
Hallo, bertemu kembali di "Indonesia Dalam Berita", di kesempatan akan membawa pembahasan mengenai budaya dan tradisi Macam-macam Budaya dan Tradisi Unik di Bali serta penjelasan simak selengkapnya.
Budaya dan adat-istiadat yang diwariskan oleh leluhur, andaikan dilestarikan cukup masa ini ini absolut bakal jadi sebentuk adat-istiadat unik, bagaikan yang saya banyak temukan di area Indonesia terbabit jua Bali, harta ataupun warisan masa lampau tersebut, jadi sesuatu kejadian yang sangat menarik, tak cuma bagi wisatawan, bahkan jua bagi warga lokal. Sejumlah adat-istiadat distingtif yang disuguhkan jadi sebentuk pementasan dan sebagai jambar bagi pelancong yang pakansi ke daratan Bali. Budaya serta adat-istiadat distingtif tersebut masih bisa berbunga dan dilestarikan cukup masa ini ini sangat berkaitan dengan keyakinan masyarakat bakal ritual ataupun ambalan yang terbungkus pada sebentuk tradisi.
Keyakinan masyarakat bakal adat-istiadat yang dilakukan oleh warga atas sebentuk tempat, berdasarkan keyakinan warga setempat, bagaikan keyakinan bakal berjalan musibah andaikan adat-istiadat ataupun ritual tersebut tak dilakukan, ataupun atas berasosiasi dengan keyakinan berakidah buat penghormatan kepada Tuhan ataupun atas leluhur. Tradisi distingtif yang digelar atas sejumlah ruang di daratan Bali tersebut, jadi kejadian yang istimewa buat dinikmati oleh wisatawan, apalagi membayangkan yang kebetulan pakansi di daratan Dewata, bakal memperoleh pengalaman istimewa yang tak bisa ditemukan di daerah lainnya.
Macam-macam Budaya dan Tradisi Unik di daratan Bali
Berikut macam-macam adat-istiadat distingtif yang ada di beberapa ruang di daratan Bali, serta penjelasan detailnya berikut;
1. Pemakaman desa Trunyan

2. Tradisi Mekare-kare

3. Tradisi Omed-omedan

4. Tradisi Mekotek

5. Gebug Ende Seraya

6. Tradisi Mesbes Bangke
Sebuah budaya dan adat-istiadat yang benar-benar ekstrim dan distingtif di daratan Bali. Tradisi ini berlangsung di Banjar Buruan, Tampak Siring, Gianyar ini tentu , adat-istiadat Mesbes Bangke ataupun mencabik-cabik bangkai tentu hadir mengerikan dan menyeramkan, apalagi bagi membayangkan yang anyar pertama kali ataupun mengenal adat-istiadat tersebut. Yang mana awak ataupun bangkai seseorang yang bakal dikremasi (ngaben), bakal dicabik-cabik oleh warga dusun Buruan sebelum menuju ruang pembakaran mayat, bangkai tersebut bakal ditunggu oleh warga di dalam pekarangan rumah, sehabis bangkai tersebut cabut dari pintu gerbang rumah, barulah warga mencabik-cabik bangkai tersebut, atas bersemangat, bahkan ada cukup naik ke atas bangkai yang cukup diusung. Tradisi cuma ini berlaku buat membayangkan yang ngaben seorang diri (pribadi) tak berlaku buat ngaben masal.
7. Tradisi Makepung

8. Tradisi Megibung di Karangasem

9. Tradisi Mesuryak

10. Upacara Melasti

11. Pawai Ogoh-ogoh

12. Hari Raya Nyepi

13. Upacara Ngaben di Bali

14. Sapi Gerumbungan di Buleleng

15. Tradisi Ngerebong

16. Tradisi Ngusaba Bukakak di Sangsit

17. Perang kupat di Kapal

18. Tradisi Ngerebeg di Tegalalang
Tidak cuma beken dengan keindahan alamat darmawisata sawah terasering yang jadi destinasi darmawisata dan alamat tour wajib di daratan Bali, Tegalang jua memegang adat-istiadat distingtif bernama Ngerebeg. Tradisi ini melibatkan ananda jantan saja, bahkan mulai yang balita cukup dengan kala yang tergabung pada sekehe Truna (organisasi pemuda) di desa tersebut. Yang atraktif ialah saban akseptor dirias dengan wajah seram dan menakutkan dengan warna-warna yang dipilih seorang diri oleh peserta. Adapun riasan seram tersebut buat mewakili bangun wong samar (makhluk halus) yang sering mengganggu anak-anak. Digelarnya adat-istiadat Ngerebeg ini bertujuan buat memasrahkan ruang bagi wong samar tersebut, sekaligus memasrahkan persembahan, agar bisa hidup berdampingan dengan manusia dan tak saling mengganggu. Tradisi inipun digelar menurut teratur oleh 7 dusun di desa Pekraman Tegalalang, pada deretan pujawali yang digelar atas Pura Duur Bingin.
19. Tradisi Mebuug-buugan di Kedonganan
Sebuah adat-istiadat distingtif di daratan Bali yang digelar saban setahun banget tepatnya saban hari Ngembak Geni (sehari sehabis perayaan Nyepi), adat-istiadat ini sebenarnya ialah harta budaya leluhur, tetapi sempat lama vakum, namun beberapa warsa terakhir adat-istiadat Mebuug-buugan kembali digelar, lokasinya seorang diri ialah di alun-alun rawa-rawa jenggala Mangrove desa Kedonganan, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung Bali. Pada era adat-istiadat ini berlangsung, akseptor bakal melumuri awak membayangkan dengan lumpur, apalagi tentu tempatnya di daerah rawa-rawa berlumpur di desa tersebut, sehabis seberinda puas mandi lumpur, membayangkan pergi ke miring Kedonganan buat membersihkan diri. Tujuan adat-istiadat ini digelar memegang makna metaforis sebagai aliran membersihkan diri ataupun awak dari pengaruh minus yang nantinya sehabis dilumuri lendut bakal dibersihkan lagi di pantai.
20. Tradisi Nyakan Diwang
Tradisi ini digelar di desa Banjar, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Nyakan Diwang berarti masak di dalam rumah, sehingga era adat-istiadat ini berlangsung bahwa warga desa Banjar bakal masak di dalam bangunan membayangkan ataupun di pinggir jalan. Sebuah adat-istiadat distingtif yang pernah digelar turun temurun dan masih bertahan cukup sekarang. Tradisi Nyakan Diwang di Buleleng ini digelar Dini hari era perayaan Hari Raya Nyepi, biasanya Nyepi anyar buka pukul 06.00 wita, tetapi di desa Banjar buka kian dahulu atas pukul 03.00 wita dini hari, sehingga jalan besar di alun-alun ini masih lengang tak ada lalu lalang kendaraan yang melintas, dan era itulah warga mulai cabut bangunan dan memasak. Tujuan digelar adat-istiadat ini buat menyucikan lingkungan bangunan dan dapur serta adat-istiadat ini melambangkan bangun dari peningkatan jalan menyama braya ataupun menjalin hubungan persaudaraan antar sesama, dan jua sebagai ungkapan syukur sehabis gajah-gajahan Brata Penyepian.
21. Tradisi Megoak-goakan di Buleleng
Sejarah dahulu berdirinya Buleleng absolut tak lepas dengan Ki Barak Panji Sakti yang suah memerintah Kerajaan Buleleng, adat-istiadat distingtif megoak-goakan ini seorang diri masih berlangsung dan bertahan cukup era ini di desa Panji Buleleng, buat menghormati jasa-jasa dari aru Ki Barak Panji yang beken sebagai pemimpin yang beken baik hati dan memegang jiwa kepemimpinan tinggi. Permainan konvensional kuno tersebut muncul, atas aru terinspirasi oleh seekor goak (gagak) yang cukup mengincar mangsanya, dan dendang tersebut melaksanakan cara agar bisa menangkap mangsanya. Hal tersebutlah melaksanakan aru mempraktekkan cara dendang tersebut dengan mengajak prajuritnya melakukan sebentuk permainan yang dinamakan megoak-goakan. Tradisi distingtif di daratan Bali ini bisa jadi pementasan darmawisata dan alamat tour di alun-alun Bali Utara.
22. Tradisi Siat Sampian di Bedulu
Tradisi distingtif ini digelar di Pura Samuan Tiga Bedulu, yang mana bandar tersebut sebagai tonggak asal usul dan ruang diskusi buat membaurkan sekte yang ada di daratan Bali, sehingga muncullah istilah Pura Kahyangan tiga di saban desa Pekraman. Siat berarti konflik sebaliknya sampian berarti deretan busung sebagai aparat persembahyangan, sehingga adat-istiadat pada adat-istiadat ini konflik ini menggunakan aparat sampian baik dilakukan oleh warga jantan maupun perempuan, dengan jalan pawintenan, Siat Sampian ini digelar pada deretan pujawali di Pura Samuan Tiga, yang mana dilakukan oleh pengayah (peserta) jantan yang disebut sebagai Jro Parekan dan pengayah awewe disebut Jro Permas, selain bertujuan penghormatan bersatunya sekte di daratan Bali jua sampian yang digunakan sebagai karakter dari senjata cakra Dewa Wisnu, yang berarti buat perlawanan dharma (kebajikan) atas adharma (kejahatan)
23. Tradisi Mepantigan
Tradisi ini ialah sebentuk aksi membela memenangkan diri tradisional, Mepantigan berarti membanting, yang mana pada adat-istiadat ini diperlukan kelihaian buat bisa membanting lawan, permainan membela memenangkan diri konvensional kuno ini bisa dilakukan dimana saja, yang penting arealnya berlumpur, sehingga oponen yang dibanting tak berbahaya, tetapi bakal penuh balutan lumpur. Peserta bertanding ahad oponen ahad dengan cara membanting lawan, kemudian bergulat dan memugas lawan, tak cuma sekedar keberanian, tentu diperlukan teknik agar bisa membanting oponen di lumpur, sehingga hadir layaknya gulat lumpur, membayangkan bergumul dan saling buang di lumpur.Tradisi Mepantigan ini suah trend dan dijadikan pementasan budaya yang sering digelar, salah satunya di sebentuk hotel di Ubud, namun masa ini pementasan tersebut tak ada lagi. Dan masa ini Mepantigan masih bisa anda temukan di Pondok Mepantigan Bali, lokasinya di Banjar Tubuh, Batubulan, Gianyar.
24. Tradisi Mepeed di Sukawati
Desa Sukawati tak cuma beken sebagai destinasi darmawisata belanja dengan pasar seni yang menyediakan keperluan oleh-oleh pelancong yang pakansi ke daratan Bali, tetapi Sukawati jua memegang adat-istiadat Mepeed yang melambangkan sebentuk budaya dan kebajikan lokal yang masih dipertahankan cukup era ini dan jadi pementasan yang atraktif jua buat disaksikan. Mepeed ialah berbaris beriringan cukup ratusan meter dengan baju khas budaya Bali, biasanya membayangkan ialah kaum ibu yang mengarak banten gebogan adalah deretan buah, jajanan, busung sebagai aparat apel keagamaan yang disusun bertingkat. Tetapi Mepeed di Sukawati diikuti oleh semua kalangan, jantan ataupun awewe dari anak-anak cukup lansia, dengan baju budaya Payas Agung dengan pakem Sukawati yang masih dipertahankan cukup sekarang. Tradisi ini ialah pementasan darmawisata yang ada di daratan Bali dan jadi intermezo atraktif bagi wisatawan.
25. Tradisi Mbed-mbedan
Tradisi distingtif di daratan Bali ini digelar saban warsa sekali, tepatnya era Hari Raya Ngembak Geni (sehari sehabis Nyepi) di desa budaya Semate, Kelurahan Abian Base, Kecamatan, Mengwi, Kabupaten Badung. Pernah vacum beberapa tahun, tapi atas dirasa penting bahwa adat-istiadat Mbed-mbedan ini dibangkitkan lagi, alamat dari adat-istiadat ini digelar ialah buat menghormati jasa seorang bersih yang berjasa di desa Semate ini, beliau ialah Rsi Mpu Bantas, yang mana pada ekspedisi sucinya bertemu sebentuk jenggala yang dipenuhi pokok kayu gawang putih, dan menurut tak sengaja bertemu keturunan Mpu Gni Jaya dan memerintahkan buat melaksanakan pelinggih di jenggala tersebut atas angker, sehabis pelinggih tersebut selesai berjalan anjur ulur penamaan bandar tersebut, dari sinilah (tarik-ulur) cikal benih Mbed-mbedan tersebut.
26. Tradisi Dewa Mesraman di Klungkung
Tradisi distingtif di daratan Bali ini awalnya tentu berasal dari desa Panti Timrah Karangasem, atas sejumlah penduduknya menetap di Paksebali, Klungkung membayangkan masih membawa budaya dan adat-istiadat daerah asalnya, bahwa Dewa Mesraman tersebutpun wajib digelar saban Saniscara Kliwon wuku Kuningan ataupun bertepatan dengan Hari Raya Kuningan, adat-istiadat distingtif tersebut jua melambangkan deretan ritual di dari Pujawali ataupun piodalan di Pura Panti Timbrah yang terwalak di Banjar Timbrah, desa budaya Paksebali, Kec. Dawan, Klungkung. Dewa Mesraman, dari teori cakap Mesraman berasal dari “mesra” yang berarti bersenang-senang menurut lahir batin. Dalam adat-istiadat tersebut Jempana yang melambangkan stana dari Ida Bhatara diusung dan diarak, saling berkejaran dan tabrak, seolah berjalan konflik jempana, luapan kegembiraan hadir diantara pengayah.
27. Nikah Massal di Pengotan
Tradisi ini tentu layak unik, biarpun pada adat-istiadat ini cuma ritual ataupun upacaranya sahaja yang dilakukan bersamaan ataupun berbarengan, absolut kejadian tersebut jadi salah ahad budaya ataupun adat-istiadat yang berbeda dibandingkan apel pernikahan di daratan Bali, dan ini bakal jadi pemandangan distingtif bagi membayangkan yang menyaksikannya. Tradisi Nganten (Nikah) Massal ini bisa ditemukan di desa Pengotan – Bangli, desa ini jua melambangkan salah ahad Desa Bali Aga (desa Bali Kuno) yang tentunya memegang harta budaya yang unik, bagaikan Tradisi Nikah Massal yang digelar dua kali pada setahun adalah saban sasih Kapat (Agustus – September) dan Kedasa (Maret – April). Upacara tersebut tak cuma berlaku bagi jantan sahaja tetapi jua bagi kaum awewe yang menikah ke dalam desa Pengotan.
28. Tradisi Perang Air di Gianyar
Tradisi ini dikenal jua dengan nama Siat Yeh, digelar saban setahun banget tepatnya era warsa anyar Masehi dimulai adalah tanggal 1 Januari di desa Suwat Gianyar. Ini melambangkan adat-istiadat distingtif dan berbeda terutama lagi era hari perayaannya, sangat jarang banget ritual di daratan Bali menggunakan agenda Masehi sebagai patokannya. Tujuan dari digelarnya Tradisi Perang Air di Gianyar ini ialah sebagai aliran pembersihan diri dari hal-hal minus yang pernah berjalan atas warsa sebelumnya agar di warsa yang anyar ini diharapkan tak menimpa warga kembali. Menurut warga Suwat di dahulu warsa yang anyar wajib bagi membayangkan buat melakukan pembersihan atas alam sekitar dan diri seorang diri agar pengaruh minus yang ada di lingkungan sekitar ataupun di pada diri saya seorang diri dapat acap dimusnahkan.
29. Tradisi Ngedeblag Kemenuh
Tradisi distingtif di daratan Bali berikutnya ialah Ngedeblag di Kemenuh Gianyar, dari namanya terasa layak asing bagi warga dalam desa Kemenuh, Gianyar. Ngedeblag ialah ambalan teratur yang digelar saban 6 bulan banget (kalender Bali) tepatnya atas hari Kajeng Kliwon, atas era peralihan sasih Kelima (bulan 5) ke sasih Kanem (bulan 6) pada agenda Bali ataupun sekitar bulan September – Desember agenda masehi. Para pengayah (peserta) jantan arus menggunakan kamben (kain) yang dilapisi dengan saput tanpa menggunakan baju, membayangkan jua dibuat jadi seseram mungkin, dengan cat cairan warna warni, dan ahad membarut pamor yang atas kening. Tujuan digelarnya adat-istiadat Ngedeblag buat membersihkan bhuana akbar (alam semesta) dan bhuana alit (diri manusia) agar desa Kemenuh terhindar dari segala bencana.
30. Tradisi Megebeg-gebegan
Tradisi distingtif ini berasosiasi dengan ritual keagamaan Hindu yang digelar banget pada setahun di catus pata akbar (perempatan) Desa Pekraman Dharma Jati, Tukad Mungga, Buleleng. Yang mana atas era adat-istiadat tersebut digelar para Sekee Teruna (pemuda desa) bakal memperebutkan atasan godel (kepala ananda sapi) yang melambangkan aparat baku era menggelar apel persembahan (sesajian) era ritual mecaru yang bertepatan era hari Pengrupukan (sehari sebelum Hari Raya Nyepi). Anak jawi tersebut dikuliti menyisakan kulit kali dan atasan godel sebagai aparat apel yang dikenal sebagai “bayang-bayang” dan sebagai simbolis bhuta kala yang bakal diperebutkan oleh anak muda desa. Pulau Bali tentu memegang banyak budaya dan adat-istiadat unik, bahkan tak semua orang tahu.
31. Tradisi Siat Yeh Jimbaran
Sebuah budaya dan adat-istiadat distingtif di desa Jimbaran ini jadi aksi ritual teratur yang digelar saban banget pada setahun, adalah atas hari besar Ngembak Geni (sehari sehabis Nyepi), pesertanya pemuda-pemudi dusun Teba. Tradisi Siat Yeh (perang air) ini dikatakan jua sebagai penglukatan Agung, di awali dengan menunduk tirta (air suci) di dua ruang sumber cairan berbeda adalah di arah Timur (pantai Suwung/rawah) dan rantau Sebelah Barat (pantai Segara), dua sumber ain cairan tersebut nantinya bakal dijadikan anasir baku pada Tradisi Siat Yeh ini. Maraknya pembentukan pariwisata kedua sumber cairan tersebut yang dulunya bersatu, kini tak lagi, sehingga masa ini dilakukan menurut simbolis pada aliran ritual.
Demikian macam-macam harta budaya leluhur berupa adat-istiadat distingtif yang masih terjaga dan berbunga lestari di daratan Bali era ini, dan jadi aset dari budaya bumi Nusantara – Indonesia. Selain itu masih ada sejumlah adat-istiadat distingtif lainnya yang bakal terus update informasinya. Beberapa diantaranya jadi jambar dan pementasan distingtif bagi wisatawan, sehingga adat-istiadat yang masih mengarak kebiasaan-kebiasaan masa lalu ini, menambah daya anjur daratan Bali ini sebagai alamat wisata.
Selain paket tour afdal dan sewa mobil di daratan Bali, kami sediakan beraneka macam pementasan darmawisata mulai dari snorkeling dan diving di Amed, Odyssey Submarine Bali di Antiga, beragam darmawisata bahari watersport Tanjung Benoa, seharian cruise dengan Bali Hai Cruise, Bounty ataupun Quicksilver cruise, cukup darmawisata mendaki Gunung Agung
Oke pembahasan mengenai Macam-macam Budaya dan Tradisi Unik di Bali serta penjelasan semoga artikel ini bermanfaat salam
Artikel ini diposting pada label budaya dan tradisi, budaya dan tradisi qatar, budaya dan tradisi masyarakat melayu dengan alam,


Komentar
Posting Komentar