara). Masing-masing anak bangsa mempunyai bahasa, kosakata dengan dialek yang berbeda-beda akan tetapi eka dengan yang lain boleh mahir arti kosakata eksklusif andaikan cakap kawanua yang artinya sama awal kampung.
Asal Usul Orang Minahasa[sunting | sunting sumber]
Daerah Minahasa dari Sulawesi Utara diperkirakan menduga pertama kali dihuni akibat bani Adam dalam ribuan tahun SM an ketiga dengan kedua. [6] orang Austronesia awalnya dihuni China kidul dini pindah dengan menjajah alam di Taiwan, Filipina utara, Filipina selatan, dengan ke Kalimantan, Sulawesi, dengan Maluku. [7]
Menurut mitologi Minahasa di Minahasa ialah kemasukan Toar Lumimuut dan. Awalnya, kemasukan Toar Lumimuut-dibagi menjadi 3 kelompok: Makatelu-pitu (tiga kali tujuh), Makaru-siuw (dua kali sembilan) dengan Pasiowan-Telu (sembilan kali tiga). Mereka dikalikan dengan cepat. Tapi segera sedia perselisihan jarak orang-orang. Tona'as bos mengatur bernama kemudian memutuskan untuk bertemu dengan berapat tentang kejadian ini. Mereka bertemu di Awuan (utara bukit Tonderukan detik ini). Pertemuan itu disebut Pinawetengan u-nuwu (membagi bahasa) atau Pinawetengan um-posan (membagi ritual). Pada diskusi bahwa kemasukan dibagi menjadi tiga kelompok bernama Tonsea, Tombulu, Tontemboan dengan sesuai dengan kelompok yang disebutkan di atas. Di area di mana diskusi ini berlangsung berangkal fatwa yang disebut Watu Pinabetengan (Batu Membagi) kemudian dibangun. Ini ialah alamat liburan favorit.
Kelompok-kelompok Tonsea, Tombulu, Tontemboan dengan kemudian melaksanakan area elementer mengatur yang berada Maiesu, Niaranan, dengan Tumaratas masing-masing. Segera kaum banat didirikan di dalam wilayah. Desa-desa baru kemudian menjadi induk berkuasa dari sekelompok banat disebut Puak, kemudian walak, sebanding dengan daerah era kini.
Selanjutnya kelompok baru orang tiba di jazirah Pulisan. Karena beragam bentrokan di alam ini, mengatur kemudian pindah ke pedalaman dengan melaksanakan desa-desa seputar danu besar. Orang-orang ini karena itu disebut Tondano, Toudano atau Toulour (artinya orang air). Danau ini ialah danu Tondano sekarang. Minahasa Warriors.
Tahun-tahun berikutnya, kelompok lebih datang ke Minahasa. Ada: orang dari daratan Maju dengan Tidore yang mendarat di Atep. Orang-orang ini merupakan nenek moyang dari Tonsawang subethnic. orang dari Tomori Bay. Ini merupakan nenek moyang dari subethnic Pasam-Bangko (Ratahan Dan pasan) orang dari Bolaang Mangondow yang merupakan nenek moyang Ponosakan (Belang). orang-orang dari gugusan pulau Bacan dengan Sangi, yang kemudian menduduki Lembeh, Talisei Island, Manado Tua, Bunaken dengan Mantehage. Ini ialah Bobentehu subethnic (Bajo). Mereka mendarat di area yang masa ini disebut Sindulang. Mereka kemudian melaksanakan sebentuk kerajaan yang disebut Manado yang berakibat atas 1670 dengan menjadi meletakkan Manado. orang dari Toli-toli, yang atas awal era 18 mendarat pertama di Panimburan dengan kemudian pergi ke Bolaang Mongondow- dan alhasil ke area Malalayang masa ini berada. Orang-orang ini merupakan nenek moyang dari Bantik subethnic.
Ini ialah sembilan sub-etnis di Minahasa, yang menjelaskan jumlah 9 di Manguni Maka-9:
Tonsea, Tombulu, Tontemboan, Tondano, Tonsawang, Ratahan pasan (Bentenan), Ponosakan, Babontehu, Bantik.
Delapan dari kelompok-kelompok etnik jua kelompok-kelompok linguistik terpisah.
Nama Minahasa itu seorang diri berbentuk atas detik Minahasa berperang anti Bolaang Mongondow. Di jarak karet pahlawan Minahasa dalam bentrokan senjata anti Bolaang Mongondow adalah: Porong, Wenas, Dumanaw dengan Lengkong (dalam bentrokan senjata dekat banat Lilang), Gerungan, Korengkeng, Walalangi (dekat Panasen, Tondano), Wungkar, Sayow, Lumi, dengan Worotikan (dalam bentrokan senjata bersama Amurang Bay). Dalam peperangan sebelumnya, Tarumetor (Opo Retor) dari Remboken mengalahkan Ramokian dari Bolaang Mongondow di Mangket.
Prasejarah[sunting | sunting sumber]
Benda Purbakala temuan Arkeology Masa Prasejarah[sunting | sunting sumber]
Temuan jasad purbakala di Sulawesi Utara di antaranya gua-gua purba di Talaud, Minahasa, Bolaang Mongondow. Kubur berangkal Waruga yang bertebaran di Minahasa. Pada detik terjadi pengesekan (zaman glacial) di muka bumi atas era Plestosin, suah terjadi evakuasi dunia hewan dari daratan Asia ke Selatan melalui Filipina dengan Sulawesi Utara. Oleh sebab itu di Filipina dengan di Sulawesi Utara terdapat warisan fosil-fosil binatang purba bagaikan gajah purba (stegodon) dengan sisa purba hewan lainnya. Di Desa Pintareng di Tabukan Selatan di Pulau Sangihe, menduga terdapat adanya fosil-fosil gading dengan geraham bidak purba tersebut. Menurut karet ahli dari Museum Geologi Bandung dengan dari Pusat eksplorasi Arkeologi Nasional Jakarta, fosil-fosil tersebut dinyatakan sebagai cuilan dari fosil Stegodon yang suah berjiwa di Kepulauan Nusantara atas era Plestosin seputar 2 miliun tahun lalu. Gajah purba ini kecuali di Pintareng menduga terdapat fosil-fosilnya di Sangiran, di Kabupaten Sragen Jawa Tengah, di Lembah Cabenge di Sulawesi Selatan dengan di Lembah Besoa di Sulawesi Tengah. Stegodon di alam diperkirakan suah berjiwa sejaman dengan binatang purba lainnya. Di Indonesia stegodon berjiwa dengan binatang-binatang purba lainnya bagaikan Rinocheros (badak purba) beserta munding purba dengan lain sebagainya. Dengan temuan sisa purba bidak purba di Pintareng, Tabukan Selatan Sangihe tersebut, alkisah sebenarnya atas era kalakian bidak suah berjiwa di Pulau Sulawesi dengan terutama di Sulawesi Utara.
Dengan ditemukannya sisa-sisa budaya yang mengetahui pemakaian perlengkapan berangkal muda (neolitik) yang berupa beliung berangkal persegi di Liang Tuo Mane’e di Kabupaten Talaud dengan di alam lain di Sulawesi Utara. Disamping itu terdapat lagi sisa-sisa budaya era metal tua (paleometalik) yang mengetahui penggunaan gentong kubur bagaikan yang terdapat di Liang Buiduane di Talaud dengan di Bukit Kerang Passo di Minahasa, beserta warisan budaya megalitik (kebudayaan yang mengetahui penggunaan batu-batu besar) merebak di area gugusan pulau Sulawesi dengan gugusan pulau Maluku Utara (Bellwood, 1978). Sehubungan dengan kejadian itu area ini berdasarkan karet pakar diperkirakan menjadi alam kunci yang boleh memberi jawaban tempat permasalahan alam awal (home land) dari bangsa anak yang berbahasa Austronesia yang atas era kemudian mendiami daerah-daerah jarak Madagaskar di cuilan barat sampai dengan Easter Island di gugusan pulau Pasifik di cuilan timur, beserta Formosa Island di cuilan Utara (Solheim, 1966; Shuttler, 1975, Bellwood, 2001).
Pra Sejarah Minahasa[sunting | sunting sumber]
Budaya yang dibawa akibat bangsa anak pencerita adab Austronesia meninggalkan warisan-warisan budaya yang terjadi dari perlengkapan berangkal neolitik beliung persegi, benda-benda yang terbuat dari batu-batu besar (megalitik) dengan pengebumian dengan memanfaatkan gentong bentala liat. Warisan budaya sama dengan itu banyak terdapat peninggalannya di Sulawesi Utara. Alat-alat berangkal neolitik menduga terdapat di gua-gua di alam Talaud, di Guaan Bolaang Mongondow dengan alam Oluhuta yang dini ekspansi area alam itu teperlus ke dalam area Sulawesi Utara. Demikian jua benda-benda megalitik banyak terdapat di Sulawesi Utara dalam aliran kubur berangkal waruga, berangkal bergores watu pinabetengan, menhir ‘watu tumotowa’, kubur tebing berangkal Toraut dengan caung batu, yang umunnya terdapat di Tanah Minahasa dengan Bolaang Mongondow. Sedangkan kubur gentong bentala liat terdapat di kaum alam bagaikan di Bukit Kerang Passo di Kecamatan Kakas Minahasa, di Liang Buiduane Salibabu, di Tara-tara, Kombi dengan di kaum alam lainnya.
Kapak Lonjong Kapak era ini disebut kepak lonjong karena penampangnya berbentuk lonjong. Ukurannya sedia yang besar sedia yang kecil. Alat digunakan sebagai cangkul untuk menggarap bentala dengan memotong kayu atau pohon. Jenis kepak lonjong terdapat di Maluku, Papua, dengan Sulawesi Utara.
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Sejarah Peradapan di Sulawesi Utara[sunting | sunting sumber]
Sejarah peradaban bani Adam di alam ini layak panjang dengan menarik. Daerah ini atas jaman es melanda alam atas era plestosin jutaan tahun yang lalu, merupakan cuilan daratan yang menghubungkan daratan Sulawesi dengan daratan Filipina justru daratan Asia. Setelah jaman es berakhir, Sulawesi Utara menjadi daratan yang berkreasi jazirah Pulau Sulawesi dengan gugusan pulau di cuilan Utaranya.
Selain daratan yang sebagian besar merupakan dataran tinggi, Sulawesi Utara jua terjadi dari pulau-pulau yang jumlahnya layak banyak, lebih dari 150 pulau. Daerah ini mempunyai karakter angkasa yang distingtif adalah dataran tinggi lebih luas dari dataran rendahnya, ada banyak ancala berapi dengan sebagian besar sedang aktif teperlus ancala api kaki (gunung) laut, ada banyak gugusan rangkai yang berkreasi pulau-pulau, kecuali itu kerak bumi alam ini berdekatan justru sebagian berada tepat di alam terjadinya proses subduksi (perbenturan) lempeng-lempeng (plates) tektonik jarak lempeng Pasifik-Filipina-Australia dengan lempeng Sangihe dengan Halmahera. Bahkan terletak dekat dengan diskusi lempeng-lempeng alam bagaikan lempeng Pasifik, Eurasia dengan Australia.
Posisi di alam subduksi inilah yang melantarkan kemunculan gunung-gunung berapi dengan sering terjadinya beragam gempa bumi di alam ini mulai jaman dahulu kala. Gunung-gunung berapi Sulawesi, Halmahera dengan Sangihe, ialah merupakan hasil zona subduksi buku Sangihe dengan Halmahera.
Sebagian besar buku Maluku menduga tertindih (tersubduksi) akibat zona subduksi Halmahera di cuilan Timur dengan akibat zona subduksi Sangihe di cuilan Barat. Gunung-gunung berapi di Sulawesi, Sangihe dengan Halmahera diberi pasokan magma yang dibangkitkan di mantle asthenospherik yang termodifikasi akibat zat alir yang dihasilkan dari buku Maluku yang tertindih. Dalam kaum miliun tahun sarwa buku Laut Maluku hendak tersubduksi dengan buku Sangihe beserta Halmahera yang sudah saling menindih atas ujung-ujung lempengannya hendak bertabrakan azamat (Salindeho, Winsulangi dengan Pitres Sombowadile, 2008: hal. 12, 144-149).
Fenomena angkasa yang menduga digambarkan tersebut, disatu sisi menduga melantarkan beragam bencana bagaikan bencana gempa bumi atau letusan ancala api yang mendatangkan kepelikan bagi masyarakat. Akan lamun d sisi lain menduga menberi warisan yang berupa jamal angkasa dengan kekayaan angkasa yang menguntungkan bagi masyarakat. Warisan yang menguntungkan itu antaralain jamal angkasa pegunungan meskipun bahari teperlus jamal terumbu rangkai justru jua hasil rempah-rempah yang sudah terkenal di alam mulai ratusan tahun lalu, ialah merupakan warisan yang menguntungkan masyarakat. Demikian jua warisan angkasa yang berupa metal bernilai ekonomis tinggi bagaikan emas, perak, timbal, seng dengan tembaga. Semua itu menduga terekam di dalam dokumen-dokumen sejarah angkasa alam ini.
Dari uraian tersebut diperoleh gambaran bahwa Sulawesi Utara beralaskan alamnya, terkenal keseluruh alam dengan kekhasan dengan kekayaan alamnya yang indah dengan subur, dengan adanya taman-taman bahar bagaikan Bunaken meskipun adanya tambang-tambang emas, beserta tanaman cengkih-pala dengan perkebunan kerambil yang sangat luas, demikian jua dengan dunia hewan langkanya bagaikan Anoa, Maleo, Tarsius dengan lain sebagainya.
Berdasarkan eksplorasi arkeologi diketahui bahwa gejala aktivitas bani Adam di Sulawesi Utara sudah berlangsung mulai 30.000 tahun yang kalakian bagaikan yang terdapat buktinya di gua Liang Sarru di Pulau Salibabu. Bukti yang lain menunjukkan adanya aktivitas seputar 6.000 tahun kalakian di Situs Bukit Kerang Passo di Kecamatan Kakas dengan 4.000 tahun yang kalakian sampai awal Masehi di gua Liang Tuo Mane’e di Arangkaa di Pulau Karakelang. Kemudian berbentuk kebudayaan megalitik berupa kubur berangkal ‘waruga’, menhir ‘watutumotowa’, lesung berangkal dengan lain-lain mulai 2.400 tahun yang kalakian sampai era 20 Masehi di Bumi Minahasa. Selain itu Sulawesi Utara atas era kalakian merupakan area penghasil rempah-rempah, beras, dengan logam yang potensial yang menjadi gelanggang pertarungan interes hegemoni perdagangan jarak anak Portugis, Spanyol, Belanda dengan Kerajaan-kerajaan di seputar alam ini, yang alhasil bermuara atas pertarungan politik dengan militer (Meilink-Roelofsz, 1962: 93-100). Pada era kalakian alam ini jua menjadi route bursa jarak barat dengan timur beserta diseminasi ajaran Kristen, Islam meskipun kepercayaan atau ajaran yang di bawa akibat pedagang-pedagang Cina. Sulawesi Utara jua berperan dalam perjuangan-perjuangan kebebasan dengan munculnya pahlawan-pahlawan khalis dari alam ini.
Wilayah Indonesia Timur teperlus daratan Sulawesi Utara dengan gugusan pulau Sangihe, Sitaro dengan Talaud, mulai dahulu ialah merupakan area yang vital di kawasan Pasifik, karena merupakan jembatan penghubung jarak kawasan Asia dengan Kepulauan Pasifik (Bellwood, 1996; Veth 1996). Pada era kalakian area ini menjadi cuilan dari route perjalanan evakuasi dunia hewan dengan bani Adam beserta kebudayaannya. Bukti-bukti yang menunjukkan bahwa di dalam evakuasi dunia hewan prasejarah suah melewati dengan mampir di area ini ialah ditandai dengan adanya sisa purba gading bidak purba (stegodon) yang terdapat di Pintareng, di Kabupaten Kepulauan Sangihe di Sulawesi Utara (Husni, 1996/1997, 1999), dengan geraham binatang purba di kaki bukit Napu di Kabupaten Poso Sulawesi Tengah, beserta fosil-fosil binatang purba lainnya di Cabenge di Sulawesi Selatan (Santoso, 2001, 2002, 2003).
Era klasik[sunting | sunting sumber]
Kekaisaran Tiongkok dimasa Dinasti Tang (618–907) Masehi menduga mencapai kemajuan besar dalam pengetahuan, bursa sehingga pelaut-pelaut Tiongkok yang hilir-mudik melewati Kepulauan Sulawesi mengarah alam rempah-rempah Maluku. Salah eka komoditi yang dibeli ialah Damar, yang merupakan hasil bumi Tanah Minahasa. Dalam peta alam yang di terima akibat pelaut Portugis, dari peta pelayaran Tiongkok, menduga di catat asma Manado dengan Celebets Kalabat asma ancala tertinggi di melahirkan Pulau Sulawesi. Damar merupakan komoditi bisnis bukan sekadar di era Dinasti Tang, justru jauh lebih dahulu era Yosep dari Kerajaan Mesir disebutkan Damar menjadi alpa eka bakal penting untuk (Kejadian 37:25). Cengkih mulai lalu sudah menjadi bakal jualan yang dicari akibat karet pedagang India. Dalam kitab Raghuvamsa karangan Kalidasa yang berdasarkan karet ahli berjiwa seputar tahun 400 M disebut Lavanga (cengkih) yang berawal dari dvipantara. Wolter percaya bahwa yang dimaksud dengan dvipantara ialah Kepulauan Indonesia.
Dari Cina tercatat Dinasti Han, memanfaatkan keharuman cengkih sebagai penyegar nafas. Pada era ke-4, bos Dinasti Han dari Tiongkok memerintahkan setiap orang yang mendekatinya untuk mengunyah cengkih agar nafasnya harum. Semua yang hendak bertemu dengan berinteraksi dengan Kaisar Cina diharuskan mengulum atau mengunyah cengkih untuk membebaskan kaisar dari bau nafas tak segar.
Selain akibat anak Cina, cengkih menduga lama digandrungi orang-orang Mesopotamia. Dari kreasi arkeologi peradaban Sumeria (peradaban purba di kidul Mesopotamia, tenggara Irak) diketahui cengkih sangat populer di Syria atas 2400 SM. Ini bukti yang sangat bangkit bahwa bursa rempah-rempah dari gugusan pulau Maluku sudah sedia mulai era purba. Catatan mengenai popularitas cengkih dari Maluku dikemukakan arkeolog Giorgio Buccellati. Dari rumah seorang pedagang di Terqa, Efrat Tengah atas 1700 SM, dia menemukan wadah ampuh cengkih.
Pada era lalu, kualitas cengkih layak mahal. Cengkih sangatlah mahal atas era Romawi. Cengkih beres bakal ganti menukar akibat anak Arab di era pertengahan. Cengkih banyak digunakan sebagai bumbu, baik dalam bentuknya yang bulat atau sebagai bubuk. Minyak esensial dari cengkih jua mempunyai fungsi anestetik dengan antimikrobial. Minyak cengkih sering digunakan untuk membebaskan bau nafas dengan untuk membebaskan sakit gigi. Rempah-rempah ini menduga menjadi barang berharga yang boleh digunakan untuk aneka harapan mulai dari perasa makanan, minuman, obat-obatan. Inilah yang hebat kedatangan anak Eropah, Pada era pertengahan (sekitar 1600 Masehi) cengkih menjadi alpa eka rempah yang paling populer dengan mahal di Eropa, melebihi kualitas emas. Pada akhir era ke 15, orang Portugis membawa banyak cengkih yang mengatur peroleh dari gugusan pulau Maluku ke Eropa. Pada detik itu, kualitas 1 kg cengkih sama dengan kualitas 7 gram emas. Perdagangan cengkih alhasil didominasi akibat orang Belanda atas era ke 17. Dengan susah payah, orang Prancis berhasil membudidayakan pokok kayu Cengkih di Mauritius atas tahun 1770. Cengkih kalakian dibudidayakan di Guyana, Brasilia dengan Zanzibar. Pada era ke 17 dengan ke 18 di Inggris, kualitas cengkih sama dengan kualitas logam karena tingginya biaya impor.
Prasasti Pinawetengan yang terdapat di dekat Kota Kawangkoan ialah sumber ter-tera tercantum tertua di Sulawesi Utara, yakni bertahun 670. Pada era Kerajaan Singhasari, Raja Kertanagara melaksanakan ekspansi engat ke Melayu. Pada era Kerajaan Majapahit di kaki (gunung) Raja Hayam Wuruk, wilayahnya engat mencapai Malaka, dengan Kepulauan Filipina. Bukti awal masuknya kong Hu chu dengan Islam ke Minahasa ialah adanya kober jirat di Manado, beserta sebanyak kober Islam atas berbelit-belit kober Kampung Arab, Kampung Ternate.
Masa Di Temukannya Tulisan[sunting | sunting sumber]
Orang minahasa yang dikenal dengan kemasukan Toar Lumimuut, atas awalnya karet leluhur orang minahasa bermukim di seputar pegunungan Wulur Mahatus, area kidul Minahasa kemudian berkembang dengan berpindah ke Nietakkan (dekat tompaso baru). Sejarah orang Minahasa umumnya di tulis akibat orang-orang asing yang datang ke bentala ini sebagian besar ialah misionaris. Beberapa antaranya: Pdt.Scwarsch, J. Albt. T. Schwarz, Dr. JGF Riedel, Pdt. Wilken, Pdt. J. Wiersma. Terdapat tiga aktivis sentral tercantel dengan leluhur orang Minahasa, adalah Lumimuut, Toar dengan Karema. Karema, sebagai Kepala Ibadah Minahasa, dengan Lumimuut dengan Toar ialah Raja dengan Ratu Kerajaan Malesung dengan leluhur dengan cikal benih dari orang-orang Minahasa. Demikian cakap David Lumoindong karena dimasa ini belum adanya system tadbir demokrasi. Manusia awal di Minahasa yang berawal dari Lumimuut dengan Toar, area mulanya dari Lumimuut dengan Toar beserta keturunannya disebut Wulur Mahatus. Kelompok-kelompok awal ini kemudian berkembangan biak dengan bermigrasi ke kaum area di bentala Minahasa.
Orang minahasa atas tempo itu dibagi dalam 3 (tiga) golongan yaitu: Makarua Siow (2x9): karet pengatur Ibadah dengan Adat Makatelu Pitu (3x7): yang mengatur pemerintahan Pasiowan Telu (9x7): Rakyat
Prasasti Pinawetengan[sunting | sunting sumber]
Batu Pinawetengan terletak di Kecamatan Tompaso Barat. dikaki ancala Soputan, menduga tertimbun tidak terlihat juga di permukaan tanah, belakang tahun 1880 baru di gali tempat ajakan Riedel kepada karet Kepala Walak dengan Pakasaan. Merupakan berangkal angkasa yang diatasnya ditulis dengan huruf hieroglif, yang sampai masa ini sedang belum terpecahkan cara membacanya. Hanya saja pengertian yang di turunkan berdansa temurun melalui hikayat sastra menjelaskan artinya. Minahasa bersarang dalam era sejarah catatan mulai tahun 670 demikian berdasarkan tulisan David DS Lumoindong, di boleh dari kreasi berita mengenai Minahasa. Tetapi andaikan dilihat mulai adanya tulisan alkisah bukti penulisan di Batu Pinawetengan yang di perkirakan tahun 670 Masehi berdasarkan JGF Riedel.
Batu ini merupakan area diadakannya Musyawarah Perdamaian kemasukan Toar dengan menjadi bongkot Sejarah perubahan sistem tadbir atas kemasukan Toar Lumimuut. Menurut Paulus Lumoindong Musyawarah ini terjadi seputar tahun 300-400 Masehi. Menurut David DS Lumoindong, justru penulisan Prasasti ini cocok atau justru lebih tua dari Prasasti Kutai tahun 450 M. Isi tulisan ini berdasarkan Tuturan Sastra Maeres ini ampuh Musyawarah Pembagian Wilayah, Deklarasi untuk konsisten membela kesatuan.
Deklarasi Reformasi Sistem Pemerintahan[sunting | sunting sumber]
Ketika kemasukan Lumimuut-Toar semakin banyak, alkisah atas suatu tempo mengatur melahirkan rapat di sebentuk area yang sedia berangkal besarnya (batu itu yang kemudian disebut Watu Pinawetengan). Musyawarah dipimpin Tonaas Wangko Kopero dengan Tonaas Wangko Muntu-untu I(tua/pertama).
Sistem tadbir kemasyarakatan alhasil berubah selepas melalui konferensi yang mendeklarasikan sistem penentuan umum, tadbir negara kerakyatan kuno, hasil konferensi dituliskan atas sebentuk berangkal batu bertulis yang kemudian dikenal dengan sebutan Watu Pinawetengan. Menurut Paulus Lumoindong afair tersebut terjadi seputar tahun 400-500 Masehi.
Hasil riset Dr. J.P.G. Riedel, bahwa kejadian tersebut terjadi seputar tahun 670 di Minahasa menduga terjadi suatu konferensi di watu Pinawetengan yang dimaksud untuk menegakkan budaya istiadat beserta pembagian area Minahasa.
Disana mengatur melaksanakan perhimpunan negara yang merdeka, yang hendak berkreasi eka ketunggalan dengan berdiam bersama dengan hendak memerangi musuh manapun dari dalam jika mengatur diserang, Ratahan belakang berbaur dengan aliansi Minahasa ini seputar tahun 1690.Pakasa’an Tou-Ure kebolehjadian tidak beserta dalam konferensi di Pinawetengan untuk berikrar eka kemasukan Toar dengan Lumimuut di mana sarwa Pakasa’an menyebut dirinya Mahasa awal cakap Esa artinya satu, engat Tou-Ure dilupakan dalam sejarah tua Minahasa.
Pembagian area minahasa tersebut dibagi dalam kaum anak suku, yaitu:Anak bangsa Tontewoh (Tonsea): wilayahnya ke timur bahar Anak bangsa Tombulu: wilayahnya mengarah melahirkan Anak bangsa Toulour: mengarah timur (atep) Anak bangsa Tompekawa: ke barat laut, menempati arah timur tombasian besarPada detik itu daratan minahasa belum dipadati penduduk, baru kaum alam yang dipadati penduduk, di garisan Sungai Ranoyapo, Gunung Soputan, Gunung Kawatak, Sungai Rumbia, Kalawatan. Perkembangan anak bangsa bagaikan anak bangsa Tonsea, Tombulu, Toulour, Tountemboan, Tonsawang, Ponosakan dengan Bantik.
Dewan Musyawarah[sunting | sunting sumber]
Dalam membikin ketunggalan dengan kerjasama antar Negara ahli konfederasi Minahasa alkisah di bentuklah suatu diskusi antar Kepala Pakasaan kepala Negara, untuk bermusyawarah ini kemudian musim disebut Dewan Wali Pakasaan. Dewan Musyawarah ini di mulai mulai konferensi di Tombaso seputar tahun 670 M yang menciptakan keterangan Watu Pinawetengan, sekalipun berbeda-beda di empat pelosok mata angin tetapi konsisten menyatu MInahasa. Musyawarah ini dimasa Belanda namanya Musyawarah Para Ukung (Vergadering der Doopshoofden) atau Dewan Wali Pakasaan (Raad der Doopshoofden); merupakan badan tertinggi dalam masyarakat Minahasa yang bertahan engat akhir era ke-19. Dewan Wali Pakasaan boleh menangani dengan dinamis beragam permasalahan yang berbentuk di antara masyarakat.
Minahasa Raad[sunting | sunting sumber]
Lembaga Musyawarah Para Ukung (Vergadering der Doopshoofden) atau Dewan Wali Pakasaan (Raad der Doopshoofden); di plesetkan akibat Johannes Wenzel detik menjadi residen atas coplok 1 September 1825, dia menghapus Dewan Wali Pakasaan, kalakian mengantinya dengan Minahasaraad purba; kemudianMinahasaraad purba diubah beralaskan undang-undang sentralisasi 1905 yang berlaku untuk seluruh Hindia Belanda, akan tetapi di Minahasa belakang diberlakukan tahun 1919 dengan namaMinahasaraad. Domeinverklaring, adalah tadbir melantas Belanda tempat Minahasa ditolak akibat Minahasa teperlus Manado yang detik itu sedang teperlus area Minahasa melalui staadblad Nomor 65. Penolakan tadbir melantas Belanda tempat Minahasa-Manado mendorong pemerintah Belanda menghunus hasil koningen yang isinya memberikan badan legislatif (DPR) kepada Minahasa atas tahun 1919, yang dikenal dengan asma badan Minahasa, yang dalam adab Belanda disebut Minahasaraad.
Adapun kantor Minahasaraad didirikan di Manado karena (Keresidenan) Manado menjadi induk perkantoran dengan administrasi tempo itu dengan berdekatan dengan Benteng Amsterdam.
Menurut Max Laurens Tamon dalam eksplorasi berjudul Dari Mina’esa ke Minahasa Raad (Dewan Minahasa) Akhir Abad ke-19 Sampai Awal Abad ke-20 (Universitas Indonesia, Fakultas Pengetahuan Ilmu Budaya, Program Studi Perencanaan & Kebijakan Publik, 2000), selepas Johannis Wenzel dikukuhkan coplok 1 September 1825 sebagai Residen Manado, dia memakai sistem asas barat dengan gaya tadbir sesuai undang-undang sentralisasi 1905 dengan berlaku di seluruh area Hindia Belanda. Kondisi yang diciptakan Wenzel lambat laun menjadi pemicu bagi masyarakat Manado dengan Minahasa, khususnya bagi mengatur yang menduga berpendidikan barat, untuk menuntut kepada pemerintah Hindia Belanda agar memberikan kedaulatan seluas-luasnya. Tuntutan itu bersandar atas tiga alasan mendasar, yaitu: pertama, menduga sedia undang-undang sentralisasi (decentralisatieweb) 1903 tentang otonomisasi di Hindia Belanda; kedua, kuatnya dorongan tradisi; ketiga, walaupun sedia kaum orang Minahasa yang duduk sebagai ahli Volksmad, hendak lamun interes masyarakat lokal tidak terakomodasi dalam badan itu. Minahasaraad didirikan akibat residen Manado (1919-1922), Fredrik Hendrik Willem Johan Rijken Logeman atas coplok 8 Februari 1919. Minahasa Raad (Dewan Minahasa), yang mengambil alih fungsi dari Dewan Wali Pakasaan yang menduga diselewengkan akibat J. Wenzel. Namun, ekspansi kantor biro belakang dimulai tahun 1930 dengan selesai atas tiga tahun berikutnya. Pembentukan Minahasaraad seiring dengan Manado Gemeenteraad beralaskan locale raden-ordonnantie. Mula-mula ahli Minahasaraad ditentukan, kemudian dipilih melantas akibat rakyat. Namun yang bisa menjadi ahli Minahasaraad sekadar laki-laki. Tetapi kemudian kaum perempuan jua boleh bersarang selepas diperjuangkan akibat Maria Josephine Catherina Maramis nama samaran Maria Walanda Maramis atas tahun 1921. Semula ahli Minahasaraad 23 orang, adalah 4 orang Belanda, 18 orang Minahasa dengan 1 orang etnik Cina. Setelah itu jumlah ahli bertambah menjadi 41 orang, kalakian tahun 1923 berdansa juga menjadi 18 orang. Minahasaraad didirikan akibat residen Manado (1919-1922), Fredrik Hendrik Willem Johan Rijken Logeman atas coplok 8 Februari 1919. Namun, ekspansi gedungnya belakang dimulai tahun 1930 dengan selesai atas tahun 1933. Pembentukan Dewan Minahasa (Minahasaraad) dengan badan metropolis Manado (Gemeenteraad ) dilakukan bersamaan beralaskan locale raden-ordonnantie. Eks kantor bersejarah Minahasaraad terletak di induk metropolis Manado. Dikelilingi akibat sebanyak bangunan dengan jalan. Arah arah tenggara dibentengi landmark Zero Point metropolis Manado; arah barat berhadapan dengan Wilhelminalaan (sekarang Jl. Sam Ratulangi) dengan eks biro Keresidenan Manado (sekarang biro induk Bank Sulut); arah arah melahirkan menghadap Jl. Sudirman; dengan arah arah timur membelakangi kantor Juang ’45 Manado. Semula ahli Minahasaraad ditentukan, kemudian dipilih melantas akibat rakyat. Namun yang bisa menjadi ahli Minahasaraad sekadar laki-laki. Tidak terwakilinya kaum perempuan mendorong Maria Josephine Catherina Maramis yang menikah dengan Joseph Frederick Caselung Walanda memperjuangkannya. Pada tahun 1921, usaha dengan kerja alot Maria Maramis memperjuangkan perempuan sebagai ahli Minahasaraad berhasil, yang ditandai dengan dikeluarkannya hasil dari Batavia yang memperbolehkan perempuan untuk memberi suara dalam penentuan ahli Minahasa Raad. Tokoh lainnya yang memperjuangkan lurus membeda-bedakan kaum perempuan agar cocok dengan jantan ialah ahli Minahasaraad, Albertus Louis Waworuntu. Semula ahli Minahasaraad 23 orang, terjadi dari 4 orang Belanda, 18 orang Minahasa dengan 1 orang etnik Cina. Kemudian menjadi 41 orang, kalakian tahun 1923 anggotanya berdansa menjadi 18 orang. Selanjutnya atas tahun 1934, ahli Minahasaraad tercatat sebanyak 29 orang terjadi dari 18 orang Minahasa, yang dipilih melantas akibat bala tentara dalam 16 area pemilihan; 6 orang yang terpilih berawal dari kepala-kepala area di Minahasa. Anggota Minahasaraad terakhir atas tahun 1942 berjumlah 29 orang terjadi dari 4 orang Belanda, 24 orang Minahasa dengan 1orang etnik Cina.
Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi ialah masyarakat pribumi pertama menjadi anggotaMinahasaraad dengan merangkap sebagai sekretaris Minahasaraad (1923-1928). Dalam Regerings Almanak 1922 tercatat nama-nama ahli Minahasaraad, Selain Dr. G S S J. Ratulangi, ahli Minahasaraad lainnya sebagaimana tercatat di dalam Regerings Almanak 1922 adalah: Theodorus Estefanus Gerungan, Alber W.R Inkiriwang, Apeles J.H.W. Kawilarang, B. Lalamentik, J.E. Lucas, R.E. Lucas, A. J Maengkom, Jan Hendrik Mononoetoe, Josef Ulrich Mangowal, P. Mamesah, Petrus Arnoldus Mandagie, Petrus Tingolou Momuat, A.F. Najoan, B. Parengkuan, G.J. Palar, Herling Pande-Iroot, Ernest Hendrik L. Willem Pelenkahu, G. van Renesse van Duivenbode, Ezau Rotinsulu, Peter Frederick Ruata, H. Rorimpunu, Paul Alexander ‘Ande’ Ratulangi, Sie Lae Hoeat, Alexander ‘Ajeh’ Hendrik Daniel Supit, L. Saerang, R.C.J Sondakh, J. Stormer, Jan Nicolaas Tambajong, W.F. Tumbuan, Z. Taloemepa, Albertus Louis Lasut Waworuntu, Exaverius ‘Pius’ Walewangko Jacob Waworuntu, Joost Alexander Karel Wenas, W.A. Wakkary, dengan A.A. Warokka.
Riwayat kantor Minahasaraad seorang diri baru dimulai tahun 1930. Setelah 10 tahun beraktivitas, badan memutuskan segera menempati kantor tersendiri. Diputuskan hendak dibangun di lahan halaman ladang penjara Manado, yakni di ambang timur biro Keresidenan Manado (sekarang biro induk Bank Sulut), yang dipisahkan akibat Wilhelminalaan, masa ini Jalan Sam Ratulangi.
Mantan Rektor Unsrat Prof. W.J. Waworuntu, menyebut biaya ekspansi kantor Minahasaraad ini diusahakan akibat Dr. G.S.S.J. RatuLangi (1890-1949). Sebelumnya dia menjadi Sekretaris Minahasa Raad tahun 1923-1928. Waktu beres ahli Volksraad (antara 1928-1937), dia melobi Sultan Kutai di Kalimantan agar meminjamkan sebanyak arta untuk ekspansi kantor ini. Sultan melantas menyetujui pinjaman sebesar f 11.000 gulden kepada Minahasaraad dengan kondisi pengembalian layak dicicil per tahun 1000 gulden (cicilan ini baru dilunasi 11 tahun kemudian tahun 1930 engat 1941). Pembangunan kantor dilaksanakan tahun 1930 dengan selesai atas tahun 1933.
Walaupun kantor Minahasaraad menduga dibangun, akan tetapi pemanfaatannya tidak maksimal. Pemanfaatannya secara penuh belakang terjadi atas tahun 1945-1946, adalah selepas Perang Dunia II berakhir. Pertama dimanfaatkan akibat Dewan Perwakilan Rakyat Minahasa Sementara(Voorlopige Minahasaraad,) (semacam DPR Minahasa Sementara) ketika NICA, pemanfaatannya dilanjutkan akibat Dewan Minahasa pasca pengakuan kebesaran RI tahun 1949. Pada era Pergolakan Permesta tahun 1958-1961, pemanfaatan kantor kurang maksimal karena kaum ahli Dewan beserta terlibat Permesta.
Pada tahun 1962, ketika pemerintah alam Minahasa dipindahkan dari Manado ke Tondano, gedungMinahasaraad dijual kepada Penguasa Perang Daerah (Peperda), dalam kejadian ini TNI-AL dengan kualitas atas detik itu Rp 9.000.000 (sembilan miliun rupiah); dengan selama lebih dari 20 tahun, eks gedungMinahasaraad dijadikan Markas Komando TNI-AL Daerah VI. Setelah Markas Komando TNI-AL Daerah VI menempati kantor baru di Kairagi, eks gedungMinahasaraad disewakan akibat pihak TNI-AL sebagai area kursus, rumah makan, usaha halus dengan sebanyak usaha lainnya. Akibatnya hal bangunan eks kantor Minahasaraad arung kebinasaan yang parah. Dindingnya dibobol sesuka jantung akibat karet penyewa. Kebersihan dengan sanitasinya tidak terawat dengan baik. Sebagian ruangan dengan halamannya menduga dijadikan pemukiman yang kumuh. Kondisi tersebut melahirkan masyarakat dengan sebanyak LSM memburu-buru pemerintah agar memetik alih kantor yang ada nilai sejarah ini. Pada tahun 2007, pemerintah daerah Sulawesi Utara memetik alih eks kantor Minahasaraad dari Lantamal VIII TNI-AL melalui ganti guling dengan sebanyak bentala dengan aset pemerintah daerah Sulawesi Utara dengan kualitas 10 miliar rupiah. Aset pemerintah Sulawesi Utara yang dipakai untuk ganti guling dengan eks kantor Minahasaraad terjadi dari bentala pemerintah daerah Sulawesi Utara di Kawiley Minahasa Utara seluas 10 ha, pembentukan pagar alarm tanah, 11 unit kendaraan operasional merek Toyota, sebidang bentala di kelurahan Bumi Beringin, kantor mess perwira, dengan biaya pemeliharaan sarana/kendaraan bermotor angkutan darat. Kini hal eks kantor Minahasaraad yang bersejarah itu sudah tertata rapi, dengan menduga menjadi ikon sejarah perjalanan kerakyatan anak Minahasa atas khususnya dengan alam Sulawesi Utara atas umumnya.
Pengembangan Suku Pemekaran[sunting | sunting sumber]
Belum boleh ditelusuri atas era keberapa pakasa’an Tountewo pecah dobel menjadi Pakasa’an Toundanou dengan Tounsea engat Minahasa ada empat Pakasa’an . Yakni Toumpakewa berubah menjadi Tontemboan, Toumbulu', Tonsea dengan Toundanou.
Pakasa’an Tontemboan[sunting | sunting sumber]
Tountumaratas (TonTemboan) Dengan bertambahnya masyarakat Minahasa, alkisah Tountumaratas berkembang menjadi Tounkimbut dengan Toumpakewa. Untuk memaklumatkan kedua kelompok itu eka asal, alkisah dilahirkan suatu nama PAKASA'AN yang beraasal dari cakap ESA. PAKASAA'AN berguna eka yakni, Toungkimbut di pegunungan dengan Toumpakewa di dekat pantai. Pakasa’an di Minahasa era dini Kolonial sudah berubah di mana Pakasa’an Tontemboan menduga membelah dobel tadbir negara independen menjadi: Lalu nama Walak dimunculkan kembali. Perkembangan selanjutnya asma walak-walak tua di area Tountemboan berganti asma menjadi meletakkan Kawangkoan Tombasian, Rumoo'ong dengan Sonder.
Pakasa’an TonWuluh Tombuluk[sunting | sunting sumber]
Berpusat di Maiesu kemudian arung ekspansi tadbir menjadi: Ton Kinilow, Toum Wariri, Kakaskasen, Masyarakat tombuluh mulai era Batu Pinawetengan era ke–7 konsisten bulat eka Pakasa'an yang terjadi dari tiga meletakkan yakni, Tombariri, Tomohon dengan Sarongsong. Dengan demikian nama WANUA berkembang menjadi dobel pengertian yaitu: desa/kampong dengan bangsa
Pakasa’an TonTewoh TonSea[sunting | sunting sumber]
A. Tountewu berubah asma beres Tounsea, berpusat di Niaranan kemudian arung ekspansi tadbir menjadi: Kemudian Pakasa'an Tonsea terjadi dari tiga meletakkan yakni maumbi, kema dengan Likupang. Abad 18 Tounsea sekadar mengetahui eka asas besar (Mayor) atau "Hukum Mayor", area maumbi, Likupang dengan Kema di perintah akibat Hukum kedua, sedangkan Tondano ada banyak mayor-mayor.
B. Sekelompok masyarakat Tountewo membikin alamat di pinggiran danu disebut Tolour, kemudian disebut Toundano. Kaum Tondano terbelah juga menjadi dobel yakni: 1. Masyarakat yang bermukim di seputar danu Tondano. Masyarakat di seputar danu Tondano berkreasi tiga meletakkan yakni; Tondano Touliang, Tondano Toulimambot dengan Kakas-Remboken. 2. Masyarakat yang pergi ke Danau Bulilin disebut "Toundanau" yang bermukim di area Tonsawang dengan Tombatu.
Dengan hilangnya nama Pakasaan Tountewo alkisah lahirlah nama Pakasa'an Tonsea dengan Pakasa'an Tondano.
Sekelompok masyarakat Tountemboan bersama dengan TounTewo membikin alamat di seputar Danau Bulilin; yang kemudian membikin Pakasa’an Toundanouw dengan Touwuntu.
Sekelompok masyarakat Pakasa’an Touwuntu Tondangow kemudian membangun:
1. Touwuntu menjadi meletakkan Tousuraya dengan Toulumalak yang masa ini disebut Pasan beserta Ratahan (Ponosakan). 2. Pakasa’an Toundanou terjadi dari meletakkan Tombatu dengan Tonsawang.
Yang tidak ada Pakasa’an ialah meletakkan Bantik yang datang belakangan, mengatur merebak dimasa bentrokan senjata Minahasa-Bolaang Mongondow diantaranya di Malalayang, Kema dengan Ratahan justru sedia di Mongondouw-walaupun etnik Bantik jua kemasukan Toar dengan Lumimuut. Menurut babad etnik Bantik era lampau terlambat datang atas konferensi di berangkal Prasasti Pinawetengan. Ada tiga asma dotu Muntu-Untu dalam babad Minahasa yakni Muntu-Untu era ke-7 awal Telebusu (Tontemboan). Muntu-Untu era 12 awal Tonsea-menurut nama Tonsea. Dan Muntu-Untu era 15 era Spanyol berguna sedia tiga kali konferensi besar di berangkal Pinawetengan untuk berikrar agar konsisten bersatu.
Dalam Buku Sejarah Lengkap Minahasa akibat David DS Lumoindong dijelaskan bangsa Tow Bantik ialah kemasukan Toar-Lumimuut yang cokol membela perairan di area melahirkan di gugusan pulau Sangihe-Talaud, kemudian terjadi bencana angkasa Tsunami alkisah merekapun mengungsi ke daratan Sulawesi Utara di seputar Bolaang-Mongondow, kemudian dimasa bentrokan senjata Minahasa anti Bolaang-Mongondow mengatur menjadi pasukan Bolaang-Mongondow mendobrak dengan menduduki kaum area di Minahasa, selepas selesai bentrokan senjata tahun 1690 dengan di sepakatinya perdamaian, alkisah mengatur memilah konsisten berdiam di Minahasa berbaur dengan bangsa anak aliansi Minahasa.
Dalam Sejarah Ratahan, Pasan, Ponosakan dari bukti buku terbitan tahun 1871. Pada awal era 16 area Ratahan berisik dengan bursa dengan Ternate dengan Tidore, pelabuhannya disebut Mandolang Benten (Bentenan) yang masa ini bernama Belang. Pelabuhan ini atas tempo itu lebih berisik dari bom Manado. Terbentuknya Ratahan dengan Pasan dikisahkan sebagai berikut; atas era aru Mongondouw bernama Mokodompis menduduki area Tompakewa, kalakian Lengsangalu dari daerah Pontak membawa taranaknya pindah ke area “Pikot” di kidul Mandolang-Bentenan (Belang). Lengsangalu punya dobel anak lelaki yakni Raliu yang kemudian melaksanakan daerah Pelolongan yang kemudian beres Ratahan, dengan Potangkuman menikah dengan gadis Towuntu kalakian melaksanakan negri Pasan. Negeri Toulumawak dipimpin akibat kepala daerah seorang perempuan bersuami orang Kema Tonsea bernama Londok yang tidak juga boleh balik ke Kema karena dihadang armada perahu orang Tolour. Karena [Kerajaan Ratahan] bersahabat dengan Portugis alkisah area itu diserang bajak bahar “Kerang” (Philipina Selatan) dengan bajak bahar Tobelo.
Tugu Dotu Lolong Lasut[sunting | sunting sumber]
Merupakan kober dari Dotu Lolong Lasut yang lahir atas bulan November 1450 dengan berkalang tanah atas tahun 1520. Pada jirat monumen tersebut tertulis: Dotu Lolong Lasut nama samaran Ruruares Teterusan dengan Kepala Agama bangsa Tombulu yang sudah merintis dengan membikin TUMANI daerah WENANG kemudian berkembang menjadi Manado.
Dotu Lolong Lasut ialah seorang aktivis perjuangan yang berhasil mengusir penjajah dari Portugis untuk menjajah Wenang atas detik itu. Oleh karena itu asma Dotu Lolong Lasut konsisten dikenang sepanjang era akibat masyarakat SULUT lebih khusus masyarakat Manado dengan Minahasa.
Sistem Pemerintahan[sunting | sunting sumber]
Sistem Pemerintahan demokrasi, atas empat bangsa elementer terjadi atas:Walian:Pemimpin ajaran / budaya beserta Tonaas: Orang keras, yang ahli dibidang pertanian, kewanuaan. Kemudian mengatur yang dipilih menjadi kepala meletakkan Teterusan: Panglima bentrokan senjata Potuasan: Penasehat
Kepala Pemerintahan[sunting | sunting sumber]
Kepala kampung ialah Ukung Tua (seorang bos yang di tuakan). Sedangkan untuk memimpin gabungan wanua alkisah di kepalai Kepala Walak. Sedangkan untuk memimpin aliansi Konfederasi diangkat Ketua Dewan Pakasaan.
Para kepala pemerintahan, Kepala Negara di TomBulu berturut-turut diantaranya:
Tonaas Wangko Muntu-Untu era 7 Masehi Tonaas Wangko Pinontoan-Lokon 8 M Tonaas Wangko Ahkaimbanua Abad Tonaas Wangko Pukul Tonaas Wangko Rares-empung Tonaas Wangko Lumoindong, Abad 9 bos Tombulu ketika induk tadbir sedang di Kinilow Tua, dimasanya terjadi bencana azamat tetapi akibat kebijaksanaan alkisah masyarakat boleh diselamatkan, itu sebabnya dimasa kalakian sebentuk ancala di Tomohon Gunung Masarang di mana dia berdiam dinamakan sesuai dengan namanya.
Para kepala pemerintahan, Kepala Negara di TonTemboan diantaranya:
Tonaas Wangko Kopero bos konferensi pertama di Pinawetengan (Tompaso)
Pemerintahan Pasan Ponosakan dengan Tondangow/Tonsawang memakai sistem Kerajaan. Para aru yang suah berkuasa di Ratahan diantaranya:
Dotu Lensang Alu, Dotu Soputan, kepala meletakkan area itu. Abad 15 Dotu Watulumanap, Dotu Raliu era 16 kepala meletakkan kakak beradik Raliu dengan Potangkuman. Dotu Antou, Mayor Maringka, akhir era 18. Mayor Soputan [Baca Buku: Sejarah Kerajaan dengan Pemerintahan di Minahasa akibat David DS Lumoindong]
Para kepala pemerintahan, Kepala Negara di TonSea diantaranya:
Tonaas Wangko Maramis Tonaas Wangko Dotulong dimasanya alkisah dia melahirkan surat pengakuan negara Belanda tempat kepemilikannya terhadap daratan Lembeh.
Para kepala pemerintahan, Kepala Negara di ToLour diantaranya:
Tonaas Wangko Singal Tonaas Wangko Gerungan (Dotu Gerungan, berjiwa kurang lebih jarak Tahun 1550-1650-an) ialah bos Tondano, Bahasa Minahasa Suku Toulour/Toudano/Tondano adalah Walak (Kepala Suku) dengan Teterusan (Kepala Perang) Tondano atas era hidupnya, dengan alamat membela area bangsa Tondano dengan membuyarkan karet musuh yang menyerang. Dotu Gerungan merupakan alpa eka dari pahlawan-pahlawan atau panglima bentrokan senjata Minahasa yang mengalakan musuh-musuh yang menyerang bentala Minahasa
Era Kolonial[sunting | sunting sumber]
Pada akhir era ke-16, Portugis dengan Spanyol tiba di Sulawesi Utara. Saat anak Eropa datang, Kesultanan Ternate ada akibat di Sulawesi Utara, yang sering dikunjungi pedagang Bugis dari Sulawesi Selatan. Kekayaan sumber daya angkasa Minahasa menjadikan Manado sebagai bom vital bagi pedagang-pedagang Eropa yang hendak mengarah dengan pulang dari Maluku.
Bangsa Portugis ialah anak barat yang pertama kali datang di Sulawesi Utara, kapal Portugis berlabuh di daratan Manado dimasa Kerajaan Manado tahun 1521. Kapal Spanyol berlabuh di daratan Talaud dengan Siau, bergerak ke Ternate. Portugis membikin baluwarti di Amurang. Spanyol membikin Benteng di Manado, mulai itu Minahasa mulai di kuasai Spanyol. Perlawanan anti penjajahan Spanyol melonjak tahun 1660-1664. Kapal Belanda mendarat di Kota Manado atas tahun 1660 dalam membantu perjuangan Konfederasi Minahasa anti Spanyol. Perserikatan negara-negara republik ahli Konfederasi Minahasa melahirkan Perjanjian Dagang dengan VOC. Perjanjian kerjasama bisnis ini kemudian menjadikan VOC memonopoli perdagangan, yang lama kelamaan mulai memeras kehendaknya, alhasil menimbulkan perlawanan tahun 1700 an di Ratahan yang melonjak atas Perang Minahasa-Belanda tahun 1809=1811 di Tondano.
Bangsa Spanyol menduga menjajah Kepulauan Filipina atas tempo itu dengan Minahasa dijadikan perkebunan kahwa yang didatangkan dari Amerika Selatan karena bentala Minahasa yang subur. Manado kemudian lebih dikembangkan akibat Spanyol untuk menjadi induk bursa kahwa bagi pedagang-pedagang Tiongkok. Dengan derma suku-suku Minahasa yang menjadi sekutu, Spanyol merebut baluwarti Portugis di Amurang atas 1550-an, dengan kolonis Spanyol kemudian membikin baluwarti di Manado, sehingga alhasil Spanyol menguasai seluruh Minahasa. Pada era ke 16 alpa eka komunitas Indo-Eurasia pertama di Nusantara berbentuk di Manado. Raja pertama Manado, Muntu Untu (1630) sebenarnya merupakan kemasukan setengah Spanyol.
Spanyol kemudian menyerahkan Minahasa kepada Portugis dengan salin 350,000 ducat dalam sebentuk perjanjian. Para penguasa Minahasa mengirim Supit, Pa’at, dengan Lontoh untuk bersekutu dengan Belanda untuk mengusir anak Portugis dari Minahasa. Pada 1655 mengatur alhasil unggul, membikin baluwarti mengatur seorang diri atas 1658 dengan mengusir orang Portugis terakhir kaum tahun kemudian.
Pada awal era ke-17 Belanda menduga merobohkan kesultanan Ternate, dengan mulai menutup akibat Spanyol dengan Portugis di Nusantara. Pada 1677 Belanda menguasai kepulauan Sangir dan, dobel tahun kemudian, Robert Padtbrugge, gubernur Maluku, mengunjungi Manado. Kedatangannya menciptakan akad dengan karet kepala bangsa Minahasa yang berujung atas kekuasaan Belanda selama 300 tahun berikut meskipun tadbir melantas akibat Belanda sekadar bermula atas 1870.
Bangsa Belanda membantu mengumpulkan federasi Minahasa, dengan atas 1693, anak Minahasa memperoleh kemenangan militer absolut anti bangsa Mongondow di selatan. Pengaruh Belanda bertumbuh berjebah seiring dengan berkembangnya ajaran Kristen dengan budaya Eropa di bentala Minahasa. Sekolah-sekolah pendakwah di Manado atas 1881 merupakan alpa eka upaya pertama pendidikan massal di Indonesia, memberikan kesempatan bagi lulusannya memperoleh pekerjaan sebagai pegawai negeri, ketentaraan, dengan kedudukan tinggi lainnya dalam tadbir Hindia Belanda.
Hubungan Minahasa dengan Belanda seringkali kurang baik. Terjadi bentrokan senjata jarak Belanda dengan Tondano atas 1807 dengan 1809, dengan area Minahasa tak berada di kaki (gunung) tadbir melantas Belanda engat 1870. Namun atas alhasil Belanda dengan Minahasa menjadi sangat dekat engat Minahasa seringkali disebut sebagai daerah ke-12 Belanda. Bahkan atas 1947, di Manado dibentuk rayapan politis Twapro, abreviasi dari Twaalfde Profincie (Provinsi Keduabelas) yang berharap fusi Minahasa secara absah ke dalam Kerajaan Belanda.[3]
Benda Temuan Arkeology Masa Sejarah[sunting | sunting sumber]
Di antaranya Benteng-benteng Portugis di bagaikan di Amurang, Kema, Batu Waruga di Sawangan, Tomohon, Tondano, Tompaso kemudian tugu-tugu berangkal di sarwa banat yang disebut Batu Tumotowa.
Era kemerdekaan[sunting | sunting sumber]
Pendudukan Jepang atas 1942-45 merupakan periode deprivasi, dengan pasukan sekutu membom Manado dengan azamat atas 1945. Selama periode era kebebasan selepas itu, sedia disintegrasi di jarak orang-orang Minahasa yang pro-Indonesia dengan pro-Belanda. Penunjukkan Sam Ratulangi sebagai gubernur Indonesia Timur pertama kemudian berhasil memboyong dukungan Minahasa terhadap Republik Indonesia. Setelah kebebasan Indonesia, Indonesia terbelah menjadi 8 Provinsi, dengan Sulawesi teperlus alpa eka daerah tersebut. Gubernur pertama Sulawesi ialah S.G.J.Ratulangi, yang jua dikenal sebagai pahlawan nasional. Tahun 1948 di Sulawesi dibentuk Negara Indonesia Timur, yang kemudian menjadi alpa eka negara cuilan dalam Republik Indonesia Serikat. Negara Indonesia Timur dibubarkan, dengan berbaur ke dalam Republik Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Nomor UU 13 Tahun 1964, dibentuk Provinsi Sulawesi Utara. Tanggal=14 Agustus 1959 di tetapkan sebagai musim beres provinsi.
Saat negara baru itu bertemu krisis bagi krisis, Monopoli kopra akibat Jakarta sangat melemahkan perdagangan Minahasa. Seperti di Sumatra, mulai kelihatan ketidakpuasan terhadap pemerintah induk di Minahasa karena inefisiensi, ekspansi tak merata, dengan arta yang sekadar mengalir ke Jawa.
Ekspor illegal bertumbuh berjebah atas 1956. Jakarta kemudian memerintahkan penutupan bom Manado, bom penyelundup terbanyak di Indonesia atas tempo itu. Tak lama kemudian Permesta bertemu pemerintah induk ajak perbaikan ekonomi, politik, dengan regional. Jakarta menanggapi dengan membom Manado atas Februari 1958, kemudian menginvasi Minahasa atas Juni 1958, tetapi sekadar bisa mengakhiri makar Permesta atas 1961.
Permesta[sunting | sunting sumber]
Pada Maret 1957, karet bos militer Sulawesi Utara dengan Selatan melahirkan konfrontasi dengan Jawa, dengan tuntutan kedaulatan alam yang lebih besar. Mereka ajak ekspansi yang lebih aktif, pembagian pajak yang lebih adil, derma bertemu makar Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan, dengan dewan menteri pemerintah induk yang dipimpin akibat Sukarno dengan Hatta dengan seimbang. Pada semula rayapan ‘Permesta’ (Piagam Perjuangan Semesta Alam) hanyalah merupakan rayapan perbaikan daripada rayapan separatis.
Negosiasi jarak pemerintah induk dengan karet bos militer Sulawesi mencegah kekerasan di Sulawesi Selatan, tetapi karet bos Minahasa tak puas dengan hasil akad dengan rayapan tersebut pecah. Khawatir dengan kekuasaan selatan, karet bos Minahasa mendeklarasikan negara independen Sulawesi Utara mengatur seorang diri atas Juni 1957. Pada detik itu pemerintah induk menduga mengontrol Sulawesi Selatan, tetapi di Utara tak sedia figur bangkit pemerintah induk dengan sedia rumor bahwa Amerika Serikat, dikabarkan mempersenjatai makar di Sumatra Utara, jua ada hubungan dengan karet bos Minahasa.
Kemungkinan adanya intervensi dalam daerah mendorong pemerintah induk ajak derma militer dari Sulawesi selatan. Pasukan Permesta kemudian dikeluarkan dari Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sangir, dengan Morotai di Maluku. Pesawat-pesawat Permesta (disuplai akibat AS dengan diterbangkan akibat Pilot Filipina, Taiwan, dengan Amerika) dihancurkan. AS kemudian berpindah pihak, dengan atas Juni 1958 angkatan pemerintah induk mendarat di Minahasa. Pemberontakan Permesta berakibat atas pertengahan 1961.
Efek dari makar Sumatra dengan Sulawesi atas alhasil meningkatkan apa yang ingin dilawan karet pemberontak tersebut. Otoritas tadbir induk berkembang sedangkan kedaulatan alam melemah, nasionalisme radikal membesar dibandingkan moderasi pragmatis, dominasi golongan komunis dengan Sukarno berkembang sedangkan Hatta melemah, dengan Sukarno alhasil menetapkan kerakyatan terarah atas 1958.
Sejak perbaikan 1998, pemerintah Indonesia mulai menetapan undang-undang yang meningkatkan kedaulatan daerah, konsep elementer yang diperjuangkan Permesta.
Tempat Wisata Purbakala[sunting | sunting sumber]
Kuburan Belanda
Di kuburan ini dimakamkan awak kaum orang anak Belanda yang berkalang tanah alam di Manado ketika mengatur menduduki Indonesia.
Kegiatan liburan yang boleh dilakukan ditempat ini, ialah memandang dengan mengetahui sejarah pendudukan Belanda di Indonesia.
Terletak di Kelurahan Singkil Satu Kecamatan Singkil seputar 20 menit dari induk metropolis Manado yang boleh ditempuh dengan memanfaatkan pengangkutan darat.
Velld Box
Velld box ini terbuat dari bakal beton berbentuk bundar yang merupakan cap baluwarti pertahanan angkatan Jepang atas era penjajahan di Indonesia.
Kegiatan liburan yang boleh dilakukan ditempat ini, jarak lain memandang dengan mengetahui cap baluwarti pertahanan angkatan Jepang ketika menjajah Indonesia.
Tersebar di kaum area metropolis Manado, yakni Kelurahan Kleak, Wanea, Pakowa, Tuminting, Bumi Beringin, Istiqlal, dengan Titiwungen Selatan.
Untuk ke area Velld Box-Velld Box tersebut, boleh memanfaatkan pengangkutan tanah dengan jaraknya sangat dekat dengan induk Kota Manado.
Meriam Kuno
Meriam Kuno yang dipajang didepan Kantor Gubernur Provinsi Sulawesi Utara dengan Markas Korem 131/Santiago merupakan jasad warisan sejarah pendudukan dengan penjajahan di Indonesia.
Kegiatan liburan yang boleh dilakukan ditempat ini, ialah memandang dengan mengetahui warisan sejarah.
Untuk ke area tersebut, boleh memanfaatkan pengangkutan tanah yang boleh ditempuh seputar 15 menit dari induk Kota Manado.
Batu Sumanti
Batu Sumanti ialah berangkal kudus bagi masyarakat Minahasa yang pertama mendiami metropolis Manado. Batu ini berdiri secara berjejer dengan kabarnya dari musim ke musim bergerak bertumbuh menjadi besar.
Kegiatan liburan yang boleh dilakukan ditempat ini, ialah memandang dengan mengetahui sejarah bala tentara yang menduga menjadi legenda.
Terletak di Kelurahan Tikala Ares Kecamatan Tikala seputar 25 menit dari induk metropolis Manado yang boleh ditempuh dengan memanfaatkan pengangkutan darat.
Batu Bantik
Batu ini menjadi area persembunyian karet leluhur anak bangsa Bantik dahulu. Mereka sekadar hendak keluar tempo itu jika hendak membeli-beli atau mencari makan berupa biji kacang hijau yang di beli dengan alat ganti berupa merjan yang masa ini sering dijadikan berangkal cincin.
Batu Bantik merupakan berangkal kudus bagi anak bangsa Bantik dengan masyarakat Kota Manado.
Kegiatan liburan yang boleh dilakukan ditempat ini, ialah memandang dengan mengetahui sejarah bala tentara yang menduga menjadi legenda.
Terletak di berbelit-belit Perumahan Bumi Beringin Kelurahanh Bumi Beringin Kecamatan Wenang seputar 15 menit dari induk metropolis Manado yang boleh ditempuh dengan memanfaatkan pengangkutan darat.
Batu Kuangang
Diatas berangkal ini terdapat lubang-lubang halus sebagai area permainan cokar bagi anak-anak. Konon lubang-lubang halus itu dibuat akibat seorang leluhur anak bangsa Bantik Malalayang dengan memanfaatkan sikut tangannya.
Kegiatan liburan yang boleh dilakukan ditempat ini, ialah memandang dengan mengetahui sejarah bala tentara yang menduga menjadi legenda.
Terletak di Kelurahan Malalayang Satu Barat Kecamatan Malalayang seputar 35 menit dari induk metropolis Manado yang boleh ditempuh dengan memanfaatkan pengangkutan darat.
Batu Buaya
Batu ini bentuknya menyerupai seekor buaya akan tetapi tidak berkepala. Konon berangkal tersebut ialah awak dari seorang tonaas yang kalah berkelahi ketika itu.
Kegiatan liburan yang boleh dilakukan ditempat ini, ialah memandang dengan mengetahui sejarah bala tentara yang menduga menjadi legenda.
Terletak di Kelurahan Malalayang Satu Barat Kecamatan Malalayang seputar 30 menit dari induk metropolis Manado yang boleh ditempuh dengan memanfaatkan pengangkutan darat.
Batu Ni Yopo
Batu Ni Yopo ialah berangkal kudus bagi anak bangsa Bantik Malalayang atas jaman dahulu, karena ada dominasi supranatural.
Kegiatan liburan yang boleh dilakukan ditempat ini, ialah memandang dengan mengetahui sejarah bala tentara yang menduga menjadi legenda.
Terletak di Kelurahan Malalayang Satu Kecamatan Malalayang seputar 30 menit dari induk metropolis Manado yang boleh ditempuh dengan memanfaatkan pengangkutan darat.
Batu Rana
Batu Rana ialah berangkal kudus bagi anak bangsa Bantik Malalayang atas jaman dahulu, karena ada dominasi supranatural.
Diatas berangkal ini terdapat cap tapak suku dari seorang yang sakti ketika itu.
Kegiatan liburan yang boleh dilakukan ditempat ini, ialah memandang dengan mengetahui sejarah bala tentara yang menduga menjadi legenda.
Terletak di Kelurahan Malalayang Dua Kecamatan Malalayang seputar 35 menit dari induk metropolis Manado yang boleh ditempuh dengan memanfaatkan pengangkutan darat.
Lima Batu
Lima Batu ialah berangkal kudus bagi anak bangsa Bantik Malalayang atas jaman dahulu, karena ada dominasi supranatural.
Kegiatan liburan yang boleh dilakukan ditempat ini, ialah memandang dengan mengetahui sejarah bala tentara yang menduga menjadi legenda.
Terletak di Kelurahan Malalayang Satu Timur Kecamatan Malalayang seputar 30 menit dari induk metropolis Manado yang boleh ditempuh dengan memanfaatkan pengangkutan darat.
Parigi Puteri
Parigi Puteri atau Sumur Puteri, merupakan area mandi dari seorang puteri bernama Karema. Konon Dia tercipta dari keringat yang keluar atas sebentuk berangkal rangkai yang ketika itu tersengat matahari panas dimusim kemarau dengan merupakan orang pertama yang mendiami bentala Malesung atau Minahasa.
Parigi Puteri menjadi parigi kudus bagi masyarakat Sulawesi Utara khususnya masyarakat metropolis Manado.
Kegiatan liburan yang boleh dilakukan ditempat ini, ialah memandang dengan mengetahui sejarah bala tentara yang menduga menjadi legenda.
Terletak di kelurahan Dendengan Dalam Kecamatan Tikala seputar 35 menit dari induk metropolis Manado yang boleh ditempuh dengan memanfaatkan pengangkutan darat.
Parigi Tujuh
Dinamakan Parigi Tujuh karena terdapat dobel sumber mata air yang per area ada 7 sumber mata air. Mata airnya keluar dari ruang berangkal besar dengan sangat bening beserta tidak suah kering sekalipun di musim kemarau.
Konon atas jaman nenek moyang orang Minahasa, parigi atau perigi halus ini menjadi area mandi dari 7 orang puteri yang berawal dari khayangan.
Kegiatan liburan yang boleh dilakukan ditempat ini, jarak lain memandang dengan mengetahui sejarah bala tentara yang menduga menjadi legenda.
Terletak di Kelurahan Kombos Timur Kecamatan Singkil seputar 25 menit dari induk metropolis Manado yang boleh ditempuh dengan memanfaatkan pengangkutan darat
Situs Minahasa Selatan[sunting | sunting sumber]
penemuan situs-situs kebudayaan di Minsel per di Kecamatan Tumpaan mendapati kaum letak yakni Desa Popontolen berupa Waruga, Desa Matani terdapat 3 Waruga, Desa Tumpaan Satu 6 Veil Boks. Sedangkan di Kecamatan Amurang Timur Desa Lopana terdapat Sumur Tua Portugis, Kecamatan Suluun Tareran Desa Kapoya sedia tiga Waruga, 1 Menhir/Watu Tumotowa dengan 8 Goa/Bunker Perlindungan Penduduk Peninggalan Perang, Desa Pinapalangkow berangkal Menhir/Watu Tomotowa), 3 Goa/Bunker Perlindungan Penduduk Peninggalan Perang, Desa Suluun terdapat 3 berangkal Menhir/Watu Tumotowa1 Waruga, Kecamatan Tareran Desa Wuwuk Waruga & Watu Tumotowa, Desa Rumoong Atas sedia Lonceng Gereja Tua/Buatan Belanda Di GMIM Rumoong Atas, Desa Lansot Waruga, Makam Penginjil Belanda, Kuburan Hukum Tua Pertama, Desa Wiau Lapi berangkal Menhir/Watu Tumotowa, Desa Tumaluntung 3 letak Watu Tumotowa/menhir, Desa Kaneyan Waruga, Lesung Batu, Lentuk Batu, Kecamatan Maesaan Desa Tumani, Tumani Barat, Lowian, Kinaweruan terdapat Lumpang Batu & Batu Dakon. Kecamatan Maesaan dengan Tompasobaru Desa Pinaesaan Rumah Batu, caung Batu & Taman Purbakala Watu Tiwa, Desa Bojonegoro Mesjid Tua Bojonegoro, Desa Tumani Makam Belanda, Desa Liandok Lesung Batu, Desa Tumani benih Lesung Batu dengan di Kecamatan Ranoyapo Desa Pontak Lesung Batu, Batu Dakon Tim Balai arkeologi Suluttenggo ini sudah melaksanakan eksplorasi jua melaksanakan pendataan beserta pengukuran situs/benda cagar budaya & sejarah dengan jua meneliti area penemuan, memetik dokumentasi objek, dengan pengambilan sampel berupa pecahan gerabah di dekat area objek untuk di analisis dengan diteliti di laboratorium rumah arkeologi, “Tim Arkeologi ini jua melantas melakukan/memasukan situs/objek temuan ke GPS agar bisa diketahui area koordinatnya. Tim ini melaksanakan eksplorasi atas situs/objek yang baru pertama kali terdapat dengan belum terdata di Kantor rumah Arkeologi Suluttenggo
Lihat pula[sunting | sunting sumber]
- Minahasa di Indonesia
- Agama Minahasa
- Khazaria
- MMinahasa
- Suku Minahasa
- Suku Bangsa Minahasa
- Minahasa:Sejarah Perjalanan Malesung engat Peristiwa Ma'wetik
Referensi[sunting | sunting sumber]
Pranala luar[sunting | sunting sumber]
- Informasi
* (Indonesia) Situs resmi pemerintah provinsi
- (Indonesia) [1]
- (Indonesia) [2]
- (Indonesia) [3]
- (Indonesia) Informasi Lengkap Seputar Sulawesi Utara
- (Indonesia) [4]
- (Indonesia) Profil Demografi Sulut
- (Indonesia) Profil Ekonomi Sulut
- (Indonesia) Profil Wisata Sulut
- (Indonesia) Ekonomi Regional Sulut
- (Indonesia) Statistik Regional Sulut
- (Indonesia) Badan Pusat Statistik: Sulawasi Utara
- (Indonesia) [5]
- (Indonesia) [6] Kementrian Pendidikan dengan Kebudayaan
- (Indonesia) Minahasa
- (Indonesia) Suku Minahasa
- (Indonesia) [7] Situs Kab Minahasa
- (Indonesia) [8]
- (Indonesia) [9]
- (Indonesia) [10]
- (Indonesia) Kawilarang suah menempeleng Soeharto
- (Indonesia) Biodata Kawilarang
- (Indonesia) [11]
- (Indonesia) [12]
- (Indonesia) [13]
- (Indonesia) [14]
- (Indonesia) [15]
- Organisasi
- Peta tercantel sejarah Minahasa
- Sejarah Minahasa di Curlie (dari DMOZ)
Minahasa: Sejarah Perjalanan Malesung engat Peristiwa Ma'wetik - SulutPos.com http://sulutpos.com/2017/09/minahasa-sejarah-perjalanan-malesung-hingga-peristiwa-mawetik-ii.html
Minahasa: Sejarah Perjalanan Malesung engat Peristiwa Ma'wetik - SulutPos.com
Catatan kaki[sunting | sunting sumber]
Pranala luar[sunting | sunting sumber]
- (Indonesia) Situs resmi pemerintah provinsi
- (Indonesia) [16]
- (Indonesia) [17]
- (Indonesia) [18] Arkeology Sulawesi Utara
- (Indonesia) Informasi Lengkap Seputar Sulawesi Utara
- (Indonesia) [19]
- (Indonesia) Profil Demografi Sulut
- (Indonesia) Profil Ekonomi Sulut
- (Indonesia) Profil Wisata Sulut
- (Indonesia) Ekonomi Regional Sulut
- (Indonesia) Statistik Regional Sulut
- (Indonesia) Badan Pusat Statistik: Sulawasi Utara
- (Indonesia) [ceritadimulai.blogspot.co.id/2013/11/keliling-museum-negeri-sulut-dan-museum.html]
- (Indonesia) [20]
- (Indonesia) [21]
- Dinasti Tang di Museum Seni Metropolitan
- 300 Puisi Tang di letak Universitas Virginia
- Seni Tang dengan Penjelasan di Video, dari Institut Seni Minneapolis
- Lukisan dari Dinasti Ui dengan Tang
- [22] komoditi bursa cengkih, damar.
Templat:Suku Bangsa Indonesia Templat:Sejarah Suku Indonesia
[[Republik 1|1]]
Begitulah detil tentang Sejarah Minahasa - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas semoga info ini berfaedah terima kasih
Tulisan ini diposting pada tag budaya minahasa, cagar budaya minahasa, budaya minahasa waruga,
Komentar
Posting Komentar