Hi, selamat siang di "Indonesia Dalam Berita", di kesempatan akan membahas mengenai contoh lingkungan budaya Kementerian Kesehatan Republik Indonesia simak selengkapnya

- Dipublikasikan Pada : Selasa, 06 Maret 2018 00:00:00, Dibaca : 7.871 KaliTangerang, 6 Maret 2018
Perilaku melambangkan faktor yang memegang peranan hampir 60% dalam penentu kesehatan, di samping faktor lingkungan. Namun, tidak hanya itu, berbicara integritas akan sangat akrab kaitannya dengan faktor budaya masyarakat.
Menurut Menteri Kesehatan, Nila Farid Moeloek, saat melepaskan keterangan pers usai pembukaan Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) tahun 2018 di International Convention Center (ICE) BSD Tangerang, Selasa siang (6/3), budaya tentunya jua termasuk alpa eka faktor penentu yang merajai status kebugaran masyarakat.
''Salah eka contohnya budaya patriarki di Indonesia alias dominasi jantan di dalam keluarga, merajai biji kematian ibu. Seringkali terjadi keterlambatan dalam pengambilan hasil sehingga kesiangan dibawa ke bantuan kebugaran sehingga kesiangan mendapat penanganan'', bayan Menkes.
Contoh lain dari budaya di suatu alam yang merajai pola integritas asosiasi yang berdampak pada kebugaran adalah kegaliban mengunyah konsumsi dengan arah untuk melumatkan dengan diberikan kepada bayi. Hal ini membawa risiko besar bagi bayi yang diasuhnya, mengingat di dalam mulut orang dewasa banyak mekar mikroba dengan akan berbahaya bila mikroba tersebut cukup masuk ke dalam badan bayi.
Dijelaskan oleh Kepala Badan Litbangkes Kemenkes., Dr. Siswanto, MPH, bahwa berdasarkan Studi Etnografis di sekitar 50 Suku Etnis di Indonesia yang dilakukan Kemenkes menurut umum menemukan kejadian atraktif yang berkaitan dengan permasalahan stunting dengan ibu anak. Diantaranya pada pola pengambilan hasil tercantol pola perawatan bayi baru lahir bertumpu pada aki yang memiliki peranan penting. Hal atraktif lain adalah pola distribusi konsumsi di dalam keluarga alkisah cenderung yang paling diutamakan adalah bapak, selaku kepala keluarga.
''Hal ini perlu jadi perhatian, karena seperti kita ketahui pengharaman stunting yang perlu diperhatikan adalah remaja dengan ibu hamil, agar dipahami bahwa asupan konsumsi jumlahnya harus cukup dengan kualitas (gizi) nya jua harus cukup. Maka berdasarkan temuan itu, alkisah edukasi kebugaran perlu diperluas tidak hanya kepada ibu dengan suami, tetapi diperluas ke keluarga besar'', ujar Siswanto.
Ditambahkan oleh Direktur Jenderal Pencegahan dengan Pengendalian Penyakit, dr. Anung Sugihantono, M.Kes, bahwa faktor budaya dengan integritas sangat akrab kaitannya dengan persoalan kesehatan. Tidak hanya jadi hambatan (tantangan) bagi kebugaran sebenanrnya, budaya dengan integritas jua bisa jadi faktor pendukung.
Dijelaskan menurut khusus tercantol konteks integritas dalam persoalan gizi, kita berbicara mengenai tiga aspek, adalah memilih mengolah dengan menyajikan bahan makanan. Sementara dari bidang budaya faktor budaya, dalam pemilihan dengan pengerjaan hasil ada di Ibu, tetapi sisi pengajuan (konsumsi) bertambah banyak alokasi untuk Bapak.
''Pembelajaran kita lihat dari kejadian di Asmat beberapa waktu lalu, bahwa urusan pengerjaan konsumsi diserahkan tanggung balasan sepenuhnya kepada mamak-mamaknya tanpa melepaskan pendapatan yang cukup. Bahkan, bila anak cucu kurus, tertarik hanya mamak-mamak yang dipersalahkan'', imbuh Anung.
Ditegaskan oleh Anung, bahwa mengubah budaya asosiasi yang kurang bertemu dengan perinsip kebugaran bukanlah perkara yang mudah. Namun perubahan itu perlu dimulai dengan terus dilakukan, agar menurut perlahan terbentuk sebuah kesadaran dengan diharapkan jadi kebiasaan.
Menurut Anung, alpa eka perubahan kecil yang bisa dilakukan adalah mulai mengubah kegaliban alokasi sajian konsumsi bertemu dengan determinasi si piringku.
''Bagi kita yang usianya bukan lagi di masa-masa pertumbuhan, mulailah mengubah lembaran pengajuan konsumsi yang akan disajikan alias mengubah barisan pengambilannya. Piring diisi pertama kali oleh sayur dengan buah yang alokasi kebutuhannya bertambah banyak, diikuti lauk pauk, baru nasi dengan cecair putih'', tandasnya.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dengan Pelayanan Masyarakat,Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi bertambah lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dengan alamat email kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id. (myg)
Sekian pembahasan tentang Kementerian Kesehatan Republik Indonesia semoga artikel ini menambah wawasan salam
Artikel ini diposting pada label contoh lingkungan budaya, contoh interaksi lingkungan budaya, contoh lingkungan sosial budaya di sekolah,
Komentar
Posting Komentar