Hohoho, selamat malam di "Indonesia Dalam Berita", artikel ini akan membahas mengenai contoh identitas sosial Identitas Kebudayaan dalam Komunikasi AntarBudaya simak selengkapnya.
Orang asing melihat sarwa anak buah di sebentuk etnik merupakan sama walaupun terdapat antagonisme yang bena mendampingi model di etnik tersebut. Namun antagonisme dan persamaan tidak dipisahkan, persamaan-persamaan tertentu boleh melahirkan citra ataupun pandangan distingtif dari etnik tersebut kepada anak buah luar. Hal ini memasrahkan persepsi bahwa di antagonisme blok akan ada antagonisme gajak berkomunikasi ataupun singkatnya disebut ciri-ciri sosial. Sebagai contoh, saya melihat sarwa anak buah barat merupakan sama akibat ciri badan mereka sarwa hadir sama dengan kulit putih dan bertubuh lebih adiluhung dan besar dari kit sebagai anak buah Indonesia. Namun etnis barat ternyata memiliki antagonisme model yang dilihat dari letak geografis, bangun wajah, bahasa, aksen, cukup budaya. Ketika anak buah berkebangsaan Amerika dan anak buah berkebangsaan Rusia saling berbincang maka akan hadir antagonisme bena mulai dari aksen dan daya bicara.
Perbedaan global menurut geografis ditandai akibat faktor-faktor geopolitik yang memperkuat komunikasi mendampingi regional justru internasional. Oleh karena itu, atas pembahasan komunikasi antarbudaya selalu membicarakan tampilan gajak yang dipraktekkan kebanyakan masyarakat satu bilangan geografis sebagai kebudayaan. Dari pernyataan tersebut menandakan bahwa panjang budaya boleh dijadikan sebagai peluang prosedur studi komunikasi antarbudaya meskipun komunikasi lin budaya dengan modalitas budaya. Modalitas budaya merupakan pola gajak menurut terus melesap sehingga dipandang sebagai gajak distingtif satu peradaban yang menyubstitusi orang-orang dari daerah tersebut. Seperti yang dijelaskan atas pargraf sebelumnya bahwa antagonisme letak geografis dari tempat bercokol satu etnik akan membedakannya dengan etnik lain.
Dalam aktivitas ini terdapat orang-orang yang terhitung di kelompok-kelompok tertentu dan ada pula orang-orang yang tidak terhitung di blok manapun. Salah satu model blok merupakan salient grup. Salient grup merupakan sekolompok anak buah yang menampilkan nilai budaya dari blok panjang budaya. Kelompok ini sering dikenal dengan sub kultur, mikro kultur, ataupun blok referens yang bermuara atas panjang budaya.
Sub kultur merupakan kata untuk mengidentifikasi blok dengan gajak yang lebih spesifik dari kebanyakan kelompok. Sub kultur ini di anut akibat orang-orang yang mempunyai persepsi timbal balik sama. Penganutnya sering dikategorikan sebagai mikro kultur yang budayanya banyak berpengaruh atas gajak komunikasi antarbudaya. Jadi kategori dari orang-orang yang beragama sub kultur merupakan mikro kultur. Berarti antara sub kultur dan mikro kultur merupakan tidak boleh terpisahkan.
Komunikasi antra-etnik melambangkan nilai-nilai budaya yang sama yang dimilki individu-individu (anggota) di satu blok sehingga tertutup bagi perseorangan asing untuk memasuki justru mengenali blok etnik tersebut. akibat karena itu boleh dikatakan bahwa komunikasi antarpribadi ataupun komunikasi blok yang terjadi diantara kelompok-kelompok agama boleh dikategorikan sebagai komunikasi antar-etnik.
Ras melambangkan arah genetikal yang boleh dilihat sebagai ciri distingtif dari sekelompk orang, atas umumnya arah itu dikaitkan dengan ciri badan tubuh, bermacam-macam kulit, bermacam-macam rambut, dll. Orang Cina melambangkan etnis kuning, anak buah Afrika termasuk etnis hitam, anak buah melanisia, polinisia, malaysia, serta mikronesia termasuk golongan etnis cokelat. Komunikasi antar-ras diwujudkan di komunikasi antara perseorangan ataupun blok yang berbeda ras. Dalam aktivitas sehari-hari komunikasi antar-ras boleh dilakukan di kondisi mendampingi pribadi, kelompok, organisasi, meskipun komunikasi massa.
Adalah komunikasi yang terjadi di lingkungan keluarga, baik itu merupakan lingkungan keluarga pati ataupun keluarga luas. Perilaku komunikasi antara ataupun melibatkan anak buah berumur dengan bawah umur bersaudara meskipun sepupu di satu ruang lingkup di sebentuk peradaban yang sama boleh dikategorikan sebagai komunikasi intra-keluarga. Melalui ikatan kekerabatan di intrakeluarga terjadilah pembentukan kebiasaan berkomunikasi, hal ini disebabkan akibat keluarga yang mengambil peran sebagai agen sosialisasi nilai dan norma umum. Komunikasi ini boleh menampilkan ciri-ciri kemasyarakatan satu sub kultur.
Komunikasi kelas kemasyarakatan terjadi di antara pribadi-pribadi dari anak buah –anggota dengan satu peradaban yang sama namun dipisahkan berdasarkan kelas sosial, ini terhitung sama dengan stratifikasi kemasyarakatan yang dimana terdapat antagonisme strata (kasta) di sebentuk kelompok.
Sebagai manusia saya berhak memilih tempat bercokol yang sesuai dengan tujuan aktivitas saya masing-masing, walaupun itu berarti tujuan hidup saya tidak ada di tanah kelahiran saya sendiri. Mobilitas manusia antar-wilayah geografis tidak saja membawa pergerakan kemasyarakatan namun juga pergerakan budaya. Oleh karena itu di satu lingkungan kawasan tinggal ataupun desa dan metropolitan ditemukan ada beragam suku anak dan etnis : di jakarta di mana ada anak buah batak, ambon, sunda, dsbg. Atau ataupun di satu lingkungan kawasan tinggal di satu desa ataupun metropolitan sekadar didiami akibat sekelompok anak buah dari suku anak dan etnis yang sama : anak buah cina di pecinan/kota cina.
Seringkali keadaan geografis melainkan cara-cara anak buah berbincang yang paling tidak terdapat atas aksen dan dialek. Aksen dan dialek diketahui boleh melainkan awal kabupaten ataupun wilayah berbincang tertentu.
Kehidupan perkotaan dan pedesaan banyak berpengaruh terhadap daya hidup penduduknya. Orang metropolitan sering di persepsikan sebagai komunitas yang rasional, berorientasi atas kerja daripada relasi, terbuka di banyak hal (self disclosure) terutama atas pesan-pesan tentang seperti sex, politik, kekuasaan, ikatan hirarkis impersonal, justru individualistik. Sebaliknya, anak buah desa dianggap cenderung tertutup, emosional, kolektif, magis, tidak realistis, dan lebih berorientasi atas perhubungan daripada kerja. Dalam ikatan komunikasi rural-urban ini anak buah desa meskipun metropolitan tidak boleh mengelak dari komunikasi antarpribadi, antarkelompok di antara mereka. Karena meluasnya sarana transportasi.
Kadang-kadang saya menemukan Ada antagonisme gajak budaya antara perempuan dan laki-laki yang termasuk juga daya berkomunikasi. Studi tentang komunikasi gender bertujuan untuk melainkan pola-pola komunikasi mendampingi pribadi dengan mempertimbangkan faktor antagonisme model kelamin. Komunikasi lisan & jangan lisan mendampingi model kelamin (laki-laki dan perempuan, laki-laki dan laki-laki, perempuan dan perempuan) meskipun komunikasi mendampingi model kelamin dan antarbudaya.
sumber referensi : Dasar-Dasar Komunikasi AntarBudaya akibat Dr. Alo Liliweri,
Oke detil tentang Identitas Kebudayaan dalam Komunikasi AntarBudaya semoga artikel ini berfaedah salam
Artikel ini diposting pada kategori contoh identitas sosial, contoh identitas sosial dalam kehidupan sehari-hari, contoh identitas dalam hubungan sosial,
Komentar
Posting Komentar