Hallo, selamat pagi di "Indonesia Dalam Berita", pada kali ini akan dibahas tentang friendster jadul Mengenang Friendster dan Media Sosial Jadul yang Lain - Tirto.ID simak selengkapnya.
Ilustrasi halaman ambang Myspace. Getty Images/iStockphoto
Sebelum Facebook, sedia alat sosial lain yang sudah terlebih dahulu beken digunakan jemaah internet. Masih ingat Friendster?
tirto.id - Facebook dengan Twitter, kini menjadi kanal favorit alat sosial di seluruh dunia. Merujuk data yang dipublikasikan Statista, Facebook atas suku tahun perdana warsa 2017 ini, menduga digunakan 1,9 miliar pengguna aktif bulanan. Sementara Twitter, digunakan bagi 328 juta pemakai aktif bulanan.
Kedua alat sosial tersebut menjadi kanal yang sedemikian itu akrab digunakan. Beragam argumentasi anak Adam menggunakan kanal ini, mulai dari buat mengetahui informasi terkini, berita dari teman, berita terhangat, batas info-info menarik. Informasi-informasi dari alat sosial ini bahkan tidak jarang menjadi rujukan penting alokasi publik.
- Baca juga: Siaran Langsung di Facebook
Dua alat sosial itu tentu sedang populer. Namun, andaikata merujuk sejarah, bukan hanya Facebook dengan Twitter yang melahirkan situsweb berlanggam alat sosial. Semenjak komposisi bulletin board alias forum online berbentuk atas 1978, situsweb-situsweb yang bisa dibilang melahirkan versi-versi dahulu alat sosial, sudah bermunculan ke permukaan. Beberapa bahkan menjadi yang paling dominan.
Bagi jemaah Indonesia, di antara demikian banyak yang muncul, Friendster melahirkan salah ahad situsweb alat sosial yang mencuri perhatian. Dalam berbagai forum diskusi, asosiasi kadang masih mengasakan situsweb tersebut.
Friendster, sama bagai Facebook, melahirkan alat sosial yang kian dahulu dikenal asosiasi Indonesia. Media sosial tersebut dibuat seorang programer awal Kanada bernama Jonathan Abrams di warsa 2002. Nama “Friendster” diambil dari dobel kata, “Friend” yang berarti teman, dengan “Napster”.
Di zaman itu, Napster merupakan fenomena. Napster melahirkan situsweb berbagi file (terutama musik) secara bawah tangan yang melegenda. Sang pendiri Friendster, Jonathan Abrams, melahirkan salah ahad penggemar Napster dengan berharap situsweb buatannya bisa sefenomenal situsweb berbagi bawah tangan tersebut.
Friendster tergolong sukses. Data yang dipacak Venture Beat, per bulan Juni 2008, Friendster memiliki pemakai aktif bulanan mencapai 37,1 juta orang. Dari angka tersebut, sebagian besar pemakai Friendster berasal dari Asia. Angka pemakai Asia mencapai 33 juta pemakai aktif bulanan. Atas prestasinya itu, merujuk laporan yang dipublikasikan Techcrunch, Friendster memperoleh pendanaan batas $50 juta dari beberapa venture capital.
Friendster tentu fenomena eksklusif abad itu. Situsweb tersebut memiliki beberapa fitur yang menjadi favorit generasi yang bisa mencicipinya. Salah ahad fitur harapan Friendster merupakan “testimoni”. Testimoni, mirip dengan anggapan atas fitur-fitur umum yang ditemui situsweb masa kini. Dengan testimoni, pemakai Friendster bisa melepaskan kesan dengan pesan atas pemakai lainnya. Selanjutnya, testimoni tersebut akan tampil di halaman muka sih pemakai Friendster.
Selain testimoni, salah ahad kekuatan Friendster abad masih berjaya merupakan dimungkinkannya halaman Friendster dipermak habis-habisan dengan menggunakan kode-kode CSS (Cascading Style Sheets) tingkat dasar. Bila pemakai tidak mengerti kode demikian, sedia banyak ragam situsweb paksa ketiga yang melepaskan kemudahan menciptakan kode-kode demikian. Memanfaatkan kode-kode tersebut, halaman bentuk Friendster bisa berubah bangun sesuai keinginan sih pengguna.
Lainnya, merujuk esai yang dipublikasikan Motherboard, Friendster disukai atas tidak sedia balah ketatanegaraan dengan berita palsu mejeng di situsweb sosial alat tersebut.
Sayang, kenangan-kenangan Friendster menduga hilang. Selepas pamor situsweb tersebut turun, Friendster dijual atas industri awal Malaysia bernama MOL Global atas 2009 seharga $40 juta. Selepasnya, Friendster berubah menjadi situsweb gim online. Data-data kenangan pemakai alat sosial tersebut, per tanggal 31 Mei 2011, dihapus bagi paksa Friendster.
Sesungguhnya, Friendster memiliki kans buat jauh kian lama bertahan. Merujuk pemberitaan CNN, situsweb tersebut suah ditawar bagi Google seharga $30 juta dalam bangun saham di raksasa mesin pencari itu. Nilai yang ditawarkan tersebut, atas 2007, sama dengan nilai $1 miliar di masa kini.
Selain Friendster, sedia pula Myspace. Situsweb alat sosial tersebut tentu masih hidup batas saat ini. Namun, merujuk data yang dipublikasikan Statista, di Juli 2015, Myspace hanya memperoleh tamu unik sebesar 17,93 juta. Padahal, dari warsa 2005 batas 2008, Myspace suah didaulat menjadi raksasa alat sosial di seluruh dunia. Dengan kata sederhana, Myspace tentu menduga ditinggalkan penggunanya.
Kemunculan perdana Myspace tentu memadai fenomenal. Media sosial ini dahulu suah dikenal sebagai tempat nongkrongnya anak-anak band bertemu dengan penggemarnya. Diciptakan bagi Chris DeWolfe dengan Tom Anderson, Myspace melahirkan alat sosial yang dibuat atas melihat peluang besar di dunia alat sosial atas keberuntungan Friendster.
Sayang, alih-alih mengembangkannya sendiri, situsweb tersebut kemudian dijual. Merujuk pemberitaan BBC, Myspace kemudian dijual atas News Corporation milik Rupert Murdoch senilai $580 juta atas 2005. Selepas penjualan tersebut, Myspace kian tenggelam bagi getah perca pesaingnya, terutama Facebook.
Selain Friendster dengan Myspace, sedia nama-nama bagai Multiply, Plurk, dengan lain sebagainya sebagai alat sosial yang suah bising digunakan masyarakat. Dari Indonesia, sedia alat sosial yang suah mencuri animo publik, salah satunya merupakan Koprol.
Koprol merupakan alat sosial asli buatan anak Adam Indonesia. Media sosial tersebut dibuat bagi Satya Witoelar, Fajar Budiprasetyo, dengan Daniel Armanto. Koprol melahirkan alat sosial berbasis posisi yang, secara sederhana, menggabungkan dunia online dengan offline. Kala seseorang login di Koprol, komposisi secara otomatis mendeteksi siapa saja pemakai lainnya yang berada ahad tempat di seputar pemakai yang login tersebut.
- Baca juga: Yahoo yang Gagal Diselamatkan
Koprol tergolong sukses. Pada Mei 2010, Koprol dibeli bagi rakasasa industri internet Yahoo dengan harga yang tidak disebutkan. Sayang, di tangan Yahoo, Koprol batal berkembang. Pada Juli 2012, Yahoo bahkan mengembalikan Koprol atas pemilik lamanya. Selepasnya, Koprol tenggelam dengan tidak dibicarakan lagi bagi jemaah internet.
Tentu, sedia banyak argumentasi mengapa situsweb-situsweb alat sosial kecuali Facebook dengan Twitter, batal di pasaran. Mereka umumnya tidak ikut-ikutan kelanjutan teknologi dengan kemauan pengguna. Hal inilah yang sudah diantisipasi bagi Facebook, sehingga mampu bertahan memadai lama mulai kehadirannya.
Kala perdana berbentuk secara global, saat itu jemaah sedang asik-asiknya menikmati gim online. Melihat peluang, Facebook masuk dengan menghadirkan gim berbasis internet yang membikin penggunanya betah-betah berada di sana. Zynga melahirkan salah ahad industri yang suah menikmati manisnya Facebook yang, kecuali menjadi garis haluan alat sosial, juga menjadi pusat mainan gim online. Zynga berjaya bersama Facebook abad itu atas berhasil menbuat gim-gim berkualitas yang dibuat buat Facebook.
Di masa-masa awal, Facebook hadir secara global, amanat bermain gim bersama di garis haluan tersebut sedemikian itu mendominasi.
Selain soal gim, Facebook berjaya atas di garis haluan tersebut, menduga tersedia beragam fitur yang membantu penggunanya berinteraksi secara kian baik dengan pemakai lainnya. Fitur chat, alias kini dikenal Facebook Messenger, melahirkan fitur yang banyak digunakan pengguna. Dengan fitur itu, pemakai bisa langsung saling berbincang secara privat dengan pemakai lainnya. Sesuatu yang tidak bisa dirasakan pemakai Friendster. Kala ingin berbincang secara privat, pemakai Friendster dahulu melakukannya dengan memanfaatkan fasilitas lain, semisal MIrc.
- Baca juga: Mau ke Mana Twitter?
Facebook (dan Twitter) berjaya atas garis haluan tersebut acap ikut-ikutan kemauan pengguna. Facebook diketahui secara konsisten masih berkelaluan mengubah algoritma mereka. Di halaman newsfeed alias timeline, Facebook menyesuaikan tampilan dengan tren yang dikehendaki pengguna. Saat gambar mulai diadopsi secara masif, algoritma Facebook kemudian dirancang buat kian utama memamerkan postingan berupa gambar daripada postingan lainnya.
Dari kisah hidup alat sosial lain dengan berhasilnya Facebook dengan Twitter melintas zaman, ikut-ikutan perubahan merupakan sesuatu yang tentu harus dilakukan. Jika tetap ngotot mempertahankan sesuatu yang menduga usang, nasib bagai Friendster merupakan sesuatu yang sangat mungkin terjadi.
(tirto.id - Teknologi)
Reporter: Ahmad Zaenudin
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Zen RS
Sekian pembahasan tentang Mengenang Friendster dan Media Sosial Jadul yang Lain - Tirto.ID semoga info ini bermanfaat salam
Tulisan ini diposting pada label
Komentar
Posting Komentar