Langsung ke konten utama

Makalah Perspektif Transkultural Dalam Keperawatan Transkultural Dalam Keperawatan

makalah perspektif transkultural dalam keperawatan

Hallo, selamat malam di "Indonesia Dalam Berita", di kesempatan akan dibahas tentang transkultural dalam keperawatan makalah perspektif transkultural dalam keperawatan simak selengkapnya.

AliExpress.com Product - Ocstrade Summer Sexy Rayon Bandage Dress 2019 New Arrivals Mesh Insert Women Bandage Dress Black Party Night Club Bodycon Dress

Published on

perspektif transkultural pada disiplin keperawatan

  1. 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menjadi seorang juru rawat bukanlah darma yang mudah. Perawat terus ditantang oleh perubahan-perubahan yang ada, ayu dari area meskipun klien. Dari segi lingkungan, juru rawat selalu dipertemukan dengan globalisasi. Sebuah globalisasi amat mengajak perubahan dunia, khususnya di bidang kesehatan. Terjadinya perpindahan penduduk menuntut juru rawat biar dapat menyesuaikan awak dengan diskrepansi budaya. Semakin banyak berjalan perpindahan penduduk, semakin beragam lagi budaya di suatu negara. Tuntutan itulah yang desak juru rawat biar dapat melakukan asuhan keperawatan yang bersifat fleksibel di area yang tepat. Peran juru rawat amat ensiklopedis pada membenahi nasabah karena fungsi juru rawat ialah memenuhi hajat biologis, sosiologis, psikologis, dan kejiwaan klien. Namun fungsi kejiwaan ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek kejiwaan ini amat penting lebih-lebih buat orang sakit terminal yang didiagnose ambisi sembuhnya amat kecil dan mendekati sakaratul maut. Menurut Dadang Hawari (1977) “ orang yang arung kebobrokan depo dan dekat sakaratul akhir hayat bertambah banyak arung kebobrokan kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga sivilisasi kerohanian detik nasabah dekat janji perlu memperoleh afeksi khusus”. Klien pada kondisi depo berhajat bantuan dari elementer dari keluarga, seakan proses penyembuhan bukan lagi merupakan keadaan yang penting dilakukan. Sebenarnya, pembelaan menjelang kematian bukanlah asuhan keperawatan yang sesungguhnya. Isi pembelaan tersebut hanyalah dorongan dan hal-hal asing yang bersifat mengadakan kematian klien. Dengan itu, banyak sekali darma juru rawat pada bersedekah campur tangan terhadap lansia, dekat kematian, dan detik kematian. Agama pada disiplin ilmu merupakan suatu kejiwaan nourishment (gizi ruhani). Seseorang yang dikatakan kondusif ala paripurna tak hanya layak gizi makanan tetapi juga gizi rohaninya layak terpenuhi. Menurut buatan Riset Psycho Spiritual For AIDS Patient, Cancepatients, and for Terminal Illness Patient, menyatakan bahwa orang yang arung kebobrokan depo dan menjelang sakaratul akhir hayat bertambah banyak arung kebobrokan kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga sivilisasi kerohanian detik nasabah dekat janji perlu beroleh afeksi khusus (Hawari, 1977)
  2. 2. B. Tujuan 1. Tujuan awam Dapat fasih akan perspektif transkultural pada keperawatan berkenaan dengan globalisasi dan bantuan kebugaran pada memasrahkan asuhan keperawatan bagi orang sakit menjelang dan detik kematian. 2. Tujuan istimewa a. Mahasiswa mampu membayankan perspektif transkultural pada keperawatan berkenaan dengan globalisasi dan bantuan kebugaran b. Mahasiswa mampu membayankan seluruh bentuk asuhan keperawatan transkultural c. Mahasiswa mampu membayankan asuhan keperawatan bagi orang sakit dekat dan detik kematian d. Mahasiswa mampu membayankan penyelesaian kasus melanggar fungsi juru rawat bila dihadapkan pada situasi tersebut dan keadaan yang sebaiknya dilakukan juru rawat buat membantu orang sakit e. Mahasiswa mampu Mengetahui coret-coretan bimbingan nasabah sakaratul akhir hayat bertemu dengan standart keperawatan C. Rumusan masalah Dilihat dari latar belakang diatas didapatkan rumusan masalahnya yaitu: “ Bagaimana fungsi juru rawat bila dihadapkan atas situasi orang sakit dekat dan detik kematian dan hal yang sebaiknya dilakukan juru rawat buat membantu orang sakit tersebut dilihat dari jalan transkultural pada keperawatan berkenaan dengan globalisasi dan bantuan kesehatan.
  3. 3. BAB II LANDASAN TEORI A. Perspektif Transkultural pada Keperawatan 1. Keperawatan Transkultural dan Globalisasi pada Pelayanan Kesehatan Sebelum mengetahui bertambah lanjut keperawatan transkultural, perlu kita ketahui apa arti kultur terlebih dahulu. Kebudayaan ialah suatu system gagasan, tindakan, buatan ciptaan anak Adam yang diperoleh dengan cara belajar pada rangka aktivitas masyarakat. (koentjoroningrat, 1986) Wujud-wujud kultur antara asing : 1. Kompleks dari ide, gagasan, nilai, asas dan peraturan 2. Kompleks aktivitas ataupun tindakan 3. Benda-benda buatan ciptaan anak Adam Keperawatan sebagai profesi memiliki asas body of knowledge yang dapat dikembangkan dan diaplikasikan pada praktek keperawatan. Teori transkultural dari keperawatan berakar dari disiplin disiplin antropologi dan dikembangkan dalam kondisi keperawatan. Teori ini menjabarkan kondisi ataupun coret-coretan keperawatan yang didasari oleh pemahaman akan adanya diskrepansi nilai-nilai cultural yang bergala pada masyarakat. Menurut Leinenger, amat penting memperhatikan keragaman budaya dan nilai-nilai pada penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila keadaan tersebut diabaikan oleh perawat, hendak mengakibatkan kejadian cultural shock. Cultural shock hendak dialami oleh nasabah atas suatu kondisi dimana juru rawat tak mampu beradaptasi dengan diskrepansi nilai budaya. Keperawatan transkultural ialah disiplin dengan kiat yang humanis yang difokuskan atas perilaku individu/kelompok serta jalan buat melindungi ataupun meluaskan perilaku kondusif atau sakit ala awak dan psikokultural bertemu latar belakang budaya. Sedangkan bagi Leinenger (1978), keperawatan transkultural ialah suatu bantuan keperawatan yang berfokus atas analisa dan studi perbandingan akan diskrepansi budaya. Tujuan dari transcultural nursing ialah buat mengidentifikasi, menguji, mengerti dan menggunakan asas pemahaman keperawatan transcultural pada meluaskan kultur spesifik pada asuhan keperawatan. Asumsinya ialah beralaskan teori caring, caring ialah akar
  4. 4. dari, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Perilaku caring diberikan kepada anak Adam sejak lahir hingga meninggal dunia. Human caring merupakan faal universal dimana,ekspresi, bentuk polanya bervariasi diantara pengembangbiakan ahad tempat dengan tempat lainnya. 2. Konsep dan Prinsip pada Asuhan Keperawatan Transkultural Konsep pada transcultural nursing ialah : a. Budaya Norma ataupun aturan tindakan dari anak buah blok yang dipelajari, dibagi serta bersedekah ajaran dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan. b. Nilai budaya Keinginan perseorangan ataupun tindakan yang bertambah diinginkan ataupun suatu tindakan yang dipertahankan atas suatu waktu eksklusif dan melandasi tindakan dan hasil c. Perbedaan budaya pada asuhan keperawatan Merupakan bentuk yang maksimal pada amal asuhan keperawatan d. Etnosentris Budaya-budaya yang dimiliki oleh orang asing ialah apresiasi yang dimiliki perseorangan memandang budayanya ialah yang terbaik e. Etnis Berkaitan dengan anak Adam ras eksklusif ataupun blok budaya yang digolongkan bagi cirri-ciri dan kebiasaan yang lazim f. Ras Perbedaan macam-macam anak Adam didasarkan atas memburuk-burukkan awal muasal manusia. Jenis ras umum dikenal kaukasoid, negroid,mongoloid. g. Etnografi: Ilmu budaya Pendekatan metodologi padapenelitian etnografi memungkinkan juru rawat buat membeberkan kesadaran yang adiluhung atas pemberdayaan budaya setiap individu.
  5. 5. h. Care Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan, bantuan perilaku atas individu, anak bini dan blok dengan adanya kejadian buat memenuhikebutuhan ayu actual meskipun laten untuk meluaskan kondisi dan kualitas aktivitas anak Adam i. Caring Tindakan langsung yang diarahkan buat membimbing, mendukung dan mengarahkan individu, keluarga ataupun blok atas cuaca yang nyata ataupun antisipasi hajat buat meluaskan kondisi aktivitas anak Adam j. Culture care Kemampuan kognitif buat mengetahui nilai, kepercayaan dan cermin air muka digunakan buat membimbing, mendukung ataupun member kesempatan individu, anak bini ataupun blok buat mempertahankan kesehatan, kondusif dan berkembang bertahan hidup pada keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai k. Cultural imposition Kecenderungan energi kebugaran buat memaksakan kepercayaan, praktek dan nilai karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh juru rawat bertambah adiluhung dari blok lain. Paradigma transcultural nursing (Leininger 1985) , ialah cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep pada asuhan keperawatan yang bertemu latar belakang budaya, terhadap 4 coret-coretan sentral keperawatan adalah : Manusia Manusia ialah individu, anak bini ataupun blok yang memiliki nilai-nilaidan norma-norma yang diyakini dan berfaedah buat menetapkan pilihan danmelakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memilikikecenderungan buat melindungi budayanya atas setiap detik dimanapundia berada (Geiger and Davidhizar, 1995). Sehat Kesehatan ialah kelengkapan aktifitas yang dimiliki nasabah pada mengisikehidupannya, terletak atas rentang kondusif sakit. Kesehatan merupakan suatukeyakinan, nilai, cermin kegiatan pada
  6. 6. kondisi budaya yang digunakan untukmenjaga dan memelihara cuaca seimbang/sehat yang dapat diobservasidalam aktivitas sehari-hari. Klien dan juru rawat memegang alamat yang samayaitu ingin mempertahankan cuaca kondusif pada rentang sehat-sakit yangadaptif (Andrew and Boyle, 1995). Lingkungan Lingkungan didefinisikan sebagai kelengkapan faal yang mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas aktivitas dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk area adalah : fisik, kemasyarakatan dan simbolik. Lingkungan awak ialah area alam ataupun diciptakan oleh anak Adam seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti bangunan di daerah Eskimo yang dekat tertutup beriringan karena tak pernah siap mentari sejauh tahun. Lingkungan kemasyarakatan ialah keseluruhan bentuk kemasyarakatan yang berhubungan dengan pemasyarakatan individu, anak bini ataupun blok ke dalam masyarakat yang bertambah luas. Di pada area kemasyarakatan perseorangan layak latah bentuk dan aturan-aturan yang berlaku di area tersebut. Lingkungan simbolik ialah kelengkapan bentuk dan simbol yang menyebabkan perseorangan ataupun blok merasa bersatu seperti musik, seni, berita hidup, bahasa dan atribut yang digunakan. Keperawatan Asuhan keperawatan ialah suatu jalan ataupun deretan kegiatan atas praktikkeperawatan yang diberikan kepada nasabah bertemu dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan perseorangan bertemu dengan budaya klien. Strategi yang digunakan pada asuhan keperawatan ialah perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya nasabah (Leininger, 1991). 3. Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya Peran juru rawat pada transkultural nursing adalah menjembatani antara sistem pembelaan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem pembelaan melalui asuhan keperawatan. Tindakan keperawatan yang diberikan layak memperhatikan 3 ajaran asuhan keperawatan yaitu: Cara I : Mempertahankan budaya Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya orang sakit tak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan bertemu dengan nilai-nilai yang penting yang telah dimiliki nasabah sehingga nasabah dapat meluaskan ataupun melindungi status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
  7. 7. Cara II : Negosiasi budaya Intervensi dan implementasi keperawatan atas bagian ini dilakukan buat membantu nasabah beradaptasi terhadap budaya eksklusif yang bertambah menguntungkan kesehatan. Perawat membantu nasabah biar dapat memilih dan menentukan budaya asing yang bertambah mendukung peningkatan kesehatan, misalnya nasabah sedang hamil memegang pantang makan yang berbau amis, alkisah ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain. Cara III : Restrukturisasi budaya Restrukturisasi budaya nasabah dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi energi hidup nasabah yang biasanya merokok jadi tak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang bertambah menguntungkan dan bertemu dengan agama yang dianut. Model ideal yang di kembangkan oleh Leininger pada menjelaskan asuhan keperawatan pada kondisi budaya digambarkan pada bentuk mentari terbit (Sunrise Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa jalan keperawatan ini digunakan oleh juru rawat sebagai asas berpikir dan memasrahkan solusi terhadap masalah nasabah (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari berangkat bagian pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pengkajian ialah jalan mengumpulkan data buat mengidentifikasi masalah kebugaran nasabah bertemu dengan latar belakang budaya nasabah ( Giger and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang beralaskan tujuh komponen yang siap pada”Sunrise Model” yaitu: 1. Faktor teknologi (technological factors) Teknologi kebugaran memungkinkan perseorangan buat memilah ataupun beroleh penawaran menyelesaikan masalah pada bantuan kesehatan. Perawat perlu mengkaji: Persepsi kondusif sakit, kebiasaan berobat ataupun melebihi masalah kesehatan, argumen mencari bantuan kesehatan, argumen nasabah memilih penyembuhan alternative dan apresiasi nasabah akan penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk melebihi permasalahan kebugaran ini. 2. Faktor ajaran dan falsafah hidup ( religious and philosophical factors )
  8. 8. Agama ialah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan yang benar realistis bagi para pemeluknya. Agama memasrahkan dorongan yang amat awet buat memperoleh kebenaran diatas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor ajaran yang layak dikaji oleh juru rawat adalah: agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang nasabah terhadap gara-gara penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan ajaran yang berakhir positif terhadap kesehatan. 3. Faktos kemasyarakatan dan keterikatan anak bini ( kinshop and Social factors ) Perawat atas bagian ini layak mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan hasil pada anak bini dan hubungan nasabah dengan kepala keluarga. 4. Nilai-nilai budaya dan energi hidup (cultural value and life ways ) Nilai-nilai budaya ialah benda yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang di anggap ayu ataupun buruk. Norma –norma budaya ialah suatu kaidah yang memegang sifat penerapan terbatas atas penganut budaya terkait. Yang perlu di kaji atas factor ini ialah posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang pada kondisi sakit, perseosi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari- hari dan kebiasaan membersihkan diri. 5. Faktor kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors ) Kebijakan dan peraturan bangunan sakit yang berlaku ialah seluruh benda yang mempengaruhi kegiatan perseorangan pada asuhan keperawatan lin budaya (Andrew and Boyle, 1995 ). Yang perlu dikaji atas bagian ini adalah: peraturan dan kebijaksanaan yang berkaitan dengan beker berkunjung, jumlah anggota anak bini yang boleh menunggu, cara pembayaran buat nasabah yang dirawat. 6. Faktor perniagaan (economical factors) Klien yang dirawat dirumah sakit menggunakan sumber-sumber material yang dimiliki buat membiayai sakitnya biar segera sembuh. Faktor perniagaan yang layak dikaji oleh juru rawat diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, deposito yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, berselang-seling biaya dari kantor ataupun patungan antar anak buah keluarga. 7. Faktor pendidikan ( educational factors ) Latar belakang pendidikan nasabah ialah pengalaman nasabah pada menempuh jalur formal perfek detik ini. Semakin adiluhung pendidikan nasabah alkisah agama nasabah biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang logis dan perseorangan tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang bertemu dengan
  9. 9. kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji atas bagian ini adalah: tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya buat belajar ala bersungguh-sungguh mandiri akan pengalaman sedikitnya sehingga tak terulang kembali. Prinsip-prinsip pengkajian budaya: a. Jangan menggunakan asumsi. b. Jangan melahirkan streotif bisa jadi friksi misalnya: orang Padang pelit,orang Jawa halus. c. Menerima dan fasih metode komunikasi. d. Menghargai diskrepansi individual. e. Tidak boleh membeda-bedakan agama klien. f. Menyediakan privacy terkait hajat pribadi. 4. Instrumen Pengkajian Budaya Sejalan berjalnnya waktu,Transkultural in Nursing arung perkembangan oleh beberapa ahli, diantaranya: a. Sunrise ala (Leininger) Yang terdiri dari komponen: 1) Faktor teknbologi (Technological Factors) - Persepsi sehat-sakit - Kebiassaan berobat ataupun melebihi masalah kebugaran - Alasan mencari bantuan/pertolongan kedokteran - Alasan memilah penyembuhan alternative - Persepsi penggunaan dan pemanfaatan teknologi pada melebihi masalah kebugaran 2) Faktor ajaran ataupun falsafah hidup (Religious & Philosophical factors) - Agama yang dianut - Status akad nikah
  10. 10. - Cara pandang terhadap gara-gara kebobrokan - Cara penyembuhan / kebiasaan ajaran yang positif terhadap kebugaran 3) Faktor kemasyarakatan dan keterikatan kelluarga (Kinship & Social Factors) - Nama afdal & nama anjuran - Umur & tempat lahir,jenis genitalia - Status,tipe keluarga,hubungan nasabah dengan anak bini - Pengambilan hasil pada anak bini 4) Nilai-nilai budaya dan energi hidup (Cultural value and lifeways) - Posisi / jabatan yang dipegang pada anak bini dan komunitas - Bahasa yang digunakan - Kebiasaan yang berhubungan dengan makanan & cermin makan - Persepsi sakit dan kaitannya dengan aktifitas kebersihan awak dan aktifitas sehari-hari 5) Faktor kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku (Political & legal Factors) Kebijakan dan peraturan Rumah Sakit yang berlaku ialah seluruh benda yang mempengaruhi kegiatan perseorangan pada asuhan keperawatan lin budaya,meliputi: - Peraturan dan kebijaksanaan beker berkunjung - Jumlah anak buah anak bini yang boleh menunggu - Cara pembayaran 6) Faktor perniagaan (Economical Factors) - Pekerjaan - Tabungan yang dimiliki oleh anak bini - Sumber biaya penyembuhan - Sumber asing ; berselang-seling dari kantor,asuransi dll. - Patungan antar anak buah anak bini
  11. 11. 7) Faktor Pendidikan (Educational Factors) - Tingkat pendidikan nasabah - Jenis pendidikan - Tingkat kemampuan buat belajar ala bersungguh-sungguh - Pengetahuan akan sehat-sakit b. Keperawatan transkultural ala Giger & Davidhizar Dalam ala ini klien/individu dipandang sebagai buatan unik dari suatu kebudayaan,pengkajian keperawatan transkultural ala ini meliputi: 1) Komunikasi (Communication) Bahasa yang digunakan,intonasi dan kualitas suara,pengucapan (pronounciation),penggunaan bahasa non verbal,penggunaan ‘diam’ 2) Space (ruang gerak) Tingkat rasa nyaman,hubungan kedekatan dengan orang lain,persepsi akan ruang denyut dan pergerakan tubuh. 3) Orientasi social (social orientastion) Budaya,etnisitas,tempat,peran dan fungsi keluarga,pekerjaan,waktu luang,persahabatan dan kegiatan social keagamaan. 4) Waktu (time) Penggunaan waktu,definisi dan pengukuran waktu,waktu buat bekerja dan menjalin jalinan social,orientasi waktu detik ini,masa lalu dan yang hendak datang. 5) Kontrol area (environmental control) Nilai-nilai budaya,definisi akan sehat-sakit,budaya yang berkaitan dengan sehat-sakit. 6) Variasi biologis (Biological variation) Struktur tubuh,warna kulit & rambut, dimensi awak lainnya seperti; eksistensi enzim dan genetic,penyakit yang spesifik atas komunitas terntentu,kerentanan terhadap kebobrokan tertentu,kecenderungan cermin makan dan karakteristikpsikologis,koping dan bantuan social.
  12. 12. c. Keperawatan transkultural ala Andrew & Boyle Komponen-komponenya meliputi: 1) Identitas budaya 2) Ethnohistory 3) Nilai-nilai budaya 4) Hubungan kekeluargaan 5) Kepercayaan ajaran dan kejiwaan 6) Kode adab dan moral 7) Pendidikan 8) Politik 9) Status perniagaan dan social 10) Kebiasaan dan energi hidup 11) Faktor/sifat-sifat bawaan 12) Kecenderungan perseorangan 13) Profesi dan organisasi budaya Komponen-komponen diatas perlu dikaji atas awak juru rawat (self assessment) dan atas klien, Kemudian juru rawat mengkomunikasikan kompetensi transkulturalnya melalui media: verbal, non verbal & teknologi, buat tercapainya area yang kondusif bagi kebugaran dan kesentosaan klien. 5. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan ialah respon nasabah bertemu latar belakang budayanya yang dapat dicegah, diubah ataupun dikurangi melalui campur tangan keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnose keperawatan yang acap ditegakkan pada asuhan keperawatan transkultural yaitu : a. godaan koneksi verbal berhubungan dengan diskrepansi pengembangbiakan b. godaan interaksi kemasyarakatan berhubungan disorientasi sosiokultural
  13. 13. c. ketidakpatuhan pada penyembuhan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini. 6. Perencanaan dan Pelaksanaan Perencanaan dan aktualisasi pada keperawatan trnaskultural ialah suatu jalan keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan ialah suatu jalan memilah desain yang benar dan aktualisasi adalah melaksanakan tindakan yang bertemu denganlatar belakang budaya nasabah (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan pada keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) adalah : mempertahankan budaya yang dimiliki nasabah bila budaya nasabah tak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya nasabah bila budaya nasabah kurang menguntungkan kebugaran dan merubah budaya nasabah bila budaya yang dimiliki nasabah bertentangan dengan kesehatan. a. Cultural care preservation/maintenance 1) Identifikasi diskrepansi coret-coretan antara nasabah dan juru rawat 2) Bersikap tenang dan tak berlekas-lekas detik berinterkasi dengan nasabah 3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki nasabah dan juru rawat b. Cultural careaccomodation/negotiation 1) Gunakan bahasa yang encer dipahami oleh nasabah 2) Libatkan anak bini pada perencanaan pembelaan 3) Apabila friksi tak terselesaikan, lakukan kesepakatan dimana kesepakatan beralaskan pengetahuan biomedis, pandangan nasabah dan standar etik. c. Cultual care repartening/reconstruction 1) Beri kesempatan atas nasabah buat fasih informasi yang diberikan dan melaksanakannya 2) Tentukan tingkat diskrepansi orang sakit memandang dirinya dari budaya blok 3) Gunakan bagian ketiga bila perlu 4) Terjemahkan istilah fenomena orang sakit ke pada bahasa kebugaran yang dapat dipahami oleh nasabah dan orang tua
  14. 14. 5) Berikan informasi atas nasabah akan sistem bantuan kebugaran Perawat dan nasabah layak berupaya buat fasih budaya masingmasing melalui jalan akulturasi, yaitu jalan mengidentifikasi persamaan dan diskrepansi budaya yang alhasil hendak memperkaya budaya budaya mereka. Bila juru rawat tak fasih budaya nasabah alkisah hendak timbul rasa tak percaya sehingga jalinan terapeutik antara juru rawat dengan nasabah hendak terganggu. Pemahaman budaya nasabah benar mendasari efektifitas keberhasilan membangun jalinan juru rawat dan nasabah yang bersifat terapeutik. 7. Evaluasi Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan nasabah akan mempertahankan budaya yang bertemu dengan kesehatan, mengurangi budaya nasabah yang tak bertemu dengan kebugaran ataupun beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin amat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang bertemu dengan latar belakang budaya klien. B. PERAWATAN MENJELANG DAN SAAT KEMATIAN Perawat sebagai pelayan kebugaran memiliki fungsi yang amat penting bagi keluaraga dan orang sakit yang hendak dekat ajal.Seorang juru rawat layak dapat berbagi penderitaan dan mengintervensi atas saat nasabah dekat janji buat meluaskan kualitas hidup. Menjelang janji ataupun kondisi depo ialah suatu jalan yang progresi menuju kematian berjalan melalui hierarki jalan penurunan fisik,psikososial,dan kejiwaan bagi individu. Secara awam pengaplikasian caring atas nasabah dekat janji berupa: 1. Peningkatan kedamaian Kenyamanan bagi nasabah dekat janji termasuk pengenalan dan diskrepansi distres (oncology society and the American Nurses Association,1974) Hal keadaan yang layak diperhatikan pada peningkatan kedamaian a. Kontrol linu Seluruh pelayan kebugaran dan anak bini layak dapat membantu nasabah melebihi rasa nyeri,karena nyeri dapat mempengaruhi nasabah pada memenuhi hajat istirahat tidur,nafsu makan,mobilitas dan fungsi psikologis.
  15. 15. b. Ketakutan Tenaga kebugaran dan anak bini layak dapat membantu nasabah mengurangi rasa ketakutan terhadap gejala yang ditimbulkan seperti linu awam yang selalu asal setiap detik yang dapat melahirkan sagala aktifitas terganggu. c. Pemberian pengobatan dan penanganan fenomena penyakit. Pemberian pengobatan merupakan bagian yang dapat mengurangi rasa tak aman seperti rasa nyeri dapat terkendali setelah amal terapi,pemberian chemotherapi,dan radiasi dapat membantu mengurangi penyebaran penyakit. d. Higiene personal Pemenuhan kebersihan awak merupakan salah ahad yang layak dipenuhi biar nasabah merasa segar dan nyaman. 2. Pemeliharaan Kemandirian Adalah pilihan yang diberikan kepada nasabah dekat janji buat memilah tempat pembelaan dan memberikan kebebasan bertemu kemampuan klien,karena sebagian besar nasabah dekat janji menginginkan sebanyak mungkin definit diri. Dalam pelestarian kebebasan dapat dilakukan bisa pembelaan akut dirumah sakit,ada juga perawatan dirumah ataupun pembelaan hospice. 1. pelestarian kebebasan di bangunan sakit Klien yang memilah tempat pembelaan dekat janji dirumah sakit diberikan kebebasan bertemu kemampuan. Sikap juru rawat pada pelestarian kebebasan di bangunan sakit : Perawat layak mengimformasikan nasabah akan pilihan Perawat dapat memasrahkan dorongan dengan berpartisipasi pada pembuatan hasil buat memberikan rasa kekuasaan nasabah Perawat tak boleh memaksakan bantuan Perawat memasrahkan dorongan kepada anak bini buat memasrahkan kebebasan nasabah melahirkan keputusan. 2. Pemeliharaan kebebasan dirumah (perawatan hospice)
  16. 16. Adalah pembelaan yang berpusat atas anak bini yang dirancang buat membantu nasabah sakit depo untuk dapat dengan aman dan melindungi energi hidupnya senormal mungkin sejauh jalan menjelang ajal. Menurut Pitorak (1985) mengambarkan komponen pembelaan hospice sebagai berikut : o Perawatan dirumah yang terkoordinasi dengan bantuan pelihara jalan dibawah administrasi bangunan sakit o Kontrol fenomena (fisik,sosiologi,fisiologi, dan kejiwaan ). o Pelayanan yang diarahkan dokter o Perawtan interdisiplin disiplin o Pelayanan kedokteran dan keperawatan cawis sejauh waktu o Klien dan anak bini sebagai anggota pembelaan o Tindak lanjut kelenyapan karena kematian o Penggunaan energi sukarela cakap sebagai bagian tim o Penerimaan kedalam acara beralaskan atas hajat pembelaan kebugaran ketimbang atas kemampuan buat membayar. 3. Pencegahan Kesepian dan isolasi Untuk bancang kelengangan dan penyimpangan sensori juru rawat menintervensi kualitas lingkungan. Hal-hal yang dilakukan buat bancang kelengangan dan isolasi a. Tempatkan orang sakit atas ruangan biasa ( bergabung dengan orang sakit lain) tak perlu ruangan tersendiri, kecuali atas cuaca kritis ataupun tak sadar. b. libatkan nasabah pada acara pembelaan bertemu kemampuan klien, biar nasabah merasa diperhatikan. c. Berikan pencahayaan yang ayu dan bisa diatur biar memasrahkan hasutan yang bermakna. d. memasrahkan hasutan berupa gambar, benda yang menyenangkan, ataupun surat dari anak buah keluarga. e. Libatkan anak bini dan ikhwan buat bertambah afeksi f. Berikan waktu yang layak kepada anak bini buat menjenguk ataupun menemani klien.
  17. 17. Peningkatan ketenangan kejiwaan Memberikan ketenangan kejiwaan memegang arti bertambah besar dari sekedar kunjung rohani. Perawat dapat memasrahkan bantuan kepada nasabah pada mengekspresikan filosofi kehidupan. Ketika kematian mendekat, nasabah acap mencari ketenangan dengan menganalisa nilai dan agama yang berhubungan dengan hidup dan mati. Perawat dan anak bini dapat membantu nasabah dengan mendengarkan dan mendorong nasabah buat mengekspresikan akan nilai dan keyakinan, juru rawat dan keluarga dapat memasrahkan ketenangan kejiwaan dengan menggunakan keterampilan komunikasi, mengekspresikan simpati, berdoa dengan klien. Dukungan buat anak bini yang berkabung dukungan diberikan biar anak bini dapat menerima dan tak terbawa kedalam situasi duka berkepanjangan. Hal-hal yang dilakukan perawat, perhatikan 1. juru rawat layak menandai nilai anak buah anak bini sebagai sumber dan membantu mereka buat tetap berada dengan nasabah dekat ajal. 2. membeberkan jalinan suportif. 3. menghilangkan ansietas dan ketakutan anak bini 4. menetapkan apakah mereka/ kelurga ingin dilibatkan. PERAWATAN SETELAH KEMATIAN perawat mungkin orang yang paling benar buat merawat awak nasabah setelah kematian karena hubungan terapeutik perawat-klien yang menduga terbina selagi aras sakit. Dengan demikian juru rawat mungkin bertambah peka pada membenahi awak nasabah dengan derajat dan sensitivitas. Peran juru rawat : 1. juru rawat memasok awak nasabah dengan membuatnya tampak sealamiah dan senyaman mungkin 2. juru rawat memasrahkan kesempatan atas anak bini buat memandang awak nasabah 3. juru rawat memasrahkan pendampingan atas keluar atas detik memandang awak nasabah 4. juru rawat layak menyediakan wakyu sebanyak mungkin pada membantu anak bini yang berkabung B. Perawatan Menjelang serta Saat Kematian
  18. 18. Proses keperawatan dekat pembelaan merupakan jalan penting pada melakukan pembelaan terhadap klien. Kegiatan ini dilakukan bertujuan 15 untuk (1) menghilangkan ataupun megurangi rasa kesendirian, takut, dan depresi, (2) mempertahankan rasa aman, harkat, dan rasa berguna, dan (3) membantu kedamaian awak klien. Pada detik kondisi terminal, juru rawat dan anak bini amat berperan penting pada jalan kegiatan ini. Klien pada kondisi depo berhajat bantuan dari elementer dari keluarga, seakan proses penyembuhan bukan lagi merupakan keadaan yang penting dilakukan. 2.3.1 Tahapan Respon Klien terhadap Proses Kematian Menurut Kubler–Ross (1969) pada buku “On Death and Dying” hierarki respon nasabah terhadap proses kematian adalah: a. Penolakan (denial) Respon dimana nasabah tak percaya ataupun menolak terhadap apa yang dihadapi ataupun sedang terjadi. Penolakan ini berfungsi sebagai pelindung setelah mengindahkan benda yang tak diharapkan. b. Marah (anger) Fase bengis berjalan atas detik aras penafian tak lagi bisa dipertahankan. Rasa bengis ini terkadang alot dipahami oleh bagian anak bini karena dapat dipicu oleh hal-hal yang ala normal tidak menimbulkan kemarahan, acap berjalan karena merasa tak berdaya. c. Tawar – Menawar (bargaining) Secara psikologis, tawar-menawar dilakukan buat membaguskan dosa ataupun dosa masa lalu. Klien berupaya buat melakukan tawar-menawar dengan tuhan dengan cara diam ataupun dinyatakan secara terbuka. d. Kesedihan Mendalam (depression) Ekspresi kesedihan ini merupakan persiapan terhadap kelenyapan ataupun perpisahan baka dengan siapapun dan apapun. e. Menerima (acceptable) Pada bagian ini, nasabah fasih dan menerima keadaannya nasabah berangkat menemukan kedamaian dalam kondisinya, beristirahat buat memasok dan melancarkan perjalanan panjang.
  19. 19. 2.3.2 Asuhan Keperawatan Dalam hierarki respon nasabah tersebut, juru rawat dapat memasrahkan asuhan psikologis: a. Memberikan bantuan atas aras awal, juru rawat diharapkan memasrahkan bantuan atas nasabah pada aras penafian ini. Akan tetapi, budaya yang berjalan di Indonesia atas kondisi depo ini, klien dianggap berhajat asupan religi. Sehingga yang berjalan bukanlah juru rawat memasrahkan dukungan, tetapi anak bini nasabah membacakan doa-doa kepada klien. b. Memberikan bimbingan atas nasabah bahwa bengis ialah respon normal. Sekarang ini, juru rawat lebih memasrahkan bimbingan tersebut kepada anak bini nasabah biar anak bini nasabah juga tak cemas melihat nasabah arung cuaca seperti tersebut. c. Membantu nasabah mengekspresikan apa yang dirasakannya. Perawat tak lagi sendiri pada menghadapi nasabah pada kondisi terminal, hendak tetapi selalu banyak bagian anak bini yang asal untuk memasrahkan semangat ataupun dorongan kepada klien. Perawat bertambah berfungsi buat memberikan bimbingan kepada anak bini nasabah apa yang layak dilakukannya ketika nasabah bertemu respon respon tersebut. d. Perawat layak hadir sebagai pendamping dan pendengar. Yang dilakukan juru rawat hanyalah mengutarakan empatinya terhadap anak bini nasabah dan ikut serta membantu memotivasi anak bini klien. Asuhan psikologis dapat berubah bertemu dengan budaya dari anak bini nasabah tersebut. Klien pada kondisi depo tersebut berhajat dorongan ataupun bantuan mental dan kejiwaan dari keluarga, fungsi juru rawat pada keadaan ini tak terlalu banyak. Biasanya apabila anak bini tersebut mempunyai agama yang besar terhadap tuhan, mereka hendak bertambah memilah buat berdoa di sekeliling nasabah biar atma nasabah beka dapat diterima oleh yang kuasa. Ada lagi budaya kebiasaan tersebut memaksa nasabah meninggal di bangunan klien, nasabah langsung dibawa pulang ketika keluarga, ataupun bahwa nasabah berada pada kondisi terminal. 17 Gejala-gelala atas detik kondisi terminal: a. Nafsu makan berkurang b. Lesu c. Ganguan sistem peredaran darah, seperti darah tida dapat mengalir ke seluruh awak ala normal sehingga menjadikan kulit nasabah berubah jadi biru
  20. 20. d. Ganguan sistem pernapasan, seperti, nafas nasabah berbunyi, dan frekuensi bernafas nasabah bahkan lama bahkan berkurang e. Ganguan sistem gerak, orang sakit tak dapat bergerak bertemu keinginannya lagi f. Gangguan pencernaan, seperti, nasabah tak dapat mengambil makanan yang diberikan. Selain asuhan ala psikologis, juru rawat dapat memasrahkan asuhan keperawatan ala kedokteran kepada nasabah dengan cara (1) mengontrol linu dan fenomena lain, (2) memelihara nutrisi klien, (3) mengatur sukatan regular, (4) membebaskan jalan nafas, dan (5) menyediakan obat-obatan esensial. Seperti itulah jalan keperawatan atas orang sakit terminal, juru rawat dan bagian anak bini orang sakit berkolaborasi pada mencapai kesentosaan nasabah pada menuju perjalan yang amat panjang. Proses jalan pembelaan juga hendak jadi fleksibel dan bertambah bagi kepada aturan budaya dan kebudayaan yang dipercaya oleh bagian anak bini klien. Selama tak membahayakan klien, bagian rumah sakit hendak senantiasa latah budaya budaya anak bini tersebut.

AliExpress.com Product - Ocstrade Summer Sexy Rayon Bandage Dress 2019 New Arrivals Mesh Insert Women Bandage Dress Black Party Night Club Bodycon Dress

Oke pembahasan tentang makalah perspektif transkultural dalam keperawatan semoga info ini menambah wawasan terima kasih

Tulisan ini diposting pada kategori transkultural dalam keperawatan, perspektif transkultural dalam keperawatan, konsep transkultural dalam keperawatan,

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kehidupan Politik, Sosial, Ekonomi Dan Budaya Pada Kerajaan Tarumanegara Politik Kerajaan Tarumanegara

Hohoho, selamat sore di "Indonesia Dalam Berita", artikel ini akan membahas tentang politik kerajaan tarumanegara Kehidupan Politik, Sosial, Ekonomi Dan Budaya Pada Kerajaan Tarumanegara simak selengkapnya HINDUALUKTA -- Secara etimologi Tarumanagara berasal dari kata Taruna yang artinya negara atau negeri dengan Nagara yang merupakan dari kata Tarum yaitu sebuah sungai di Jawa Barat ialah sungai Citarum. Kerajaan Tarumanegara tercata dalam asal usul sebagai salah satu negeri Hindu yang pernah berkuasa di Jawa dari abad 4 sampai 7 masehi. Menurut sejarah, negeri Tarumanegara didirikan pada tahun 358, dengan salah satu rajanya yang membelokkan terkenal adalah raja Purnawarman. Bukti yang ditemukan sebagai catatan negeri Tarumanegara adalah tujuh batu bersurat batu yang ditemukan di Lebak Banten (1), Bogor( 5) dengan Jakarta (1). Dari ke tujuh prasasti tersebut diantarnya yakni:  Prasasti Pasir Awi, Prasasti Jambu, Prasasti Muara Cianten, Prasasti Ciaruteun, Pra...

KESENIAN MADURA GENDING MADURA FULL RARI TARI Kesenian Dari Madura

Hi, selamat malam di "Indonesia Dalam Berita", artikel ini akan dibahas mengenai kesenian dari madura KESENIAN MADURA GENDING MADURA FULL RARI TARI simak selengkapnya. AliExpress.com Product - Ocstrade Summer Sexy Rayon Bandage Dress 2019 New Arrivals Mesh Insert Women Bandage Dress Black Party Night Club Bodycon Dress HandayaniRecord Official mempersembahkan buah karya kami untuk anda nikmati sebagai konser keluarga yang cukup dengan bermanfaat sebagai hiburan, Semua adegan sudah kami setting. andaikata ada kesamaan cap dengan lainnya. Mohon maaf ------------------------------------------------------------- Silahkan Dilihat Juga Chanel Terkait : Channel Group reno puri: https://www.youtube.com/channel/UCjO5... handayanirecord official: https://www.youtube.com/channel/UC50V... indonesian review : https://www.youtube.com/channel/UCQXk... masakan mama : https://www.youtube.com/channel/UCAJv... DakwaQ Official: https://www.youtube.com/channel/UCxy4... Terima Kasih Untuk Su...

Memahami Teori Utilitas, Marginal Utility, Indifference Curve, Dan Marginal Rate Of Substitution Pengertian Marginal Utility

Hallo, selamat sore di "Indonesia Dalam Berita", artikel ini akan membawa pembahasan mengenai pengertian marginal utility Memahami Teori Utilitas, Marginal Utility, Indifference Curve, dan Marginal Rate of Substitution simak selengkapnya Untuk barang kali ini kita bakal belajar atas aturan utilitas ( utility theory ), pengertian marginal utility , ancangan marginal utility dan indifference curve di mahir gajak konsumen, serta pengertian marginal rate of substitution . 1. TEORI UTILITAS. Pada bagian ini kita bakal mahir coret-coretan alas utilitas, pengertian marginal utility , serta the law of diminishing marginal utility . 1.1. Konsep Dasar Utilitas. Secara leksikal, kata utilitas ( utility ) dimaknai sebagai ‘the quality or state of being useful‘ ( www.merriam-webster.com ). Dalam hal ini, utilitas memberitahukan derajat kemanfaatan suatu objek. Sementara di ilmu ekonomi, konsep utilitas memberitahukan babak kegembiraan pelaku ekonomi tempat konsumsi barang/jasa...