Langsung ke konten utama

Dinas Sosial Provinsi Riau Kebudayaan Suku Sakai

Dinas Sosial Provinsi Riau

Hohoho, selamat siang di "Indonesia Dalam Berita", artikel ini akan membawa pembahasan mengenai kebudayaan suku sakai Dinas Sosial Provinsi Riau simak selengkapnya

MENGENAL SUKU-SUKU ASLI (KOMUNITAS ADAT TERPENCIL) DI PROVINSI RIAU Oleh : Dodi Ahmad Kurtubi

Details
Category: Artikel
Published: Tuesday, 05 September 2017 04:55

Pendahuluan

Sebagaimana yang dicita-citakan dalam amanat UUD 1945, ialah mewujudkan asosiasi yang adil, makmur dengan sejahtera lahir dengan batin. Kekhawatiran balasan dari ketertinggalan dengan terisolasi, sehingga manjadikan Komunitas Adat Terpencil (KAT) terhambat perkembangannya dalam segala arah aktivitas sebagai dampak semakin keteter dari asosiasi lainnya yang menduga memperoleh pelayanan sosial dasar. 

Disisi lain keberhasilan aktualisasi program ekspansi atas suatu asosiasi tradisional amat berangkaian erat dengan tingkat partisipasi warga asosiasi bersangkutan, teperlus atas Komunitas Adat Terpencil (KAT). Rendahnya peran aktif warga asosiasi mencerminkan bahwa warga asosiasi yang bersangkutan tak menjumpai manfaat atau tak sesuai dengan keperluan program ekspansi yang diterapkan atas KAT. 

Dengan menyadari pentingnya peran bersama asosiasi tradisional untuk terlibat dalam beragam program ekspansi maka pemahaman atas dimensi aktivitas sosial budaya dengan area Komunitas Adat Terpencil menjadi penting lewat pengenalan atas sosial budaya Suku-Suku Asli (KAT) di Provinsi Riau.

Secara geografis dengan demografis KAT di Provinsi Riau dikelompokkan dalam 5 Suku, ialah Suku Sakai, Suku Akit, Suku Talang Mamak, Suku Bonai dengan Suku Laut (Duano) yang tersebar di jumlah Kabupaten, atas umumnya lagi keteter menurut sosial dengan perniagaan dengan belum mendapat pelayanan sosial dasar, dikarenakan geografis yang atas umumnya lagi siap yang berat dijangkau bagi alat transportasi baik bahar dengan darat (tergantung atas kondisi alam). 

Dalam artikel ini hendak disampaikan menurut ringkas informasi mengenai kelompok Suku-Suku Asli yang siap di Provinsi Riau, khususnya mengenai babad singkat, ikatan kekerabatan dengan unsur-unsur yang mempengaruhi atas cermin ikatan antar genus bersama pengaruh balasan kelanjutan masyarakat. 

A. Suku Sakai  

    1. Riwayat Singkat

Asal cakap “Sakai” sampai era ini belum terbongkar menurut pasti. Ada yang mengatakan cakap Sakai tersebut berasal dari nama pohon yang berlimpah tumbuh di Kecamatan Mandau, ialah pohon “Sikai”. Informasi lainnya mengatakan cakap Sakai itu ialah dari Sungai, ialah sungai Sikai. Menurut keterangan getah perca datuk Sakai, nama Sakai baru siap mulai zaman kolonialisme Jepang. Sebelum itu Suku Sakai dikenal dengan nama ”Uang Daek” (orang darat) atau genus ”Pebatin”. Istilah Sakai atas mulanya dipakai bagi angkatan Jepang untuk membedakan asosiasi biasa dengan getah perca angkatan pejuang. Jepang menyebut rakyat biasa yang bukan pembebas dengan sebutan orang ”sakai”. Akhirnya nama tersebut melekat atas awak mengatur sampai masa ini dengan sebutan ”Uang Daek” atau ”Suku Pebatin” rentang waktu kelamaan menjadi hilang dengan sampai masa ini dikenal dengan Suku Sakai. 

Suku Sakai memiliki kultur asli sorangan yang berparak dengan Suku anak Melayu lainnya di Riau. Orang Sakai yang kita temui di Riau ialah Sakai dengan kultur yang menduga mengalami akulturasi dengan kultur lainnya. Menurut catatan naskah bahwa dini dibentuknya budaya masa ini dalam ahad Dasawarsa terakhir, mengatur berkelaluan berjiwa bersunyi-sunyi didalam alas belantara ”Batin Selapan” yang sukar dicapai bagi orang luar dengan cuma dikunjungi bagi segelintir orang Melayu.

Sebagai etnis veddoid asli, maka area Hukum Adat Perbatinan Sakai menduga rentang waktu diakui jauh dini kemaharajaan Kesultanan Siak Sri Indrapura. Oleh karena itu, dalam budaya Sakai mengatur memahami “Hak Ulayat” (Beschikkingsrech) yang kekuasaannya berada ditangan persekutuan hukum komunitas Sakai. Namun karena mulai dahulu eksistensi Sakai ini menduga terdesak bagi kultur Melayu Siak, Rokan dengan Tapung hingga masa ini bagi beragam kepentingan ekspansi (pertambangan, kehutanan dengan perkebunan), maka lambat laun kehadiran Hak Ulayat Suku Sakai semakin memudar. 

Sejarah menduga mendemonstrasikan bahwa dalam “Sakai Gebeit” jelas datang pembagian area perbatinan Suku Sakai Batin Selapan dengan Batin Lima, akhirnya diperkuat berulang dengan “Besluit” Kerajaan Siak Sri Indrapura yang mengakui eksistensi hukum budaya Sakai di Kecamatan Mandau sekarang. Dengan begini pernah barang tentu “Hak Ulayat” Sakai harus diakui keberadaannya. Menurut pasal 3 UUPA 1960 dijelaskan bahwa : “Hak Ulayat dengan hak-hak serupa dari masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang menurut bukti lagi ada, lagi berjalan boleh dilaksanakan, tetapi harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kepentingan nasional dengan Negara, yang berdasarkan atas persatuan anak bersama tak boleh bertentangan dengan Undang-undang dengan peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi.

    2. Unsur-unsur Kebudayaan

        a. Pranata Kekerabatan dengan Organisasi Sosial

Garis kemasukan Suku Sakai yang asli ialah “Matrilineal” artinya mengikuti kemasukan bani perempuan, bagai yang berlaku dalam budaya Minangkabau. Dalam budaya Sakai benar wanita sangatlah besar. Semua arta benda, baik yang bergerak maupun tak bergerak ialah milik perempuan. Kedudukan Kepala Suku diwariskan lewat perempuan. Anak-anak mengikuti ibunya bukan ayahnya. 

Harta warisan menurut umum ditetapkan bahwa atas akhir hayat istri, warisan dibagi tiga : sepertiga untuk suami, sepertiga untuk anak bini istri dengan sepertiga dibawa kedalam kubur. Pada akhir hayat suami, semua arta yang diperoleh selama pembauran hendak dibagi antara istri dengan anak bini suami. Kasus poligami dengan poliandri tak diperoleh dalam Suku Sakai ini. Secara umum bakti pembauran dalam budaya Suku Sakai bernilai tinggi.

Akibat pengaruh budaya Melayu dengan warna Islami yang menduga berlangsung lama, maka sistem kekerabatan asli Suku Sakai berlimpah mengalami perubahan. Dalam definisi cakap Suku Sakai masa ini merupakan sistem kekerabatan Bilineal (menggunakan kedua-duanya sistem kekerabatan matrilineal dengan patrilineal). Misalnya, pembauran seketurunan bok dilarang, begitu lagi dengan seketurunan ayah. Peran Kepala Suku dengan Paman dalam pembauran menduga digantikan bagi Ayah kandung. Pembagian arta warisan mengacu atas Hukum Islam ialah duet cuilan untuk jantan dengan ahad cuilan untuk perempuan.

        b. Pranata Politik dengan Kepemimpinan.

Sistem kepemimpinan tradisional genus Sakai ialah ” Sistem Perbatinan” sejenis kepala genus atau penghulu dalam budaya Melayu. Perbatinan sakai terdiri ” Batin Selapan” dengan ” Batin Limo” yang jabatan) jumlah area di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis. Berdasarkan informasi yang diperoleh bahwa awal ajakan perbatinan tersebut merupakan 13 keluarga, 1 yang melaksanakan dukuh bujur di kawasan alas Mandau sebagai tempat tinggalnya. Bantin selapan terdiri atas : Batin Bombam Petani, Batin Sebangar Sungai Jeneh, Batin Betuah, Batin Bumbung, Batin Sembunai, Batin Jalelo, Batin Beringin dengan Batin Bomban Seri Pauh. Batin Limo terdiri atas Batin Tengganau, Batin Beromban Minas, Batin Belitu, Batin Singameraja dengan Batin Meraso. Masing-masing kelompok kerabat ada induk, ialah Batin Selapan induknya ialah Batin Jalelo, Batin Delimo induknya ialah Batin Tengganau. 

        c. Pranata Ekonomi,  Ilmu Pengetahuan dengan Teknologi

Mata pencaharian pokok kayu Suku Sakai atas dasarnya orang tani dengan pengumpul hasil alas yang amat tercantel atas kebaikan alam.  Mayoritas Suku Sakai tak memiliki mata pencaharian yang tetap, Suku Sakai atas umumnya bekerja ”serabutan” dengan ”musiman” yang istilah mengatur sehari-hari disebut bekerja mocok-mocok artinya jika sedang siap pekerjaan yang boleh menghasilkan uang, mengatur hendak bekerja. Sebaliknya jika tak siap pekerjaan mengatur hendak menganggur.

Mata pencaharian lain Suku Sakai ialah berkebun yang dilakukan menurut sub sistem, khususnya memangku kelunak lambau dengan kelunak menggalau dengan menangkap ikan yang awam untuk pemakaian sendiri.

B. Suku Akit 

    1. Riwayat singkat 

Mengenai babad kelanjutan Suku Akit bermula dari genus laut, jika dilihat dari awal muasal dari Suku Melayu Riau era ini sama halnya dengan genus anak lainnya yang siap di Indonesia, ialah beragam percampuran genetika etnis yang berasal dari pusat-pusat penyebaran di segala penjuru dunia.

Menurut kelanjutan babad genus asli Akit yang siap di Pulau Rupat Kabupaten Bengkalis khususnya di Desa Titi Akar dahulunya teperlus dari Siak Sri Indrapura yang teperlus kerajaan Melayu Riau. Kerajaan ini didirikan sekitar abad 17 bagi Raja Kecik yang digelari Sultan Siak yang berada di pinggir Sungai Siak. Kelompok ini mengungsi ke daerah lain atas permintaan genus tersebut pindah ke tempat yang lebih aman mengabah ke Pulau Padang yang dibatasi bagi selat. Suku tersebut kembali melanjutkan darmawisata ke osean yang luas yang siap dibagian utara akhirnya kembali ke cuilan barat disanalah genus tersebut berlabuh dengan diterima bagi Datuk Empang Kelapahan. Mereka boleh mendiami pulau atas izin dengan syarat SEKERAT MATA BERAS – SEKERAT TAMPING SAGU – SEBATANG DAYUNG EMAS, jika mengatur boleh memadati syarat tersebut mengatur boleh berdiam dipulau itu. Kelompok genus merasa keberatan, akhirnya mengadakan perundingan dengan memperoleh kesepakatan untuk pindah ke Pulau Tujuh.

    2. Unsur-unsur Kebudayaan 

        a. Religi/Kepercayaan 

Agama, religi atau agama suatu keadaan yang bersifat Universal yang berkelaluan siap dalam setiap asosiasi dimanapun. Berbagai bangun agama, religi atau kultur boleh kita jumpai atas seluruh asosiasi yang kadang memiliki perbedaan dengan cara-cara tersendiri dalam bangun aktualisasi ritualnya.

Terkait dengan keadaan tersebut diatas, akidah yang siap di Desa Titi Akar Kecamatan Rupat Utara antara lain ialah : Islam, Kristen dengan Budha bersama lagi adanya Animisme (kepercayaan leluhur). Agama / Religi bagi mengatur merupakan warisan dari leluhur yang harus dipertahankan. Masyarakat Suku Akit pernah rentang waktu beragama akidah Budha sesuai dengan babad dengan legenda yang berkembang dalam masyarakat. Meskipun begini era ini aktualisasi ritus akidah dalam aktivitas  mereka sehari-hari dipengaruhi bagi kultur etnik Cina. Sementara itu acara-acara ritus bagai guna – guna dengan ikram – ikram atas getah perca leluhur lagi lagi diperoleh disana. Salah ahad contohnya ialah apel dalam ikram pohon yang dikeramat (ketau), ialah deifikasi berupa pemberian sesajen.   

        b. Mata Pencaharian 

Sektor pertanian, perladangan, peternakan dengan lagi industri kediaman tangga bagai pembuatan karpet dari daun rumbia, disamping itu lagi atas umumnya asosiasi Suku Akit bergerak di sektor bahar sebagai nelayan, baik memakai kapal aktivis maupun sampan. 

Kemudian disektor perladangan, atas umumnya menduga dikelola dengan penanaman padi, rata-rata kepemilikan ladang, berkisar  1 - 4 kolom padi yang pernah dipanen atas umumnya untuk dikonsumsi sendiri, bahwa hasil penuaian tersebut tak memadai sampai atas musim penuaian berikutnya, sehingga orang tani harus membeli biji-bijian hingga musim penuaian tiba. 

        c. Pranata Hubungan Sosial

Ciri asosiasi Suku Akit yang mudah beradaptasi dengan asosiasi sekitarnya, sebenarnya modal utama dalam mengembangkan kehidupannya. Sifat dengan sistem kekerabatan yang longgar menduga memanggul dampak yang memadai baik bagi jalan aklimatisasi yang berhubungan dengan sistem perekonomian. 

Secara spesifik pranata yang mengatur ikatan sosial di Desa Titi Akar belum ada, namun komunitas Suku Akit tersebut dalam segala acara ada nilai gotong royong dengan kerjasama yang amat tinggi, walaupun berparak etnik dengan berparak kepercayaan. Seperti dalam pekerjaan sehari-hari, mengatur saling angkat membantu misalnya dalam mengelola hasil alam bagai buah kelapa dengan durian. 

Kepemilikan kapling tak memahami butala ulayat, memencilkan butala milik pribadi walaupun belum bisa dibuktikan benar kepemilikannya. Bagi warga untuk memiliki kapling bisa dengan aturan membuka hutan, pemberian / warisan atau dengan aturan dibeli. Bagi siapa yang boleh membuka kapling menurut luas, mengatur itulah dianggap memiliki kekuasaan besar atas butala tersebut. 

C. Suku Talang Mamak 

    1. Riwayat Singkat 

Menelusuri awal ajakan Suku Talang Mamak merupakan suatu pekerjaan yang tak mudah, sebab dari berlimpah artikel yang tak membedakan antar dongeng dengan sejarah. Namun begini dalam artikel ini hendak dicoba diketengahkan artikel yang berbau dongeng disamping dikutip artikel yang menggambarkan sejarah. 

Orang Desa Talang Mamak menyatakan awak sebagai kemasukan dari “Datuk Patih Nan Sebatang” yang asal dari daerah Minang Kabau lewat batang (sungai) Kuantan dengan dongeng “Rakit Kulim”.

Selanjutnya Datuak Papatih Nan Sebatang yang dipanggil Mamak memasang pemukiman baru (Talang) di Indragiri, maka untuk berikut anak kemenakan Datuak Papatih Nan Sebatang menyebut pemukiman baru (Talang) sebagai “Talang Mamak” atau tempat berdiam mamak. 

Menurut  keturunan Patih Ke 28 dari Patih Bunga yang merupakan anak Datuak Papatih Nan Sebatang bahwa leluhur orang Talang Mamak ialah Talang Parit, disinilah Patih Nan Sebatang berdiam dengan disinilah ia ada 3 orang anak, ialah Tuah Besi, Tuah Kelopak dengan Tuah Bunga ketiga ini berikut membuka daerah (talang) sekalian menjadi Patih dimasing-masing Talang. Tuah Besi menjadi Patih di Talang Parit melanjutkan kekuasaan ayahnya, Tuah Kelopak memasang Talang Perigi, Tuah Bunga memasang Talang Durian Cacar.

Namun pewarisan berikut selepas generasi ke-3 (cucu mangkubumi yang sebatang) cermin kepemimpinannya tak diwariskan berulang kepada anak memencilkan diwariskan kepada keponakan, maka gelar perfek pemimpin tak berulang mangkubumi memencilkan berubah menjadi Batin.

Selanjutnya terjadi pengembangan wilayah, Kampung Talang Parit dimekarkan menjadi 2 ialah calo parit dengan calo sungai limau, Talang durian abilah dibagi 3 yaitu, Talang selantai, Talang Tujuh Anak Tangga, dengan Talang Durian Cacar.

Dengan begini ahad calo menduga berkembang menjadi 6 talang. Menurut ala orang calo yang berada didesa siambul bahwa leluhur orang calo ialah dari calo sungai limau karena leluhur orang calo 1 memasang perkampungan disungai limau, akhirnya terjadi penyebaran kearah selatan (siambul) yang bersarang Kecamatan Siberida dengan kearah timur dengan nama Talang Gerinjing.

Didaerah siambul terjadi pertemuan antar orang-orang Talang Mamak dengan orang pendatang dari siam (Thailand), akhirnya mengatur berjiwa bersama. Untuk memahami orang-orang siam, maka pemukiman mengatur dinamakan siambul / Talang Siambul. 

    Aspek-aspek Kehidupan Suku Talang Mamak

    1. Agama dengan Kepercayaan 

Pada dasarnya asosiasi Talang Mamak ada pondasi aktivitas beragama sebagai masysrakat muslim, namun dalam keadaan sehari-hari mengatur lebih berlimpah berpedoman kepada ajaran leluhur mengatur disebut budaya dengan kebiasaan – kebiasaan tersebut bukan merupakan ajaran agam Islam, maka atas akhir – akhir ini siap sebagian dari warga itu mulai menyadari bahwa budaya kebiasaan tersebut tak sesuai denagn ajaran akidah Islam yang sesungguhnya dengan mengatur menyadari ini, menyatakan awak sebagai orang yang bersarang Islam. Bagi mengatur yang menduga bersarang Islam, mengatur menyamakan awak sama dengan asosiasi melayu atau sama dengan mengikuti orang melayu, namun sebagian besar warga calo engku ialah mengikuti langkah lama.

Orang langkah baru ialah orang yang sering melancarkan interaksi dengan orang luar dengan umumnya memiliki anak yang berpendidikan relatif lebih tinggi. Kematian bagi orang calo engku merupakan sesuatu yang sakral.

    2. Mata Pencaharian 

Sebagian besar mata pencaharian pokok kayu asosiasi ialah berkebun karet, disamping itu lagi berladang padi, dengan abad penuaian selama 6 (enam) bulan, sistem teknologinya lagi sederhana dalam pengolahan dengan pemeliharaannya. Hasil penuaian padi warga tak menutup untuk memadati keperluan berjiwa hingga menjelang musim penuaian berikutnya, karena kuantitas hama pengganggu bagai babi hutan, burung, monyet bersama kurangnya pemeliharaan. 

Tanaman lainnya yang menjadi tambahan pemasukan asosiasi desa Talang Perigi ialah pendaman pekarangan bagai kelapa, rambutan, sayuran, buah – buahan lainnya.

Aktivitas lainnya yang menjadi alternatif untuk menambah pemasukan asosiasi Desa Talang Perigi ialah berburu, mengoplos hasil alas untuk obat- obatan, menangkap ikan sungai.

    3. Luas Pemilikan Lahan 

Tanah bagi asosiasi Talang Perigi merupakan kekayaan yang dimiliki baik menurut turun temurun maupun atas usaha sorangan membuka lahan. Walaupun pernah memahami tempat berdiam dengan berkebun tetap, namun dalam berladang lagi berpindah – pindah dengan sirkulasi 5 tahunan. Masyarakat calo perigi umumnya memiliki kebun yang ditanam beragam jenis pohon bagai pohon karet, kelapa, buah-buahan dengan lainnya sebagainya. Hanya sekitar 5% saja yang tak memiliki lahan. Kepemilikan kapling bila dangkal – dangkal perkepala anak bini seluas 7 ha dengan interval berkisar antara 2-10 ha.

    4. Lembaga Kepemimpinan

Sistem kepemimpinan dalam asosiasi desa Talang Mamak didesak Talang perigi menempatkan batin sebagai pucuk pimpinan Adat, keadaan ini diungkapkan lewat pepatah yang berjiwa ditengah - ketika masyarakatnya yang berbunyi :

“Sebuah Nagari seorang Hatinya“

“Sebuah Banjar seorang Tuanya“

“Sebuah Rumah seorang Tungganainya“

    5. Sistem Pengobatan         

Pengobatan biasanya dipercaya kepada bomoh atau kemantan. Didesa Talang Perigi diperoleh 2 orang kemantan, 3 orang bomoh dengan 4 orang bomoh beranak. Sistem yang dilakukan bomoh dengan kemantan berbeda. Kemantan dalam melancarkan pengobatan melancarkan apel bulian sebaliknya bomoh dalam melancarkan pengobatan disebut dengan apel berdukun. Upacara pengobatan Bulian dibantu “pinai” dengan “kebayau” (beberapa orang wanita) yang mengiringi perilaku kemantan. 

Dukun sunat pernah dikenal dalam asosiasi desa Talang Perigi, mengatur menyebutnya orang pandai untuk pemotongan anak laki – laki dengan bidan untuk pemotongan atas wanita.

D. Suku Bonai 

    1. Sejarah Singkat 

Asal cakap Bonai sampai era ini belum terbongkar menurut pasti, namun dalam asosiasi Suku Bonai berkembang 2 ala atas awal ajakan mereka. Pertama menerangkan bahwa datuk moyang mengatur ialah berasal dari Borneo (Kalimantan) yang asal menapak jejak muara Sungai Rokan ke arah hulu, dengan sampailah mengatur ketempat pemukiman sekarang. Menurut babad datuk moyang genus Bonai dipimpin bagi 2 orang bersaudara, ialah Sultan Janggut yang menjadi cikal benih orang Sakai dibagian estuari Sungai Rokan dengan Sultan Harimau yang menjadi cikal benih orang Bonai.

Menurut riwayat mini selepas mengatur bertemu diantara Rokan Kiri dengan Rokan Kanan (kuala sako). Kedua beradik tersebut berpisah mencari pemukiman masing –masing. Sultan Janggut menapak jejak sungai Rokan Kanan dengan Sultan Harimau menapak jejak sungai Rokan Kiri kearah asal sungai diyakini bagi mengatur bahwa Sultan Harimau berasal dari Borneo, sehingga cakap Bonai dianggap berasal dari cakap tersebut. 

Cerita ala ini berat diterima kebenarannya, karena menurut Geohistoris tak ditemukan bukti-bukti atas adanya evakuasi orang  “Borneo atau selebes” kewilayah pedalaman Sumatera bahkan bahkan menurut Alimandan (P3-S, 1989), bahwa nama Sultan Harimau yang dipercayai sebagai datuk moyang orang Bonai berasal dari Borneo (Kalimantan) yang dengan jelas tak siap harimaunya.

Versi kedua, menerangkan awal ajakan datuk moyang orang Bonai ialah berasal dari kerajaan Pagaruyung. Terlepas dari dongeng misi “Rakit Kulim” Datuk Papatih Nan Sebatang yang lagi berkembang dalam asosiasi Bonai, bagai yang terjadi dalam orang Talang Mamak. Cerita ini memadai bersarang budi dengan mudah diterima jika dikaitkan dengan kultur dengan sistem kekerabatannya yang siap atas genus Bonai. Bukti konkritnya ialah orang Bonai memahami sistem kekerabatan bagai orang minang kabau. Mereka memahami Ninik Mamak dengan ikatan dengan pihak anak bini bok amat dekat (matrilineal) selain itu mengatur lagi memahami suku-suku sebagai bayangan anak bini dengan balur keturunanya. 

Dari kedua ala diatas tentu amat berat menyebutkan menurut pasti dari awal ajakan mereka. Tidak siap bukti babad yang kuat menyebutkan mengatur berasal dari alpa ahad ala tersebut. Namun bila penghampiran sosial budaya yang dilakukan, maka kecondongan kesimpulan lebih memberatkan awal ajakan mengatur kepada Minang Kabau ialah berasal dari kerajaan Pagaruyung.

    Tatanan Sosial Budaya

    1. Pranata Ekonomi 

Sumber mata pencaharian utama asosiasi genus Bonai ialah sebagai nelayan penangkap ikan khususnya disepanjang sungai Rokan Kanan. Teknologi yang digunakan lagi tradisional bagai “siapang” (tombak mata tiga), “kayo” (pancing yang dipasang malam dengan hendak diambil awal hari), lukah dengan jaring. 

Hasil tangkapan ikan mereka, awam digunakan untuk pemakaian sendiri, dengan sebagian dijual untuk keperluan berjiwa sehari-hari.

Selain dari sektor perikanan, mengatur lagi sebagai orang tani dengan pengumpul hasil alas yang amat tercantel atas alam, pekerjaan perkebunan dilakukan menurut sub-sistem, khususnya pendaman ubi, sitrus dengan pendaman anom lainya yang tak memperoleh perawatan.

    2. Pranata Kekerabatan

Extended Family merupakan tipologi anak bini genus Bonai disusun bunga tanjung mengatur mengacu kepada lineage campuran antara Patrilincal dengan Matrilincal dengan biasa disebut dengan bilineal. Dalam berlimpah arah ikatan kekerabatan yang berlaku ialah Matrilineal. Hal ini disebabkan dengan interaksi yang mengatur lakukan dengan asosiasi disekitarnya.

Sebagai kelompok asosiasi dari dusun Bunga Tanjung, dalam genus Bonai diperoleh 2 suku, ialah : Suku Monilang dengan Suku Kandang Kopuh sebaliknya dalam asosiasi Dusun Bunga Tanjung Desa Kasimang diperoleh 7 genus ialah :

a. Suku Melayu 

b. Suku Monilang 

c. Suku Anak Raja – Raja 

d. Suku Pungkuik 

e. Suku Kandang Kopuh 

f. Suku Kuti

g. Suku Ampu

Dalam setiap genus memahami istilah Mamak Sako (adik/abang jantan saudara dari ibu) yang memiliki peran besar atas aktivitas dari kemenakannya. Pada setiap genus memiliki oma mamak, meskipun diperoleh duet genus yang memiliki oma engku didusun bunga tanjung hendak tetapi Suku Bonai tak pernah merasa memiliki keterikatan melantas dengan mereka.

Pada era masa ini ini pula kepemimpinan tradisional pernah semakin memudar dalam komunitas genus Bonai, mengatur cuma mengakui eksistensi ‘bomo” (dukun). Dalam kesehariannya asosiasi genus bonai memang berjiwa berdampingan dengan “bomonya”. Jika “bomo” pindah kediaman kepemukiman lain, kecondongan hendak diikuti bagi sebagian besar komunitas genus Bonai. 

Namun, seperjalanan dengan berjalannya waktu dengan keperluan berjiwa bersama keseriusan interaksi mengatur dengan asosiasi Dusun Bunga Tanjung Desa Kasimbang memadai tinggi, atas era ini mengatur menduga semakinn terbuka atas beragam keadaan baru dalam kehidupanya. Terlebih berulang ketika bersarang program Inpres Desa Tertinggi (IDT atas Tahun 1996), dengan persetujuan kelompok yang dibentuk bagi asosiasi Dusun Bunga Tanjung Desa Kesimang mengatur memperoleh bibit jeruk. 

    3. Pranata Religi

Komuntas Adat Terpencil Suku Bonai Dusun Bunga Tanjung Desa Kesimang atas era masa ini ini memeluk akidah islam. Sebagaimana asosiasi Komunitas Adat Terpencil lainnya, mengatur atas awalnya penganut “Animisme”. Islam dikenal atas fase kedua asal warsa 1930-an, selepas getah perca kholifah yang berasal dari Basilam Sumatra Utara menaburkan akidah Islam. 

Pada awalnya Dusun Bunga Tanjung Desa Kesimang merupakan kota Raja, dengan nama Rantau Binuang. Konon, ditempat ini atas abad tersebut Syech Abdul Wahab Rokan berdiam dengan mendaras diatas pohon Binuang. 

Komunitas Adat Terpencil Suku Bonai dari Zaman kerajaan menduga memahami Islam, dengan menyatakan menduga memeluk Islam. Dalam aktivitas sehari-harinya asosiasi genus Bonai lagi diwarnai bagi praktek-praktek animisme, bagai tradisi pengobatan tradisional bagi bomo dengan ikram atas roh-roh penunggu hutan, syariat Islam belum sepenuhnya dilaksanakan bagi mereka, ini suatu kewajaran karena keagungan Islam belum intensif dengan ekspansi bidang keimanan belum menjamah mereka.

E. Suku Laut (Duano)

    1. Sejarah mini  

Propinsi Riau ada ciri khas yang berparak dengan propinsi lain (daerah), ciri khas tersebut teperlus geografis dengan kondisi pulau yang terpisah-pisah bersama ada komunitas terpencil paling berlimpah dibandingkan dengan daerah yang lain, bagai genus Talang Mamak yang siap di Kabupaten Indragiri Hulu, Suku Sakai yang siap di Kembang Luar di Kabupaten Bengkalis, Suku Akit yang siap di Rupat Utara Kabupaten Bengkalis, Suku Bonai, dengan Suku Kuala (Duano) yang siap di Kabupaten Indragiri Hilir.

Beberapa permasalahan yang kelihatan atas Komunitas Adat Terpencil ialah bab kemiskinan, relatif keteter dari aktivitas komunitas yang lain, atas umumnya berjiwa dipedalaman, perairan, pulau-pulau atau daerah-daerah perbatasan Negara setangga dengan kawasan industri. Asal ajakan tau kelanjutan Suku Kuala bermula dari Suku Laut. Yang bisa dikatakan sebagai Suku Asli Suku Melayu yang siap di Propinsi Riau dengan sama halnya dengan genus anak lainya yang siap di Indonesia, ialah beragam percampuran Genetika Ras, yang berasal dari pusat-pusat penyebaran disegala penjuru dunia. 

Gelombang evakuasi kedua Ras Mongoloid setelah Tahun 1500 SM, ialah Ras Nelayan Mongoloid yang disebut “Deutro – Melayu” berasal dari pulau Asia Tenggara asal kepulau Indonesia, Malaysia dengan Filipina. Kedatangan Ras ini yang menyebabkan kalangan Migrasi Ras pertama dengan kedua menyingkir kepedalaman dengan sisanya berbaur dengan pendatang baru tersebut. Dan hasil pencampuran inilah yang akhirnya menurunkan orang Melayu Riau masa ini ini.

Dengan mengacu atas filosofi gelombang perpindahan ini, maka dapatlah disimpulkan, bahwa awal ajakan datuk moyang penduduk asli Suku-suku aktual di Provinsi Riau semuanya hasil pencampuran dari Ras Veddoit dengan Asiattie Mongoloid yang menduga melahirkan puak-puak asli Suku terasing di Riau. Menurut kelanjutan babad genus Asli yang siap di Propinsi Riau, baik yang siap di Rupat Utara maupun di Indragiri Hilir dahulunya teperlus dari Siak Sri Indrapura yang teperlus Kerajaan Melayu Riau. Kerajaan ini didirikan mulai abad ke-17 bagi Raja Kecil yang diberikan gelar Sultan Siak yang berada dipinggiran Sungai Siak.

    2. Pranata Sosial  Budaya 

        a. Politik dengan Kelembagaan

Sekarang kepemimpinan Suku Laut (Duano) yang dikuala celah jaman dahulu dipegang bagi seorang Batin. Kondisi masa ini tak boleh menjelaskan menurut mendetail. Mereka cuma mengetahui era ini ialah Bapak Wali (Kepala Desa).

Kelembagaan didesa Kuala Selat dalam keadaan pemerintahan lagi harus dibenahi, warga siap yang tak ada KTP dengan ada KK. Lembaga Adat tak cawis dengan tak berpengaruh atas warganya, yang amat berpengaruh ialah Kepala Desa dengan Sekretaris Desa.

        b. Agama / Religi dengan Sistem Kepercayaan

Komunitas Adat terpencil Suku Doano dahulu beragama agama atas berhala – berhala. Sekarang pernah tak memahami dengan memakai guna – mantera. Dikarenakan program keimanan islam menduga bersarang kedesa. Tetepi mengatur siap yang melaksanakan shalat dengan siap cuma jumlah orang saja yang bisa memakai doa – doa islam cuma bisanya 1 kalimat misalnya Bismillahirrohmanirrohim saja. Doa yang lainya dilanjutkan dengan memakai bahasa Melayu (Kepada Tuhan). 

        c. Kesehatan dengan Sistem Pengobatan 

Kesehatan merupakan upaya untuk mendapatkan kemampuan berjiwa sehat bagi setiap penduduk atau warganya sehingga berjiwa menjadi optimal. Dalam kondisi didesa Kuala celah diperoleh Pustu, Bidan masing – masing cuma 1 orang. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang siap kurang memadai. Terlihat dilokasi Desa Kuala Selat maka area kediaman tak terjamin kesehatanya. Dikarenakan pemukiman diatas bibir pantai. Yang kadang kala cecair bersarang sampai pelantaran jalan maupun rumah. Masih ditemukan warga KAT  untuk berobat ke dukun,  karena ketidakmampuan menurut ekonomi.

        d. Pendidikan Pengetahuan dengan Sistem Teknologi

Pendidikan merupakan arah yang amat penting dengan pemerintah menduga mewajibkan atas umur I kampus untuk sekolah, sehingga bimbingan untuk beragam lapisan masyarakat. Namun di Desa Kuala Selat lagi diperoleh anak umur I kampus tak sekolah, karena membantu orang tuanya mencari ikan dengan yang pernah I kampus juga tak ditamatkan. Karena tak memahami definisi sekolah, ibu-ibu dengan bapak-bapak atas umumnya siap yang lagi buta aksara. Sarana Sekolah Dasar di Desa tersebut pernah memadati keperluan warganya. Teknologi dengan ilmu ingatan merupakan alat atau media yang digunakan dalam pranata bimbingan atas generasi anak-anaknya. Untuk Suku Laut yang siap di Desa Kuala Selat tak siap keterampilan apapun eksepsi cuma anyam menganyam, pembuatan jaring dengan lain-lainnya.

        e. Pranata Keturunan dengan Kekerabatan

Mengikuti alur patrilineal ialah menurut balur kemasukan bapak. Hak waris turun atas anak-anaknya. Sistem gotong royong lagi kuat. Karena kalau siap acara sunatan dengan pembauran saling angkat membantu. 

        f. Jaringan Sosial dengan Hubungan Kerja 

Untuk Komunitas Adat Terpencil di Desa Kuala Selat ada energi gotong royong yang tinggi,  ketika siap pesta pembauran mengatur saling menyumbang materi, bagai bersedekah beras, gula, telor dengan bumbu-bumbu untuk memasak walaupun tak banyak. Hubungan sosial dengan etnik lainpun pernah berlangsung. Karena letak pemukimanya saling berdekatan, ikatan sosial dengan nelayan dengan getah perca toke bersifat ketergantungan, sehingga hasil dari penangkapannya dikuasai bagi tokenya (Patron Klien).

PENUTUP

  • Warga KAT belum mendapat pelayanan sosial atas umumnya, keadaan ini karena aksesibilitas untuk memperoleh akar pelayanan lagi definit menurut infrastuktur.
  • Sumber daya alam yang berada disekitar lokasi aktivitas KAT semakin definit sehingga energi akar daya alam yang menjadi mata pencaharian mengatur tak bisa dilakukan menurut optimal.
  • Untuk jumlah lokasi tertentu bagai Suku Sakai areal pemukiman berada atas kapling HPH yang menjadi konsesi area perusahaan, sehingga sering terjadi perselisihan kepemilikan tanah.
  • Pemberdayaan KAT yang menduga dilaksanakan seyogyanya ditindaklanjuti bagi suatu kebijakan yang terintegrasi antar lintas sektor dengan memacu POKJA PKAT.
  • Dengan Tim POKJA PKAT diharapkan jalan laju ekspansi atas KAT boleh segera gol menyangkut seluruh arah pembangunan.                                                              

Catatan : Dikutip dari kumpulan study kepantasan Pemberdayaan KAT Provinsi Riau

Begitulah pembahasan mengenai Dinas Sosial Provinsi Riau semoga artikel ini menambah wawasan salam

Artikel ini diposting pada label kebudayaan suku sakai, kebudayaan suku sakai riau, 7 unsur kebudayaan suku sakai,

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kehidupan Politik, Sosial, Ekonomi Dan Budaya Pada Kerajaan Tarumanegara Politik Kerajaan Tarumanegara

Hohoho, selamat sore di "Indonesia Dalam Berita", artikel ini akan membahas tentang politik kerajaan tarumanegara Kehidupan Politik, Sosial, Ekonomi Dan Budaya Pada Kerajaan Tarumanegara simak selengkapnya HINDUALUKTA -- Secara etimologi Tarumanagara berasal dari kata Taruna yang artinya negara atau negeri dengan Nagara yang merupakan dari kata Tarum yaitu sebuah sungai di Jawa Barat ialah sungai Citarum. Kerajaan Tarumanegara tercata dalam asal usul sebagai salah satu negeri Hindu yang pernah berkuasa di Jawa dari abad 4 sampai 7 masehi. Menurut sejarah, negeri Tarumanegara didirikan pada tahun 358, dengan salah satu rajanya yang membelokkan terkenal adalah raja Purnawarman. Bukti yang ditemukan sebagai catatan negeri Tarumanegara adalah tujuh batu bersurat batu yang ditemukan di Lebak Banten (1), Bogor( 5) dengan Jakarta (1). Dari ke tujuh prasasti tersebut diantarnya yakni:  Prasasti Pasir Awi, Prasasti Jambu, Prasasti Muara Cianten, Prasasti Ciaruteun, Pra...

KESENIAN MADURA GENDING MADURA FULL RARI TARI Kesenian Dari Madura

Hi, selamat malam di "Indonesia Dalam Berita", artikel ini akan dibahas mengenai kesenian dari madura KESENIAN MADURA GENDING MADURA FULL RARI TARI simak selengkapnya. AliExpress.com Product - Ocstrade Summer Sexy Rayon Bandage Dress 2019 New Arrivals Mesh Insert Women Bandage Dress Black Party Night Club Bodycon Dress HandayaniRecord Official mempersembahkan buah karya kami untuk anda nikmati sebagai konser keluarga yang cukup dengan bermanfaat sebagai hiburan, Semua adegan sudah kami setting. andaikata ada kesamaan cap dengan lainnya. Mohon maaf ------------------------------------------------------------- Silahkan Dilihat Juga Chanel Terkait : Channel Group reno puri: https://www.youtube.com/channel/UCjO5... handayanirecord official: https://www.youtube.com/channel/UC50V... indonesian review : https://www.youtube.com/channel/UCQXk... masakan mama : https://www.youtube.com/channel/UCAJv... DakwaQ Official: https://www.youtube.com/channel/UCxy4... Terima Kasih Untuk Su...

Memahami Teori Utilitas, Marginal Utility, Indifference Curve, Dan Marginal Rate Of Substitution Pengertian Marginal Utility

Hallo, selamat sore di "Indonesia Dalam Berita", artikel ini akan membawa pembahasan mengenai pengertian marginal utility Memahami Teori Utilitas, Marginal Utility, Indifference Curve, dan Marginal Rate of Substitution simak selengkapnya Untuk barang kali ini kita bakal belajar atas aturan utilitas ( utility theory ), pengertian marginal utility , ancangan marginal utility dan indifference curve di mahir gajak konsumen, serta pengertian marginal rate of substitution . 1. TEORI UTILITAS. Pada bagian ini kita bakal mahir coret-coretan alas utilitas, pengertian marginal utility , serta the law of diminishing marginal utility . 1.1. Konsep Dasar Utilitas. Secara leksikal, kata utilitas ( utility ) dimaknai sebagai ‘the quality or state of being useful‘ ( www.merriam-webster.com ). Dalam hal ini, utilitas memberitahukan derajat kemanfaatan suatu objek. Sementara di ilmu ekonomi, konsep utilitas memberitahukan babak kegembiraan pelaku ekonomi tempat konsumsi barang/jasa...