Pengertian Pendidikan Menurut KH Dewantara Dan Driyarkara Pengertian Budaya Menurut Ki Hajar Dewantara

Hallo, selamat siang di "Indonesia Dalam Berita", sesi kali ini akan menjelaskan mengenai pengertian budaya menurut ki hajar dewantara Pengertian Pendidikan Menurut KH Dewantara dan Driyarkara simak selengkapnya
Anastasia Kristanti
filsafat pendidikan
ANASTASIA KRISTANTI N KI HAJAR DEWANTARA c. Keluarga sebagai Wadah Pendidikan Alamiah DAFTAR PUSTAKA Hadi, A Soedomo.2008.Pendidikan Suatu Pengantar.Surakarta:UNS Press. .
14104241016
BK A
PENGANTAR FILSAFAT PENDIDIKAN
Pendidikan berdasarkan Ki Hajar Dewantara melahirkan cara iluminasi yakni suatu usaha memberikan nilai-nilai luhur kepada keturunan baru di masyarakat yang tak sekadar bersifat pemeliharaan lamun lagi dengan maksud memajukan serta memperkembangkan kebudayaan menuju ke arah keluhuran berjiwa kemanusiaan.Menurut Ki Hajar Dewantara, didikan dimulai sejak anak cucu dilahirkan dengan berakibat setelah meninggal dunia
Ki Hadjar Dewantara membedakan jarak sistem “Pengajaran” dengan “Pendidikan”. Pendidikan dengan ibarat idealnya memerdekakan manusia menurut lahiriah dengan kerohanian selalu signifikan buat seluruh jaman.Menurutnya ibarat bersifat memerdekakan manusia dari bagian berjiwa lahiriah (kemiskinan dengan kebodohan). Sedangkan didikan kian memerdekakan manusia dari bagian berjiwa atma (otonomi berpikir dengan mengambil keputusan, martabat, mentalitas demokratik). Manusia berdiri sendiri itu ialah manusia yang hidupnya menurut ada dengan atma tak bergantung kepada orang lain, bakal lamun dia mampu bersandar dengan ada di tempat kakinya sendiri. Artinya sistem didikan itu mampu menjadikan setiap individu berjiwa independen dengan bagak berpikir sendiri.
Pengajaran ialah satu bagian dari pendidikan. Artinya ibarat ialah didikan dengan cara bersedekah ilmu atau ilmu dengan bersedekah kecakapan, pemahaman serta pelatihan kepandaian kepada anak-anak, baik ada maupun batin.
Menurut Ki Hajar Dewantara, desain didikan yang cocok dengan karakter dengan budaya orang Indonesia tak memakai limitasi paksaan. Orang Indonesia termasuk ke di bangsa timur. Bangsa yang berjiwa di khazanah nilai-nilai konservatif berupa kehalusan rasa, berjiwa di kasih sayang, amor bakal perdamaian, persaudaraan, serta menghargai perbandingan bagian kemanusiaan dengan sesama. Nilai-nilai itu disemai di dengan melalui adam didikan sejak baya dini anak. Dalam praksis penyemaian nilai-nilai itu, pendidik menempatkan akseptor didiknya sebagai subjek, bukan objek pendidikan. Artinya, akseptor ajar diberi ruang yang seluas-luasnya buat melakukan eksplorasi potensi-potensi dia dengan kemudian berekspresi menurut kreatif, independen dengan bertanggung jawab. Pendidik atau pamong ialah orang yang mengajar cara pengekspresian potensi-potensi awak akseptor didiknya agar terarah dengan tak destrktif bagi dia dengan sesamanya.
Bagi Ki Hajar Dewantara, karet guru seharusnya jadi awak yang bermutu di kepribadian dengan kerohanian, baru kemudian menyediakan awak buat jadi bahadur dengan lagi menyiapkan karet akseptor ajar buat jadi pembela tanah air dengan bangsa. Dengan cakap lain, yang diutamakan sebagai pendidik mula-mula ialah fungsinya sebagai model atau figure keteladanan, baru kemudian sebagai fasilitator atau pengajar.
Menurut Ki Hajar Dewantara, tujuan dari didikan ialah aneksasi diri, sebab disinilah didikan memanusiakan manusia (humanisasi). Penguasaan awak melahirkan langkah yang dituju buat tercapainya didikan yang memanusiawikan manusia. Ketika akseptor ajar mampu menguasai dirinya, maka mereka bakal mampu buat memasang sikapnya. Dengan demikian bakal tumbuh aksi yang independen dengan dewasa. Beliau lagi memberitahukan bahwa tujuan diselenggarakannya didikan ialah membantu akseptor ajar jadi manusia yang merdeka. Menjadi manusia yang berdiri sendiri berarti tak berjiwa terperintah, ada tegak dengan kekuatan sendiri, dengan cakap mengatur hidupnya dengan tertib. Dengan cakap lain, didikan menjadikan seseorang encer diatur, lamun tak dapat disetir.
Ki Hajar Dewantara, pendidik khalis Indonesia, melihat manusia kian pada sisi kehidupan psikologiknya. Menurutnya manusia memiliki kapabilitas jiwa ialah cipta, karsa dengan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua kapabilitas menurut seimbang. Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada satu kapabilitas sahaja bakal menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa didikan yang mementingkan pada bagian intelektual belaka sekadar bakal bantar akseptor ajar dari masyarakatnya. Dan kelihatan didikan cukup sekarang ini sekadar mementingkan pada pengembangan kapabilitas cipta, dengan kurang memperhatikan pengembangan canda rasa dengan karsa. Jika berlanjut berjalan bakal menjadikan manusia kurang humanis atau manusiawi.
PEMIKIRAN FILSAFAT UMUM KI HAJAR DEWANTARA
Metafisika : pemikiran Ki Hadjar Dewantara akan hakekat aktualitas terdalam dari seluruh benda sebgai suatu kajian metafisika bersifat kerohanian dengan religius, bahwa tuhan ialah komponis dari seluruh benda di adam ini.
Dilihat dari bucu filsafat ketuhanan, ki hadjar dewantara memiliki adicita theistis, adicita yang mengakui keberadaan tuhan sebagai pencipt dengan penguasa segenap realitas.
Epistemologi : adicita kerohanian kejiwaan sebgai penjelas akan hakekat aktualitas terdalam seluruh benda dilihat menurut kian kongkret dari pembuatan pemahaman kebudayaan. Menurut Ki Hadjar Dewantara kebudayaan sebagai produk dari canda budi manusia melahirkan produk dari anugrah tuhan yang telah di berikan kepada manusia.
Pandangan filsafat manusia Ki Hadjar Dewantara memberitahukan bahwa manusia ialah sekaligus makhlik buatan tuhan dengan makhluk yang memiliki kebebasan buat melkukan eksplorasi di menciptakan produk-produk kebudayaan.
Aksiologi : pemikiran Ki Hadjar Dewantara akan nilai-nilai adat ialah kestabilan dengan pandangannya akan hakekat realitas. Pandangan beliau memfokus pada adicita nilai-nilai adat yang bersifat humanistik religius.
Ini berarti penilaian dengan kriteria baik dengan buruk integritas atau tindakan seseorang dapat dikembalikan pada nilai-nilai kerohanian keagamaan beralaskan pada pangialn jiwanya sebgai manusia yang dapat disebut sebagai makhluk Tuhan.
PEMIKIRANN FILSAFAT PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA
a. Filsafat Pendidikan di Metode Pembelajaran Sistem Among
Istilah Among kian dipadankan dengan fasilitator. Dalam pendedahan sistem among , guru diharuskan buat mampu mengembangkan anak cucu di cara didikan beralaskan pada interaksi dinamis jarak perkembangan natural yg sedia di awak siswa yg tak mengabaikan begitu sahaja kondisi lingkungan baik dengan fisik siswa.
Dalam praktek-praktek pendedahan kian bersifat pembaharuan kepengasuhan, gur u disarankan menghindari pemberian perintah dengan desakan beralaskan instrumen hukuman yang biasa dilakukan di sitem didikan yang besifat tradisional.
Metode pendedahan sistem among dapat digambarkan di moto filsafat kependidikan beliau yang banyak kenamaan :
Ing ngarsa sung tuladha (di ambang bersedekah teladan)
Ing madya mangun karsa (di antara bersedekah kesempatan buat berkarya)
Tut wuri handayani (dari belakang bersedekah dorongn dengan arahan)
b. Konsep Tripusat Pendidikan
Dalam upaya buat mencapai tujuan didikan yang berhasil buat membentuk manusia seutuhnya , beliau mengembangkan kerja sama jarak pranata-pranata kebudayaan di sekeliling kita, ialah pranata keluarga, pranata sekolah, dengan pranata masyarakat yang disebut dengan konsep tripusat pendidikan.
Ki hadjar dewantara memiliki pandanagn bahwa institusi anak bini melahirkan wadah atau tempat didikan pertama bagi seorang anak.
Dalam konteks diseminasi sebagai pewaris nilai dari keturunan tua kepada keturunan muda, anak bini melahirkan saluaran diseminasi yg pertama dengan baku bagi seorang anak.
DRIYARKARA
Pendidikan didefinisikan sebagai upaya memanusiakan manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke babak insani. Pendidikan itu ialah aplikasi (pemberlakuan) nilai-nilai. Dalam kejadian ini, didikan seharusnya mampu melanting anak cucu ajar buat mengalami, menikmati nilai-nilai keagamaan, sehingga anak cucu ajar membentuk nilai-nilai keagamaan itu di di kepribadannya. Dengan cakap asing anak cucu ajar diarahkan agar dia mampu mengenal, menerima, menghayati, dengan mengamalkan apa yang telah diajarkan dengan mampu bantar awak dari apa yang telah jadi laangan Tuhan sebagai nilai yang tertinggi di di kehidupannya.
Anak ajar ialah manusia muda, manusia yang lagi di babak potensial, manusia yang belum cukup pada babak “maksimal”. Maka dari itu, apa pasal ceria itu disebut suatu perbuatan fundamental. Sebabnya, karena ceria itu ialah memanusiakan manusia muda, ceria itu ialah homonisasi dengan humanisasi, ialah perbuatan yang menyebabkan manusia jadi manusia. Proses homonisasi artinya penjadian manusia ialah manusia dari babak potensional ke babak “maksimal” (telah mampu berbuat selayakanya manusia), sedangkan cara humanisasi menunjuk perkembangan kebudayaan yang kian tinggi.
Pendidikan ialah pemanusiaan anak. Pemanusiaan di aku mempunyai duet arti: pendidik memanusiaka anak cucu ajar dengan anak cucu ajar mmemanusiakan dirinya. Permanusiaan itulah yang melahirkan cara di pendidikan. Proses itu bakal berakhir, jika anak cucu pernah dapat memanusiakan sorangan sebagai purnawan.
Pendidikan ialah iluminasi anak. Pembudayaan di aku memberitahukan aksi baik dari pendidik maupun anak cucu didik. Pendidik membudayakan anak, dengan anak cucu karena di budayakan itu membudayakan diri. Pembudayaan di aku jangan dipandang di batasan yang eksklusif dengan bertingkat tinggi. Sebagai contoh: bok mengajari anak cucu mengenakan sepau dengan celana, dengan anak cucu kelak dapat berbuat kejadian itu sendiri, itupun pernah masuk kebudayaan dengan pembudayaan. Selanjutnya iluminasi itu lagi cara ke arah iluminasi yang “berdikari” bagi anak cucu itu sorangan sebagai manusia purnawan.
Pendidikan ialah aplikasi nilai-nilai. Pelaksanaan di aku ialah perjumpaan jarak aksi pendidik dengan aksi anak cucu didik, jika bok mengenakan pakaian kepada anak, maka di situ bok melaksanakan nilai-nilai berpakaian kepada anak. Jika bok mengajak berdoa, maka di situ bok melaksanakan nilai-nilai kegamaan dengan anak cucu melaksanakan juga. Demikian pula halnya melanggar lain-lain bidang nilai. Dengan aplikasi itu anak cucu berproses. Tetapi perlu diingat bahwa anak cucu itu belum dapat ada sendiri. Dia melaksanakan di aplikasi bersama, terutama waktu masil kecil. Tetapi dengan melaksanakan nilai-nilai di keadaan bergantung itu, anak cucu berproses ke aplikasi sendiri, sebagai manusia purnawan.
Sahmo,Bartolomeus.2013.Visi Pendidikan Ki Hajar Dewantara.Yogyakarta:Kanisius.
http://adiens-production-kuningan.blogspot.com/2011/11/pandangan-ki-hajar-dewantara-tentang.html
http://apbshiliupls.blogspot.com/2014/12/filsafat-ki-hajar-dewantara.html
http://geo.fis.unesa.ac.id/web/index.php/en/12-artikel/319-tujuan-pendidikan-menurut-ki-hajar-dewantara.
Oke penjelasan mengenai Pengertian Pendidikan Menurut KH Dewantara dan Driyarkara semoga info ini bermanfaat terima kasih
Artikel ini diposting pada label pengertian budaya menurut ki hajar dewantara, arti kebudayaan menurut ki hajar dewantara, pengertian budaya menurut ki hajar dewantara dan selo soemardjan,
Komentar
Posting Komentar