Pariwisata Berbasis Budaya - Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas Perbedaan Pembangunan Ekonomi Dengan Pertumbuhan Ekonomi
Allow, selamat sore di "Indonesia Dalam Berita", artikel ini akan membahas tentang perbedaan pembangunan ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi Pariwisata berbasis budaya - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas simak selengkapnya.
Wisata mendasar budaya ialah salah eka jenis aksi pariwisata yang menggunakan kultur sebagai objeknya. Pariwisata jenis ini dibedakan dari minat-minat khusus lain, bagaikan wisata alam, dengan wisata petualangan.[1]
Ada 12 unsur kebudayaan yang dapat atraktif kedatangan wisatawan,[2] yaitu:
- Bahasa (language).[2]
- Masyarakat (traditions).[2]
- Kerajinan tangan (handicraft).[2]
- Makanan dengan kebiasaan makan (foods and eating habits).[2]
- Musik dengan kesenian (art and music).[2]
- Sejarah satu tempat (history of the region)[2]
- Cara Kerja dengan Teknolgi (work and technology).[2]
- Agama (religion) yang dinyatakan pada cerita ataupun entitas yang dapat disaksikan.[2]
- Bentuk dengan karakteristik arsitektur di sendiri-sendiri daerah tujuan liburan (architectural characteristic in the area).[2]
- Tata cara berpakaian penduduk setempat (dress and clothes).[2]
- Sistem pendidikan (educational system).[2]
- Aktivitas atas waktu lapang (leisure activities).[2]
Objek-objek tersebut tidak jarang dikemas khusus alokasi penyajian untuk turis, dengan maksud mudah-mudahan jadi lebih menarik. Dalam hal inilah seringkali terdapat disekuilibrium gairah makan antara daerah seni dengan daerah industri pariwisata. Kompromi-kompromi sering harus diambil. Kalangan seni melafazkan bahwa pengemasan khusus objek-objek tersebut untuk pelancong bakal menghilangkan keaslian dari satu budaya, sedangkan daerah pariwisata melafazkan bahwa hal tersebut tidaklah salah asalkan tidak menghilangkan substansi ataupun inti dari satu karya seni.
Kontroversi[sunting | sunting sumber]
Dalam perkembangannya eksploitasi budaya untuk area pariwisata terdapat pro dengan kontra.[3]
Pariwisata berantak budaya[sunting | sunting sumber]
Kaum yang melawan pariwisata mendasar budaya berpendapat bahwa kedatangan pelancong ke daerah tujuan liburan dapat berantak keaslian ataupun keutuhan hayati satu produk budaya.[4] Berbagai eksplorasi membuktikan bahwa pariwisata menduga berantak atau, menghancurkan kultur lokal.[4]Pariwisata menurut terus ‘memaksa’ ekspresi kultur nasional untuk dimodifikasi, mudah-mudahan sesuai dengan kebutuhan pariwisata.[4] Ekspresi budaya dikomodifikasi mudah-mudahan dapat ‘dijual’ kepada wisatawan.[4] Contoh kasusnya ialah Sendra Tari Ramayana, tidak lagi disajikan menurut utuh, peranan skenario tidak berfungsi lagi. Selain itu, tari Kecak lagi mengalami nasib serupa. Pertunjukkan tari Kecak yang mudah disaksikan di Bali, kelihatan nilai sakralnya sudah terpotong-potong atas harus disesuaikan dengan waktu wisatawan yang ingin menyaksikannya
Pariwisata memperkuat budaya[sunting | sunting sumber]
Walaupun tidak sedikit pihak yang melawan perkembangan pariwisata mendasar budaya ini, namun banyak lagi Sosiolog dengan Antropolog yang justru melihat bahwa pariwisata (internasionalisasi) tidak berantak kebudayaan, melainkan justru memperkuat, atas terjadinya cara yang disebut involusi kebudayaan (cultural involution). Hal tersebut bisa dilihat dari afair Bali. McKean (1978) mengatakan,
“ | ... meskipun perubahan sosial ekonomi alang terjadi di Bali, … semua itu terjadi menurut bergandengan tangan dengan usaha konservasi kultur tradisional … Kepariwisataan atas kenyataannya menduga memperkuat cara konservasi, reformasi, dengan penciptaan kembali berbagai tradisi. | ” |
— McKean (1978) |
Philip F. McKean (1973) bahkan menulis bahwa “the traditions of Bali will prosper in direct proportion to the success of tourist industry” (dikutip pada Wood, 1979). Ahli lain berpendapat bahwa akibat kepariwisataan di Bali bersifat aditif, dengan bukan substitutif. Artinya, akibat tersebut tidak melahirkan transformasi menurut struktural, melainkan terintegrasi dengan kehidupan tradisional bangsa (Lansing, 1974).
Tidak siap budaya asli[sunting | sunting sumber]
Terlepas dari membela kebalikan tersebut, sosiolog Selo Soemardjan mengungkapkan pendapatnya. Menurutnya, kultur bakal terus berkembang, atas memang dengan berencana ataupun tidak, memang terus berkembang, atas adanya rangsangan, bagaikan adanya perkembangan industri pariwisata. Proses saling membujuk ialah gejala yang adil pada interaksi antar masyarakat. Melalui hubungan dengan berbagai bangsa lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok bangsa yang mendiami nusantara (sebelum Indonesia terbentuk) menduga mengalami cara dipengaruhi dengan memengaruhi. Kemampuan berubah merupakan sifat yang penting pada kultur manusia. Tanpa itu kultur tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa berubah, ataupun dengan bicara lain budaya ialah satu hal yang dinamis, yang terus berkembang seiring perputaran waktu, ayu atas dipengaruhi pariwisata ataupun dipengaruhi bangsa pengambil kultur itu sendiri.
Perkembangan[sunting | sunting sumber]
Pada waktunya nanti, diramalkan objek wisata yang diminati wisman (wisatawan mancanegara)lebih banyak terpusat atas hasil kultur satu bangsa. Oleh atas itu pada industri pariwisata nanti, hasil kultur bangsa merupakan “komoditi” utama untuk atraktif wisman berkunjung ke Indonesia. Di samping itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh PATA tarikh 1961 di Amerika Utara, diperoleh satu kesimpulan bahwa lebih dari 50% wisman yang mendatangi Asia dengan daerah Pasifik, motivasi perjalanan liburan mereka ialah untuk melihat dengan menyaksikan adat-istiadat, the way of life, peninggalan sejarah, bangunan-bangunan arkais yang tinggi nilainya. Pendapat tersebut tidaklah salah. Menurut eksplorasi Citra Pariwisata Indonesia atas tarikh 2003, budaya merupakan elemen pariwisata yang amat atraktif minat wisatawan mancanegara untuk datang ke Indonesia. Budaya mendapatkan angka 42,33 dari wisatawan mancanegara pada kategori 'sangat menarik' dengan berada di atas elemen lainnya bagaikan keindahan bidang dengan peninggalan sejarah, dengan angka sendiri-sendiri 39,42 dengan 30,86. Hal tersebut membuktikan bahwa atraksi budaya merupakan hal yang amat disukai para pelancong dari pariwisata di Indonesia.
Pariwisata Berbasis Budaya di Indonesia[sunting | sunting sumber]
Penerapan aksi pariwisata mendasar budaya di Indonesia menduga ditunjukkan oleh beberapa provinsi. Selain teritori Bali, teritori lain yang fokus pada aplikasi area ini ialah Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya kota Yogyakarta.[5] Sejak tarikh 2008, daerah ini menduga memaklumatkan diri sebagai kota pariwisata mendasar budaya. Di Jogjakarta, pengembangan pariwisata disesuaikan dengan potensi yang siap dengan berpusat atas budaya Jawa yang berbawaan dengan asal usul dengan budaya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Banyak rencana gelagat menduga dicanangkan untuk kontributif aplikasi agenda ini. Mulai dari pengembangan dengan peningkatan kuantitas bersama kualitas fasilitas, memperbanyak event-event wisata, seni,dan budaya, sampai ke optimalisasi pemasaran program. Hasilnya pun mulai terlihat, salah satunya ialah keberadaan Taman Pintar Yogyakarta yang tidak hanya memiliki arena permainan, tetapi lagi mengajak pengunjung untuk mengenal asal usul dengan budaya Jogjakarta.[6]
Rujukan[sunting | sunting sumber]
- ^ Oka A. Yoeti. Pariwisata Berbasis Budaya, Masalah dengan Solusinya. PT.Pradnya Paramita. Jakarta. 1996.
- ^ a b c d e f g h i j k l m (Inggris) Ritchie dengan Zins. Tourism in Contemporary Society, An Introductory Text. Chapter 19: Social and Cultural Impacts. Page 221
- ^ I Gde Pitana dengan Putu G. Gayatri.Sosiologi Pariwisata. Andi. Yogyakarta. 2005.
- ^ a b c d (Inggris) Britton. Cultural expressionas are bastradized in order to be more comprehensible and therefore saleable to mass tourism. Penerbit?. Kota? 1977. Hal. 272
- ^ [1]Situs Resmi Dinas Pariwisata dengan Kebudayaan Jogjakarta
- ^ [2]Situs Budaya melayu
Sekian penjelasan mengenai Pariwisata berbasis budaya - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas semoga info ini berfaedah terima kasih
Tulisan ini diposting pada tag perbedaan pembangunan ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi, analisis perbedaan pembangunan ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi, jelaskan perbedaan pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan ekonomi,
Komentar
Posting Komentar