
Hi, berjumpa kembali di "Indonesia Dalam Berita", pada kali ini akan membahas mengenai kesenian suku baduy Peninggalan Zaman Mesolitikum simak selengkapnya.
Peninggalan Zaman Mesolitikum – Kebudayaan, Alat & Kepercayaan– GuruPendidikan.Com – Untuk kali ini akan memberikan penerangan mengenai Zaman Mesolitikum yang dimana di hal ini melingkupi pengertian, warisan dengan hasil kebudayaan, ambillah agar boleh lebih memahami dengan mengerti kalau sejenis itu menyimak memerhatikan saja deskripsi dibawah ini.
Pengertian Zaman Mesolitikum
Zaman berangkal pertengahan “Mesolitikum” diperkirakan berlangsung kurang lebih 20.000 tarikh silam, atas zaman ini aktivitas bani Adam tidak jauh berbeda dengan zaman berangkal dalu yakni berburu, mengumpulkan makanan, dengan menangkap ikan, membayangkan jua sudah mulai hidup beralamat di guas, tepi sungai atau tepi pantai.
Mesolitikum atau Zaman Batu Madya “Bahasa Yunani; mesos “tengah”, lithos batu” ialah suatu periode di perkembangan teknologi manusia, antara Paleolitik atau Zaman Batu Tua dengan Neolitik atau Zaman Batu Muda. Untuk alat-alat perkakas yang digunakan atas abad Mesolithikum hampir sama dengan alat-alat atas zaman Palaeolithikum hanya sudah sedikit dihaluskan.
Zaman Mesolithikum (zaman berangkal madya)
Mesolithikum jua di sebut zaman batu tengah atau zaman berangkal madya, yang di perkirakan berlangsung atas abad Holosen (10.000 tarikh yang lalu). Perkembangan kultur atas zaman ini berlangsung lebih banter dari abad sebelumnya. Hal ini di sebabkan antara lain.
- Keadaan alam yang sudah lebih stabil, yang membolehkan bani Adam boleh hidup lebih tenang, sehingga boleh mengembangkan kebudayaannya
- Manusia pendukungnya ialah dari macam Homo sapien, mahluk yang lebih cerdas di bandingkan pendahulunya.
Mesolitikum secara budi boleh diartikan sebagai berangkal tengah, merupakan tahapan perkembangan masyarakat abad purna sejarah antara berangkal dalu dengan berangkal muda. Tidak jauh berbeda dengan peride sebelumnya, aktivitas mencari atau mengumpulkan makanan. Namun bani Adam atas abad itu jua mulai mempunyai tempat tinggal agak tetap dengan bercocok tabur secara sederhana. Tempat tinggal yang membayangkan membeda-bedakan umumnya berlokasi di tepi miring (kjokkenmoddinger) dengan goa-goa (abrissousroche) sehingga di lokasi-lokasi tersebut banyak ditemukan berkas-berkas kultur bani Adam atas zaman itu.
Pada zaman ini bani Adam telah bakir melahirkan gerabah yang di buat dari tanah liat, kecuali beliung genggam Sumatra (Sumatralithpebbleculture), instrumen tulang yang di temukan di Sampung (boneculture), dengan sebesar flakes yang di temukan di Toala (flakesculture). Kehidupan bani Adam semi-sedenter, banyak dari bani Adam purba yang tinggal di gua-gua di tebing pantai, yang dinamakan dengan abrissousroche, dimana banyak ditemukan tumpukan kotor batu tungku yang di sebut dengan kjokkenmoddinger.
Ciri Zaman Mesolithikum
- Nomaden dengan masih melaksanakan foodgathering (mengumpulkan makanan)
- Alat-alat yang dihasilkan cemas sama dengan zaman palaeolithikum yakni masih merupakan alat-alat berangkal kasar.
- Ditemukannya bukit-bukit kerang di pinggir miring yang disebut KjokenMondinger (sampah dapur)
- Alat-alat kultur Mesolithikum yang ditemukan di gua Lawa Sampung, Jawa Timur yang disebut AbrisSousRoche antara lain: Flakes (Alat serpih),ujung mata panah, pipisan, beliung persegi dengan alat-alat dari tulang.
- Alat-alat zaman mesolithikum antara lain: Kapak genggam (Pebble), Kapak cepak (hacheCourte) Pipisan (batu-batu penggiling) dengan kapak-kapak dari berangkal kali yang dibelah.
- Alat-alat diatas banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Flores.
Ada tiga belahan berarti kultur Mesolithikum:
- Pebble-Culture (alat kultur beliung genggam dari KjokenMondinger)
- Bone-Culture (alat kultur dari Tulang)
- FlakesCulture (kebudayaan instrumen serpih dari Abris Saus Roche)
Baca Juga : Masa Pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945)
Manusia pembawa kultur Mesolithikum ialah bangsa Papua–Melanosoid. Di situs Sampung, dimana di temukan alat-alat dari tulang, arkeolog Van Stein Callenfels jua menemukan fosil dari etnis Austromelanosoid, yang di perkirakan sebagai datuk leluhur genus bangsa Papua sekarang. Hasil budaya beda yang memadai menonjol atas zaman ini ialah lukisan gua, yang kemudian banyak di akurat oleh dua orang bersaudara Roder dengan Galis terutama lukisan gua yang ada di daerah Papua. Dari penelitian tersebut, terdapat bukti bahwa lukisan itu di buat antara lian dengan tujuan.
- Sebagai belahan dari ritual agama, seperti ucapan untuk meluhurkan datuk moyang, upacara inisiasi, upacara memohon kesuburan, upacara meminta hujan.
- Untuk keperluan ilmu dukun, seperti tampak atas coretan binatang yang dianggap ada kekuatan magis.
- Memperingati peristiwa berarti yang terjadi di lingkungan tempat tinggal mereka.
Lukisan gua ini tersebar hampir di seluruh kepulauan indonesia terutama di area indonesia belahan timur. Hal menarik lainnya dari invensi ini ialah tema dengan bentuk lukisan menunjukan kemiripan antara yang satu dengan lainnya, kendatipun lukisan gua tersebut diperkirakan mekar sekitar 40.000 tarikh SM ini sudah mengenal cara pewarnaan. Warna merah berawal dari hematite (oksida besi atau oker merah), putih dari kaolin (kapur), sementara berbagai-bagai hitam terbuat dari mulut atau mangan dioksida.
Lukisan denai tangan lainnya ditemukan jua di gua Leang-Leang, Sulawesi Selatan, cap jari tangan berbagai-bagai merah disana diperkirakan sebagai ikon kekuatan atau lambang kekuatan pelindung akan gangguan roh-roh jahat, dengan cap-cap tangan yang jari-jarinya tidak lengkap diperkirakan sebagai ungkapan duka atau berkabung.
Kebudayaan Mesolithikum
Kebudayaan Pebble (PebbleCulture)
- Kjokkenmoddinger (Sampah Dapur)
Kjokkenmoddinger ialah istilah yang berawal dari budi Denmark yaitu kjokken artinya batu tungku dengan modding artinya kotor oke Kjokkenmoddinger batasan aktual ialah kotor dapur. Dalam kenyataan Kjokkenmoddinger ialah timbunan atau tumpukan jangat kerang dengan bekicot yang mencapai ketinggian ± 7 meter dengan sudah membatu atau jadi fosil.
Baca Juga : Pengertian Jenis Dan Ciri Manusia Purba
Kjokkenmoddinger ditemukan disepanjang miring timur Sumatera yakni antara Langsa dengan Medan. Dari bekas-bekas invensi tersebut menunjukkan bahwa bani Adam purba yang hidup atas zaman ini sudah menetap. Tahun 1925 Dr. P.V. Van Stein Callenfels melaksanakan penelitian di bukit kerang tersebut dengan akibatnya banyak menemukan beliung genggam yang ternyata berbeda dengan chopper (kapak genggam Palaeolithikum).
- Pebble (kapak genggam Sumatera = Sumateralith)
Tahun 1925, Dr. P.V. Van Stein Callenfels melaksanakan penelitian di bukit kerang tersebut dengan akibatnya menemukan beliung genggam. Kapak genggam yang ditemukan di di bukit kerang tersebut dinamakan dengan pebble/kapak genggam Sumatra (Sumatralith) bertimbal dengan lokasi penemuannya yaitu dipulau Sumatra. Bahan-bahan untuk melahirkan beliung tersebut berawal berangkal kali yang dipecah-pecah.
- Hachecourt (kapak pendek)
Selain pebble yang diketemukan di bukit kerang, jua ditemukan sejenis beliung tetapi bentuknya cepak (setengah lingkaran) yang disebut dengan hachecourt/kapak pendek.
Baca Juga : Pengertian Prasejarah Manusia Purba Pada Zaman Batu Dan Zaman Logam
- Pipisan
Selain kapak-kapak yang ditemukan di bukit kerang, jua ditemukan batu giling (batu-batu penggiling beserta landasannya). Batu batu giling kecuali dipergunakan untuk menggiling makanan jua dipergunakan untuk menghaluskan pewarna merah. Bahan pewarna merah berawal dari tanah merah. Cat merah diperkirakan digunakan untuk keperluan religius dengan untuk ilmu sihir.
Kebudayaan Tulang dari Sampung (Sampung Bone Culture)
Berdasarkan alat-alat aktivitas yang ditemukan di goa lawa di Sampung (daerah Ponorogo – Madiun Jawa Timur) tarikh 1928 – 1931, ditemukan alat-alat dari berangkal seperti ujung panah dengan flakes, beliung yang sudah diasah, instrumen dari tulang, tanduk rusa, dengan jua alat-alat dari perunggu dengan besi. Oleh karet arkeolog belahan terbanyak dari alat-alat yang ditemukan itu ialah tulang, sehingga disebut sebagai Sampung Bone Culture.
Kebudayaan Flakes (FlakesCulture)
- Abris Souce Roche
AbrisSousRoche ialah goa-goa yang yang dijadikan tempat tinggal bani Adam purba atas zaman Mesolithikum dengan berfungsi sebagai tempat perlindungan dari cuaca dengan binatang buas. Penyelidikan pertama atas AbrisSousRoche dilakukan oleh Dr. Van Stein Callenfels tarikh 1928-1931 di goa Lawa dekat Sampung Ponorogo Jawa Timur.
Kehidupan Sosial
sebagian dari membayangkan sudah mulai beralamat tinggal di gua-gua dengan berkelompok/individu dengan mulai bercocok tabur secara sederhana. Mereka bercocok tabur dengan amat biasa dengan di lakukan secara berpindah-pindah,sesuai dengan produktivitas kreativitas tanah. Yang membayangkan tabur ialah umbi-umbian. Mereka jua sudah mulai belajar menjinakkan hewan untuk diternak. Di zaman ini membayangkan saling membutuhkan dengan membayangkan jua saling membantu.
Baca Juga : “Zaman Neolitikum” Pengertian & ( Ciri – Hasil Peninggalan )
Kepercayaan
Masyarakat mesolithikum di Indonesia sudah mulai mengenal kepercayaan dengan pemakaman mayat. Lukisan bani Adam dipulau Seram dengan Papua merupakan coretan datuk leluhur dengan dianggap ada kekuatan magis sebagai penangkis jin jahat. Demikian halnya coretan kadal di area tersebut,dianggap sebagai penjelmaan datuk leluhur atau kepala genus sebagai lambing kekuatan magis. Pemujaan akan binatang yang dianggap ada kekuatan magis disebut Totemisme.
Bukti-bukti pemakaman dari zaman mesolithikum ditemukan di Gua Lawa (Sampung ) dengan di kjokkenmodinger. Mayat-mayat tersebut dibekali dengan keperluan sehari-hari,seperti kapak-kapak yang indah dengan perhiasan. Ada pula bangkai yang ditaburi pewarna merah di suatu upacara pemakaman dengan maksud memberikan aktivitas baru di alam baka.
Manusia Pendukung
Pendukung kultur Mesolithikum ialah bani Adam dari etnis Papua-Melanesoid. Hal ini terbukti dengan ditemukannya fosil-fosil bani Adam etnis Papua Melanesoid,baik atas kebuyaan tulang sampung maupun dibukit-bukit kerang di Sumatra. Pendukung kultur Toala menurut Sarasin diperkirakan ialah datuk leluhur orang genus Toala sekarang yang merupakan dinasti rumpun orang Wedda dari Srilangka ( Ras Weddoid ).
Batu Tengah Madya/Mesolithikum
Merupakan abad peralihan di mana cara pembuatan instrumen -alat kehidupannya lebih baik dengan lebih halus dari zaman berangkal tua. Contohnya: Pebble/Kapak Sumatera. Dengan adanya keberadaan bani Adam macam Papua Melanosoide di Indonesia sebagai pembawa kultur Mes olithikum, maka karet arkeolog melaksanakan penelitian akan penyebaran pebble dengan beliung cepak sampai ke daerah teluk Tonkin daerah akar bangsa Papua Melanosoide.
Dari hasil eksplorasi tersebut, maka ditemukan pusat pebble dengan beliung cepak berawal dari p egunungan Bacson dengan daerah Hoabinh, di Asia Tenggara. Tetapi di daerah tersebut tidak ditemukan flakes, sedangkan di di Abris Sous Roche banyak ditemukan flakes bahkan di pulau Luzon (Filipina) jua ditemukan flakes. Ada kebolehjadian kultur flakes b erasal dari daratan Asia, masuk ke Indonesia lewat Jepang, Formosa dengan Philipina.
Berdasarkan deskripsi materi di atas dapatlah disimpulkan:
- Kebudayaan Bacson – Hoabinh yang terjadi dari pebble, beliung cepak serta alatalat dari tulang masuk ke Indones ia lewat kolom barat.
- Kebudayaan flakes masuk ke Indonesia lewat kolom timur. Untuk lebih memahami penyebaran kultur Mesolithikum ke Indonesia, maka simaklah coretan 1.6 peta penyebaran kultur tersebut ke Indonesia.
Sekian penjelasan artikel diatas tentang Peninggalan Zaman Mesolitikum – Kebudayaan, Alat & Kepercayaan semoga bisa bermanfaat untuk pembaca setia GuruPendidikan.Co.Id
Begitulah pembahasan perihal Peninggalan Zaman Mesolitikum semoga artikel ini bermanfaat terima kasih
Tulisan ini diposting pada tag kesenian suku baduy, nama kesenian suku baduy, kesenian daerah suku baduy,






Komentar
Posting Komentar